BAB I
Pendahuluan
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam pengantar buku Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis, Haidar Baqir mengemukakan bahwa- Tidak sedikit yang bersikap skeptis, jika dikatakan bahwa filsafat dapat berguna membantu penyelesaian problem sosial-politik, penegakan supremasi hukum, serta pengentasan masyarakat dari kebodohan dan kemiskinan. Berbagai krisis yang kita hadapi sekarang. Seperti krisis ekonomi, politik, kepemimpinan, disintegrasi, moral, kepercayaan, budaya, lingkungan, dan sebagainya. Sangat berkorelasi erat dengan krisis persepsi yang terjadi di benak kita, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang masing-masing telah memiliki kesadaran kolektif.
Wacana tentang isu-isu seperti demokrasi, hak asasi manusia, dan gender tidak jarang malah counter-productive karena tidak tergalinya muatan-muatan filosofis yang menjadi dasar isu-isu tersebut. Dalam bahasa posmodernistik, tanpa berfilsafat, kita secara tak sadar bisa terjebak dalam logosentrisme, ke dalam bias-bias yang terbawa oleh pandangan-dunia “asing” yang menyertai setiap wacana.
Lebih dari itu, filsafat melalui metodologi-berpikirnya yang ketat, mengajar orang untuk meneliti, mendiskusikan, dan menguji kesahihan dan akuntabilitas setiap pemikiran dan gagasan- pendeknya, menjadikan kesemuanya itu bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual dan ilmiah. Tanpa itu semua, bukan saja wacana-wacana yang dikembangkan akan bersifat dangkal (superfisial) dan tak bisa dipertanggungjawabkan, diskusi yang terjadi pun akan tidak produktif dan bersilangan. Kalau sudah demikian, yang nantinya akan mendominasi adalah pemikiran yang didukung oleh kekuasaan, meskipun mungkin ia bukan yang paling benar.[1]
Di sinilah letak perang penting filsafat, yaitu membuka wawasan berpikir umat untuk menyadari fenomena perkembangan wacana keagamaan kontemporer yang menyuarakan nila-nilai keterbukaan, pluralitas, dan inklusivitas. Studi filsafat sebagai pilar utama rekonstruksi pemikiran dapat membongkar formalisme agama dan kekakuan pemahaman agama- yang oleh Muhammad Arkoun disebut penyakralan pemikiran keagamaan. Sebagai salah satu sumber ekslusivisme agama dan kejumudan umat.
Oleh karena itulah, filsafat Islam tidak hanya membahas persoalan prinsip-prinsip yang paling mendasar dari semua wujud atau masalah metafisika (filsafat ketuhanan), tetapi juga membicarakan problem-problem besar filsafat, seperti teori mengenai kebahagiaan dan keutamaan, dan hubungan Tuhan dengan manusia. Bahkan di kalangan filsuf Islam, filsafat mencakup ilmu kedokteran, biologi, kimia, musik, dan falak.[2]



[1] Lihat, Haidar Bagir dalam pengantar buku Oliver Leaman, Pengantar Filsafat Islam: Sebuah Pendekatan Tematis (Bandung: Mizan, 2001), h. xii
[2] Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 17

Post a Comment

 
Top