Seseorang mengabaikan mimpi-mimpi indahnya, karena ia tidak menyadari kehebatan mutiara dalam dirinya yang dapat membuat mimpinya menjadi nyata. Semua orang dapat memancarkan keindahan mutiara yang ada dalam dirinya. Dia hanya perlu merawat dan menjaganya, kemudian perlahan-lahan keyakinannya semakin bertambah untuk memperoleh apa yang ia inginkan.
 (Diinterpretasikan dari pemikiran John Gray)
Sebagian orang tidak tahu kemana akan mengayuh biduk kehidupannya, terkadang di dalam persepsi mereka seolah-olah mereka telah menyeberangi samudera kehidupan. Na­mun laksana orang yang lari di tempat, mereka tidak beranjak ke mana-mana. Hidup mereka bergulir begitu saja seperti layang-layang putus dari benangnya.
Kelompok ini juga terkesan memiliki banyak kegiatan dan kesibukan. Namun sebenarnya mereka tidak melakukan kegiatan yang produktif. Apa yang mereka lakukan tidak lebih sekedar pekerjaan tanpa visi dan misi yang berujung pada kehampaan makna hidup.
Bila kita bertanya pada mereka, “Apakah anda ingin sukses?” “Pasti,” jawabnya dengan mantap. Namun kalau kita bertanya lebih detail lagi. “Bagaimana usaha anda mewujudkan impian itu?” Tidak sedikit yang menjawab, “Itulah masalahnya, saya bingung harus memulai dari mana dan bagaimana caranya?” “Anda kan tahu saya ini orang yang tidak berpendidikan tinggi, miskin, orang kampung, sudah lanjut usia, dan tidak punya kolega. Jadi saya tetap seperti ini.”
Seribu satu macam alasan diikrarkan oleh orang-orang yang bermental kerupuk. Sebagai peneguhan bagi pribadinya bahwa yang dia lakukan berdiam diri saja itu adalah tindakan benar. Ada semacam guyonan, kalau kita ingin mencari kekayaan terpendam pergi saja ke pemakaman, karena di sana banyak sekali harta kekayaan berupa pikiran, kecerdasan, dan segudang potensi lainnya yang belum digunakan secara maksimal. Hasil penelitian para psikolog menunjukkan bahwa sebagian besar manusia tidak menggunakan kecerdasannya secara maksimal sampai akhirnya terkubur di pusaranya.
Sebagian orang di antara mereka sudah berusaha menyem­bul­kan mutiara yang terkubur dalam dirinya. Hanya saja me­re­ka seringkali terjebak pada upaya instan seraya berharap hasil yang maksimal. Florence Littauer pernah menyindir orang-orang yang memiliki prilaku seperti ini, “Kita bersegera ke kur­sus kepribadian yang menjanjikan untuk mengubah kita men­jadi orang yang memiliki kecerdasan yang hebat dalam waktu dua puluh empat jam, pengalaman evaluasi diri yang akan menjadikan diri kita dewa-dewa kecil dengan tenaga mak­si­mal, tempat kita akan meraba-raba jalan ke masa depan yang fantastis. Kita berjalan terus mengharapkan emas turun dari langit dan kembali dengan rasa putus asa.”
Luangkanlah waktu sejenak untuk meneropong lembaran sejarah, niscaya kita akan mendapati ada banyak manusia luar biasa yang terlahir dalam kondisi bersahaja, usia lanjut, dan tidak memiliki pendidikan tinggi. Namun mereka mampu merengkuh kesuksesan. Di antaranya Nabi Muhammad. Be­liau lahir dari kalangan keluarga bersahaja, dikenal “ummi” (ti­dak bisa baca tulis), dan memulai misi kenabiannya pada usia empat puluh tahun (usia relatif tua bagi sebagian orang untuk me­ngawali debut perjuangan). Pada masa kanak-kanak beliau meng­gembalakan kambing. Setiap fajar menyingsing dia pergi ke pasar memanggul beberapa pakaian untuk dijual. Namun se­mua keterbatasan itu tidak mematahkan semangat beliau untuk menjadikan bumi ini lebih indah dan damai (rahmatan lil alamiin).
Kalau kita masih ragu dan bimbang akan potensi diri kita, cobalah simak dan perhatikan dengan seksama kondisi manusia-manusia luar biasa berikut ini, Victor Frankl adalah salah seorang tahanan kamp konsentrasi Nazi, Napoleon Bonaparte berbadan pendek, Thomas Alva Edison penjual koran di kereta api, Hellen Keller menderita kebutaan dan ketulian, Abraham Lincoln mengalami kegagalan hebat sebanyak dua belas kali berturut-turut, Malcolm X berpendidikan rendah dan terlahir dari keluarga miskin. Meski begitu mereka tidak berhenti untuk berusaha terus-menerus menjadi pribadi yang istimewa. Walhasil mereka mampu menjadi warna tersendiri dalam percaturan kehidupan. Jadi kemelaratan, pendidikan rendah, keterbatasan fisik dan keterbasan lainnya, bukanlah lorong gelap tanpa cahaya bagi orang-orang yang ingin mengukir prestasi. “There are many ways to Rome (banyak jalan menuju Roma)” kata Kaisar Nero. Setiap orang mempunyai impian dalam batinnya untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Karena dalam diri setiap orang terdapat bintang keajaiban yang mejadi modal utama untuk menggapai kesuksesan.
Hampir setiap orang tidak ada yang bercita-cita terlahir dalam keluarga miskin, mengenyam pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan lainnya. Namun kemiskinan, pendidikan rendah, dan keterbatasan lainnya, tidaklah berarti kemalangan yang tak bisa diubah. Problem kemiskinan, pendidikan rendah, dan keterbatasan lainnya dapat menjadi jembatan menuju kesuksesan. Tentu dengan beberapa syarat diantaranya, memiliki keinginan kuat untuk bekerja cerdas tanpa kenal lelah, membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan, menghentikan kebiasaan buruk suka berhutang dengan tujuan yang tidak jelas, memaksimalkan potensi diri, menemukan visi dan misi hidup, membangun kepercayaan diri dengan berpikir positif, percaya dengan keberhasilan yang tertunda, berani bangkit setiap kali mengalami kegagalan dan fokus dengan kelebihan-kelebihan yang dikaruniakan Allah. Niscaya Allah tidak akan membiarkan kita dalam kubangan derita kesengsaraan.
Percayalah, Cepat atau lambat kesuksesan itu akan berada dalam genggaman kita. Karena apa yang kita bisa lihat adalah apa yang kita bisa capai. “Bila kita mengamati dengan cermat, satu hal yang dapat kita pelajari bahwa orang berhasil meraih keberhasilannya dengan usaha pantang menyerah dan putus-asa. Mereka mengikuti jalan orang-orang yang pernah berhasil, serta mereka tidak menunggu hujan turun dari langit.” Ungkap Andrew Matthews
Menyembulkan Mutiara yang Terkubur
•    Robohkanlah dinding-dinding penghalang, seperti; alasan kemiskinan, pendidikan rendah, keterbatasan fisik dan keterbatasan lainnya untuk mencapai prestasi dunia akhirat.
•    Laksanakanlah petuah-petuah dari orang-orang yang berhasil bangkit dari keterpurukan dan bagaimana akhirnya mereka mampu menyembulkan keindahan sekuntum bunga dalam diri mereka.
•    Kembangkanlah kemampuan diri dengan menemukan potensi diri, visi hidup, kepercayaan diri, berpikir positif, percaya dengan keberhasilan yang tertunda, berani bangkit setiap kali mengalami kegagalan.
•    Luangkanlah waktu berdiskusi, membaca buku-buku yang berkenaan dengan pengembangan diri (self improvement) serta bergaul dan berteman dengan orang-orang yang juga ingin menjadi pemenang.
•    Berusahalah terus menerus (sabar) dan berjuanglah tanpa pernah kenal lelah (istiqamah) untuk mewujudkan mimpi-mimpi indah kita.
     #Urgent# Temukan sekuntum bunga indah dalam dirimu

Post a Comment

 
Top