Sumber Gambar: fakta-inspiratif.blogspot.co

Dalam studi historiografi, ditemukan paling banyak lima pendapat yang berkembang sepanjang sejarah, tentang siapa dan apa sebenarnya yang mengendalikan perkembangan sejarah. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah para dewa. Pendapat ini berkembang pada masyarakat primitif dan kuno. Kedua, di kalangan umat beragama dikenal pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah rencana besar Allah. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah gagasan-gagasan besar yang pernah dilahirkan anak manusia sepanjang sejarah. Keempat, pendapat yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh besarlah yang mengendalikan perkembangan sejarah. Pendapat ini berkembang terutama mulai pada abad ke delapan belas. Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa perkembangan sejarah dikendalikan oleh keadaan sosial ekonomi. Pendapat semacam ini sangat kentara terlihat pada pemikiran Karl Max.[1]
Dari kelima faktor yang mempengaruhi perkembangan sejarah itu, dua di antaranya adalah tokoh dan gagasan besarnya. Itulah sebabnya studi tokoh itu demikian penting dan sudah lama menarik minat banyak kaum terpelajar. Dengan demikian, kepentingan dan relevansi studi tokoh untuk zaman kita dapat dilihat, paling tidak, dari tiga jurusan. Pertama, sifatnya yang demikian menarik bagi manusia, sebagai cara untuk mengetahui perkembangan sejarahnya. Hal ini terlihat umpamanya dari apa yang pernah dilukiskan oleh Louis:
            “Sebuah studi biografi yang menceritakan kisah tokoh yang bersangkutan sejak lahir hingga meninggal, mungkin akan lebih menarik dari apa yang mengisahkan suatu periode yang kritis di dalam hidupnya.”[2]

            Kedua, studi tokoh juga dijadikan sebagai tempat berpijak untuk memulai gagasan yang lebih besar di masa depan dari apa yang pernah dipikirkan dan digagaskan tokoh-tokoh terdahulu, atau sebagai pelajaran, untuk tidak terjebak pada kegagalan yang pernah mereka alami. Dalam hal ini Louis menambahkan:
            “Si penyelidik dengan jalan memastikan apa yang dilakukan orang lain pada masa lampau, kadang-kadang dapat menyoroti experimen-experimen yang dapat diulangi, jika ada harapan sukses, dan diubah jika telah menemui kegagalan.[3]

Ketiga,  sebagai seleksi validitas perkembangan berbagai penemuan. Artinya, dengan melakukan studi terhadap tokoh-tokoh terdahulu yang dipikirkan atau digagaskan kemudian dapat diklaim sebagai penemuan baru, atau sebaliknya. Tiga, kepentingan itu tampaknya dapat dijadikan alasan kuat untuk mengatakan bahwa studi tokoh amat penting dan selalu relevan untuk dilakukan di zaman kita. Sedangkan, penegasan objek material dalam hal ini adalah pemikiran salah seorang tokoh, seluruh karyanya atau salah satunya, Objek formalnya adalah pemikiran atau gagasan seorang tokoh yang dikaji atau diselidiki secara mendalam.[4]




[1]Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2000), h. 64.
[2]Louis Gottschalk, Understanding History: Primer of Historical Method. Penerjemah Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 14
[3]Ibid., h. 19.
[4]Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2000), h. 65.

Post a Comment

 
Top