Untuk melaksanakan propaganda secara efektif, terlebih dahulu harus mengerti penggunaan metode propaganda. Komponen utama dalam propaganda mencakup propagandis, desain propaganda, pesan, pelaksanaan dan pengawasan propaganda. Seorang propagandis pertama kali harus memiliki pengetahuan sebagai bahan mentah yang akan digunakan untuk merumuskan ide yang akan diusung dalam propaganda. Desain propaganda disusun dengan memperhitungkan karakteristik bidang propaganda, target propaganda, dan pilihan metode yang digunakan.
Setiap propagandis atau pemimpin propaganda menghendaki agar propaganda yang dilancarkan berhasil menghantarkannya mencapai tujuan. Oleh karena itu, propaganda harus dilakukan dengan metode yang tepat dan teknik yang baik, sesuai dengan kondisi medan dan target yang hendak dituju. Untuk membuat propaganda berhasil, seluruh komponen propaganda perlu dilibatkan dan kelola secara cermat, termasuk melibatkan pertimbangan artistik sehingga berfungsi secara maksimal. Untuk melancarkan propaganda, berikut ini sejumlah metode yang dapat dipilih.

Metode Koersif
Propaganda berawal dari pengetahuan tentang hal-hal yang menakutkan massa yang akan dijadikan targetnya. Kemudian propagandis mengemas pesan yang sesuai dan menentukan cara-cara yang dapat menimbulkan rasa ketakutan. Selanjutnya, propaganda dilontarkan kepada massa hingga massa yang terterpa menjadi tidak sadar untuk bertindak sesuai keinginan sang propagandis.

Metode Persuasif
Propaganda dilancarkan dengan memerhatikan seni membujuk massa sehingga dalam diri mereka timbul kemauan secara sukarela dan seketika bersedia bertindak sesuai dengan keinginan propagandis.
Metode Pervasif
Propaganda dilakukan dengan menghujamkan pesan ke dalam lubuk hati target secara berulang-ulang dan terus menerus sampai mereka bersedia melakukan peniruan (imitasi) atau melakukan tindakan sesuai yang diinginkan sang propagandis.

Metode Fasilitatif
Propaganda dipersiapkan secara lebih seksama, mempertimbangkan ketepan media massa yang hendak digunakan untuk menyebarkan propaganda kepaga target sehingga mereka terpengaruh dan secara sadar menerima dan bersedia bertindak sesuai yang diharapkan.

Teknik dalam Propaganda
Name Calling (Penjulukan)
Dalam teknik ini, propaganda memberikan label buruk kepada seseorang, lembaga, atau gagasan dengan simbol emosional (negatif) dalam propagandanya. Begitu terkena terpaan propaganda ini, target propaganda diharapkan akan menolak atau mengutuk orang atau lembaga yang dituju atau idenya tanpa harus melihat fakta dan tanpa perlu memeriksa atau mencari bukti lagi.
Dengan demikian, propagandis melancarkan semacam stereotip kepada targetnya. Dengan teknik ini, propagandis bermaksud menjatuhkan seseorang, atau suatu konsep, istilah, dan ideologi tertentu. Pada era Orde Baru, penguasa memberi kesan PKI pada penduduk desa tertentu sehingga berakibat penduduk tersebut ditangkap karena menganut ideologi yang dilarang. Pada era reformasi sekarang ini, label teroris kerap digunakan pada orang-orang yang anti-Amerika untuk ditahan atau dibunuh karena pemerintah yang pro-Amerika menganggap mereka membahayakan keamanan negara.

Glittering Generality (Kemilau Generalitas)
Dalam komunikasi, seperti tampak pada percakapan, biasanya hal-hal umum dipaparkan begitu saja sehingga detail yang sebenarnya penting kurang diperhatikan. Hampir sama seperti itu, dalam teknik kemilau generalitas kata-kata muluk, kata yang bermakna sangat baik ditonjolkan. Teknik ini menghubungkan sesuatu dengan kata yang sangat baik untuk membuat target propaganda merasa senang sehingga bersedia menerima dan menyetujui ide yang ditawarkan secara mentah-mentah. Teknik ini digunakan untuk membuat sebuah ide, misi, atau produk diasosiasikan dengan hal-hal baik yang disuka kebanyakan orang, seperti keharuman, kekuatan, kelebihan, kebebasan, keadilan, dan demokrasi. Dalam propaganda perdagangan, kita menemukan iklan Harian Kompas, “Buka Kompas Buka Mata Hati, dan iklan Harian Republika, Republika Pegangan Kebenaran.”
Kemilau generalitas merupakan kebalikan dari pemberian julukan buruk. Teknik kemilau generalitas menggunakan kata-kata yang memiliki kekuatan positif untuk membuat massa setuju, menerima dan mendukung tanpa memeriksa bukti-bukti. Contoh kata-kata yang biasanya digunakan dalam taknik ini, antara lain:
Pertama, kata sifat: aktif, konstruktif, adil, jujur, tulus, ikhlas, terus-terang, peduli, percaya diri, manusiawi, inisiatif, berharga, pro (mendukung), produktif, visioner, sejati, tekun, ulet, benar, dan sebagainya. Kedua, kata benda: akal sehat, tantangan menarik, warisan berharga, kebebasan, perubahan, pilihan, komitmen, prinsip, perdamaian, kontrol, keberanian, kewajiban, kebebasan, moralitas, kesejahteraan, kebanggaan, kekuatan, keberhasilan, dan sebagainya. Ketiga, kata kerja: bersaing, memberdayakan, kerja keras, suka membantu, membimbing, belajar tekun, merawat, bersabar, merintis, memelihara, melindungi, memberi, memperbaiki, berbagi, dan sebagainya.
Dalam praktik, bisa kita lihat sejumlah contoh, misalnya pernyataan Presiden George W Bush, “Rakyat Amerika mencintai kebebasan.” Seorang ulama menyatakan, “Islam mengajarkan toleransi, kasih sayang, dan perdamaian.” Begitu juga istilah dunia bebas (free wolrd) adalah generalitas favorit propagandis Barat, sedangkan istilah solidaritas sosialis digunakan kaum komunis untuk menggambarkan hubungan kompleks di antara negara dan partai komunis. Sementara itu, jiwa Afrika (the African soul) diharapkan pencetusnya untuk menciptakan citra kekuatan dan persatuan bangsa-bangsa Afrika.
Transfer (Pengalihan)
Transfer (pengalihan) merupakan visualisasi konsep untuk mengalihkan karakter tertentu kepada suatu pihak. Sebagai contoh, para politikus memajang foto di ruang kerjanya. Foto itu menggambarkan saat ia sedang bersalaman dengan presiden. Hal ini dimaksudkan untuk memindahkan wibawa yang dimiliki presiden ke dalam dirinya.
Teknik ini membawa otoritas, dukungan, gengsi dari sesuatu yang dihargai dan disanjung pada sesuatu yang lain agar lebih dapat diterima. Teknik pengalihan adalah suatu teknik untuk menjadikan orang, produk, atau organisasi diasosiasikan dengan sesuatu yang memunyai kredibilitas baik atau buruk. Teknik pengalihan digunakan propagandis untuk mengalihkan otoritas, gengsi, dan prestise sesuatu yang dihargai dan dihormati kepada sesuatu yang dia inginkan agar massa menerimanya.
Testimony (Kesaksian)
Teknik tersimony (kesaksian) digunakan untuk meminta dukungan seseorang yang berstatus tinggi untuk mengesahkan dan memperkuat tindakannya dengan pengakuan atau kesaksian orang tersebut. Teknik ini memberi kesempatan kepada orang-orang yang mengagumi atau membenci untuk mengatakan bahwa sebuah gagasan, program, produk, seseorang itu baik atau buruk. Kesaksian adalah salah satu teknik propaganda yang paling umum digunakan dengan menampilkan seseorang yang bersaksi untuk mempromosikan produk tertentu, ide tertentu. Terkadang dalam kesaksiaannya, orang yang sama menjelek-jelekkan produk atau ide yang lain.
Plain Folk (Rakyat Biasa)
Teknik plain folk merupakan salah satu teknik propaganda yang menggunakan pendekatan untuk menunjukkan bahwa sang propagandis rendah hati dan memunyai empati dengan penduduk pada umumnya. Teknik ini mengenalkan motif tulus seseorang yang berkecimpung dalam kegiatan sosial kemasyarakatan atau sosial politik. Dengan menggunakan teknik ini, para propagandis berupaya meyakinkan khalayak bahwa gagasan mereka berkaitan dengan keseharian rakyat biasa atau orang awam. Mengapa teknik ini digunakan? Para propagandis sadar bahwa kepentingan mereka akan terhambat jika mereka tampak khalayak sebagai orang asing. Oleh sebab itu, mereka berupaya mengidentifikasikan diri dengan citra rakyat biasa untuk menciptakan kesan kedekatan dengan nilai dan gaya hidup target propaganda. Dalam hal ini, biasanya propagandis memilih kata-kata slang atau dialek, idiom, dan aksen lokal dalam propagandanya.
Card Stacking (Menimbang-nimbang Kartu untuk Digunakan)
Teknik card stacking adalah suatu teknik pemilihan dan pemanfaatan fakta atau kebohongan, ilustrasi atau penyimpangan, serta pernyataan logis atau tidak logis untuk memberikan kasus terbaik atau terburuk pada suatu gagasan, program, orang atau produk. Teknik ini memilih argumen atau bukti yang mendukung sebuah posisi dan mengabaikan hal lain yang tidak mendukung posisi itu. Argumen-argumen yang dipilih bisa benar atau salah, yang terpenting adalah massa bersedia menerima argumen tersebut. Hampir semua propagandis- ketika menggunakan sebuah teknik propaganda- bergantung pada pemilihan fakta meskipun isi faktanya jarang sangat spesifik. Ketika presentasi kepada target yang telah ditentukannya, propagandis hanya menggunakan fakta-fakta yang tersedia yang bisa digunakan untuk pembuktian.
Teknik card stacking ini pernah digunakan Presiden George W Bush ketika AS dengan dukungan sekutunya hendak melancarkan agresi terhadap Irak dan menggulingkan Presiden Saddam Hussein. George W Bush melancarkan kampanye yang menggembar-gemborkan Irak mengembangkan senjata nuklir. Argumen ini dijadikan sebagai dasar untuk melancarkan serangan terhadap Irak. Padahal, itu adalah kebohongan belaka. Tidak pernah terbukti bahwa Irak memiliki senjata nuklir.
Frustration or Scapegoat (Menutupi Frustasi atau Kambing Hitam)
Salam satu cara mudah untuk menciptakan kebencian atau menyalurkan frustasi adalah menciptakan kambing hitam. Rezim-rezim revolusioner- yang berhadapan dengan ketidakpastian ekonomi dan sosial di dalam negerinya serta mengetahui frustasi rakyat- sering menciptakan hantu internal atas eksternal untuk menyalurkan penderitaan rakyat. Salah satu contoh populer adalah propagada yang diciptakan Hitler bahwa timbulnya berbagai masalah dalam negeri dan luar negeri Jerman disebabkan perilaku Zionis Yahudi. Bahaya Yahudi disamakan dengan bahaya komunis yang merongrong pilar-pilar kekuatan negara.
Banwagon (Seruan Mengikuti Pihak Mayoritas)
Teknik banwagon adalah teknik penyampaian pesan yang memiliki implikasi bahwa sebuah pernyataan, gagasan, atau produk diinginkan oleh banyak orang atau memunyai dukungan luas tidak dinyatakan secara spesifik. Teknik ini berupaya memainkan perasaan khalayak atau massa agar sesuai dengan yang dikehendaki propagandis. Teknik ini mirip teknik testimoni, namun cara yang digunakan untuk menarik perhatian massa adalah dengan lebih dahulu membentuk kelompok dan melancarkan imbauan.
Contoh penggunaan teknik bandwagon, misalnya, “Jutaan orang mendukung program reboisasi”, “Lihatlah, semua orang menolak rencana itu.” Contoh lainnya, propagandis komunias sering menggunakan ungkapan, “Seluruh dunia tahu bahwa...”

Fear Arousing (Membangkitkan Ketakutan)
Teknik fear arousing adalah cara propaganda untuk mendapatkan dukungan dari target massa dengan menimbulkan emosi negatif, khususnya ketakutan. Agar massa merasa takut dan bersedia mengikuti kehendaknya, propagandis menciptakan semacam ‘hantu’. Penerapan teknik fear arousing dapat kita temukan ketika kita menyaksikan suasana kita temukan ketika kita menyaksikan suasana atau kondisi yang rentan permainan gugahan emosional. Sebagai contoh misalnya, dipenuhi mahasiswa mondar-mandir yang hendak melakukan kerusuhan.” Contoh lainnya, “Skuadron udara Israel sedang bersiap untuk menghancurkan wilayah pemukiman Palestina.” “Rusia mengancam akan meluncurkan rudalnya ke arah Amerika.”



 DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Kathleen S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip H. Ault and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s Press, 1980.
Byrnees, Francis. C. Communication (Reading Material). The International Rice Research Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Nurudin, Komunikasi Propaganda, Bandung: Rosdakarya, 2001
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Shoelhi, Mohammad, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Post a Comment

 
Top