Al-Qur’an telah menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang dapat menuntun umat manusia ke jalan yang benar. Selain itu, ia juga berfungsi sebagai pemberi penjelasan (tibyân) terhadap segala sesuatu dan pembeda (furqân) antara kebenaran dan kebatilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-Qur’an, telah dilakukan berbagai upaya oleh sejumlah pakar dan ulama yang berkompeten untuk melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an, sejak masa awalnya hingga sekarang ini.
            Meski demikian, keindahan bahasa al-Qur’an, kedalaman maknanya serta keragaman temanya, membuat pesan-pesannya tidak pernah berkurang, apalagi habis, meski telah dikaji dari berbagai aspeknya. Keagungan dan keajaibannya selalu muncul seiring dengan perkembangan akal manusia dari masa ke masa. Kandungannya seakan tak lekang disengat panas dan tak lapuk dimakan hujan. Karena itu, upaya menghadirkan pesan-pesan al-Qur’an merupakan proses yang tidak pernah berakhir selama manusia hadir di muka bumi.
Al-Qur’an sejak pertama kali diturunkan telah mempesona orang-orang Arab karena daya pikatnya bagaikan sihir. Oleh karenanya, al-Qur’an adalah faktor penentu atau salah satu dari faktor penentu yang mendorong berimannya orang-orang yang beriman di masa permulaan dakwah, yaitu di hari ketika Nabi Muhammad Saw, masih belum memiliki daya upaya dan kekuasaan, dan di hari ketika Islam masih belum mempunyai kekuatan maupun pertahanan.

            Sedangkan membumikan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman dalam pembentukan karakter merupakan keniscayaan. Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an harus menerobos perkembangan zaman, melintasi batas-batas geografis, dan menembus lapisan-lapisan budaya yang pluralistik, karena kandungannya selalu sejalan dengan kemaslahatan manusia. Di mana terdapat kemaslahatan, di situ ditemukan tuntunan al-Qur’an. Sebaliknya, di mana terdapat tuntunan al-Qur’an, di situ terdapat kemaslahatan.

Post a Comment

 
Top