Jika Komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu  kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur  yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis, dan tidak statis. Demikian Berlo dalam bukunya The Process of Communication (1960).
                Dilihat dari konteks komunikasi antarpribadi, proses ini menunjukkan adanya kegiatan pengiriman pesan dari seseorang kepada orang lain. Sementara itu, dari konteks komunikasi massa, proses dimulai dari kegiatan pengumpulan, pengelolaan, dan penyebaran berita dari penerbit atau stasiun televisi kepada khalayaknya.

Komunikasi sebagai Simbolik
                Hampir semua pernyataan manusia baik yang ditujukan untuk kepentingan dirinya, maupun untuk kepentingan orang lain dinyatakan dalam bentuk simbol. Hubungan antara pihak-pihak yang ikut serta dalam proses komunikasi banyak ditentukan oleh simbol atau lambang-lambang yang digunakan dalam berkomunikasi.
Seorang penyair yang mengagumi sekuntum bunga, akan mengeluarkan pernyataan lewat bahasa, “alangkah indahnya bunga ini,” ataukah seorang polisi lalu lintas yang tidak bisa berdiri terus di persimpangan jalan, peranannya dapat digantikan melalui rambu-rambu jalan atau lampu pengatur lalu lintas (traffic light). Simbol merupakan hasil kreasi manusia dan sekaligus menunjukkan tingginya kualitas budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya.
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non-verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit.
Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, dapat saja berbeda arti bilamana individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman.

Komunikasi sebagai Sistem
Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau unsur yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan luaran, atau dengan kata lain seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain. Suatu sistem komunikasi memerlukan sifat yang sistematik, yakni menyeluruh, saling bergantung, berurutan, mengontrol dirinya, seimbang, berubah, adaptif, dan memiliki tujuan.
Menyeluruh berarti semua komponen yang membangun sistem itu merupakan satu kesatuan yang integrativ yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya semua komponen saling berinteraksi.
Saling bergantung berarti mengikuti aturan permainan yang ada. Di sini sistem harus melakukan kontrol atau pengawasan terhadap berfungsi tidaknya semua komponen itu dalam menciptakan suatu keseimbangan yang dinamis.
Karena ia melakukan kontrol terhadap semua komponen yang mendukungnya, tidak ada jalan lain kecuali sistem harus memiliki tujuan dan kemampuan adaptif dengan mengandalkan kerja sama di antara komponen-komponen tersebut. Artinya, jika salah satu komponennya tidak berfungsi dengan baik, sistem itu secara otomatis tidak dapat berjalan secara normal sebagaimana mestinya. Ini berarti sistem harus dilihat secara menyeluruh (totalitas) dan bukannya terpisah satu sama lain.
Dari segi bentuknya sistem dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem terbuka (open system) dan sistem tertutup (closed system). Sistem terbuka adalah sistem di mana prosesnya terbuka dari pengaruh lingkungan yang ada di sekitarnya, sedangkan sistem yang tertutup adalah sistem di mana prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
Dalam penerapannya, sistem terbuka banyak ditemui pada peristiwa-peristiwa sosial di mana suatu kegiatan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya agama, politik, ekonomi, nilai budaya, dan sebagainya. Sementara itu, penerapan sistem tertutup banyak ditemui dalam kegiatan uji coba laboratorium yang berusaha mengisolasi pengaruh luar, misalnya debu, musim, cuaca, udara, dan sebagainya.
Konsekuensi sistem terbuka dan sistem tertutup dinyatakan oleh Bertalanfy (1963) bahwa peristiwa yang banyak mendapat pengaruh dari luar (sistem terbuka) hasilnya sering kali sulit diantisipasi, sedangkan sistem tertutup dapat diantisipasi hasilnya.
Kalau konsep sistem dikaitkan dengan proses komunikasi dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu sistem. Hal ini tercermin dari unsure-unsur yang mendukungnya sebagai suatu kesatuan yang integrativ yang saling bergantung satu sama lain.
Jadi, proses komunikasi tidak akan terjadi bilamana salah satu komponennya terabaikan. Pesan tidak akan tercipta tanpa sumber, efek tidak akan ada tanpa pesan, umpan balik ada karena adanya penerima, serta tidak ada penerima tanpa adanya sumber.
Proses seperti ini menciptakan suatu struktur yang sistematis di mana semua unsur atau komponen saling berurutan, yakni sumber harus mendahului pesan dan pesan harus mendahului saluran dan seterusnya.  
Perubahan struktur akan member pengaruh jalannya sistem yang berjalan. Keterikatan antara satu komponen dengan komponen lainnya akan melahirkan suatu putaran umpan balik (feedback loops) dan hasilnya merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic).

Komunikasi sebagai Aksi
Komunikasi boleh dikata tidak pernah terjadi tanpa aksi, apakah diucapkan, ditulis, maupun dilakukan dalam bentuk isyarat. Bahkan gerakan dalam bentuk diam juga merupakan suatu aksi. Oleh karena aksi (action) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka pada saat ia berhubungan dengan orang lain, maka ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi (action) merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka pada saat ia berhubungan dengan orang lain, maka ia melakukan interaksi. Jika pada tindakan aksi sifatnya linear dilakukan oleh seseorang sebagai pelaku komunikasi, maka pada tindakan interaksi komunikasi menuntut adanya umpan balik antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Dalam konteks tindakan komunikasi menunjukkan adanya interplay yang saling memengaruhi (mutual influence) di antara para pelaku komunikasi dalam jumlah yang lebih banyak. Karena itu, pengaruhnya datang bukan hanya dalam konteks orang per-orang, tetapi secara lintas dari kelompok-kelompok lain yang saling memengaruhi. Dalam kondisi seperti ini para pelaku komunikasi berusaha melakukan kerja sama (cooperative) menuju suatu titik temu untuk saling berbagi, apakah itu dalam konteks arti (meaning) bahasa yang digunakan, kepentingan (interest) diri atau kelompok, maupun untuk perluasan jejaring sosial (social networking).

Komunikasi sebagai Aktivitas Sosial
Sudah menjadi sifat manusia yakni selalu berusaha untuk berhubungan dengan sesamanya. Upaya ini dilakukan untuk menghilangkan keterasingan mereka, dan juga keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya (communication is human). Hubungan antara sesama manusia, dan juga keinginan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar dirinya (communication is human). Hubungan antara sesama manusia, apakah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ataukah untuk kepentingan aktualisasi diri dalam membicarakan masalah-masalah politik, sosial, budaya, seni, dan teknologi, semuanya hanya dapat dipenuhi melalui komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi menjadi jembatan dalam menghubungkan antara kepentingan diri manusia sebagai individu dengan masyarakat di sekelilingnya. Misalnya dalam konteks bisnis diperlukan aktivitas komunikasi periklanan dalam mempersuasi masyarakat untuk membeli barang, demikian pula negosiasi untuk membuat peluang kemungkinan kerja sama ekonomi antara para pelaku pasar.
Komunikasi sebagai aktivitas sosial, tidak saja menjadi jembatan untuk para pengambil kebijakan di tingkat pemerintahan, tetapi juga dalam tataran yang lebih rendah pada tingkat pemerintahan juga dalam tataran yang lebih rendah pada tingkat akar rumput (grassroot) menjadi kebutuhan para anggota masyarakat dengan membicarakan berbagai permasalahan, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari mereka sampai kepada hal-hal yang terjadi di luar lingkungan sosialnya. Hal ini terutama semakin gencarnya informasi yang mereka terima dari media massa seperti televisi, surat kabar, radio, dan media lainnya. Aktivitas para anggota masyarakat dalam membicarakan isu-isu yang mereka dengan dan lihat itu, sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memikirkan dan menjadikan dirinya sebagai salah satu bentuk partisipasi dalam memikirkan dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari suatu masyarakat.
Komunikasi sebagai Multidimensional
Kalau komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada dua tingkatan yang dapat diidentifikasi, yakni dimensi isi (content dimension) dan dimensi hubungan (relationship dimension).
Dalam komunikasi antarmanusia, kedua dimensi ini tidak terpisah satu sama lain. Dimensi ini menunjukkan pada kata, bahasa, dan informasi yang dibawa oleh pesan, sementara dimensi hubungan menunjukkan bagaimana peserta komunikasi berinteraksi satu sama lain.











Post a Comment

 
Top