“Dan rahmat-Ku
meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang
yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan mereka yang terhadap ayat-ayat Kami
terus menerus beriman. Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
mereka mendapati-nya tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka.”
(QS Al-A’raaf (Tempat yang
Tertingggi) [7]: 156-157)
Pada saat
Rasulullah duduk beristirahat di tengah para sahabatnya, datanglah seorang
lelaki membawa pakaian. Dia menyimpan sesuatu yang disembunyikan dalam
pakaiannya itu. Dia mengatakan, “Wahai Rasulullah, ketika aku berjalan ke
arahmu, aku melewati sebuah pohon yang sangat rindang. Aku mendengar suara
anak-anak burung, lalu aku ambil dan menaruhnya di kainku. Namun, tiba-tiba
induknya datang dan terbang mengitari kepalaku, maka kubuka kainku agar ia melihat
anak-anaknya. Karena melihat anak-anaknya dalam kainku sang induk ikut bersama
mereka sehingga aku selimuti mereka semua dengan kainku ini. Inilah mereka
semua, aku bawa kemari.” Rasulullah berkata, “Letakkan mereka.”
Aku
pun meletakkan mereka di atas tanah di hadapan beliau. Aku buka penutupnya
namun induknya enggan meninggalkan mereka.
Rasulullah
bertanya, “Apakah kalian heran dengan kasih sayang induk burung ini terhadap
anak-anaknya?”
Rasulullah
bersabda, “Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan membawa kebenaran,
sesungguhnya Allah lebih kasih terhadap hamba-hamba-Nya dibanding induk
burung kepada anak-anaknya ini. Bangunlah dan bawalah mereka kembali hingga
kau letakkan mereka di tempat semula bersama induknya.”
Lelaki
itu pun membawa mereka kembali sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah.
Sabda
Rasulullah di atas adalah gambaran indah betapa kasih sayang Allah tak
terbatas oleh ruang dan waktu terhadap hamba-hambanya. Tatkala kita ditimpa
suatu musibah, bukan berarti Allah sudah tidak sayang dan peduli lagi. Allah
hanya menginginkan agar kita lebih kuat dan cerdas dalam memaknai romantika
kehidupan. Sebagaimana peristiwa yang saya alami ketika saya masih
kanak-kanak. Ketika saya melihat mama memegang uang sepuluh ribu, saya memohon
kepadanya untuk memberikan uang itu padaku. Saya tertarik dengan uang itu
karena belum pernah dikasih mama uang sebesar itu, tapi mama tidak mengabulkan
permintaanku. Pada waktu itu saya berpikir mama pelit, dia tidak sayang
padaku.
Namun
seiring berjalannya sang waktu, aku baru menyadari kenapa waktu itu mama tidak
memberikan uang itu padaku. Bukan berarti dia pelit, justru itu adalah
ungkapan bahwa dia sangat sayang padaku. Dia khawatir, kalau uang itu diberikan
padaku, kemungkinan akan terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan
diriku. Karena pada waktu itu umurku baru enam tahun.
Begitu
juga ketika kita meminta sesuatu kepada Allah, tetapi Allah tidak langsung
mengabulkannya. Mungkin Allah tidak mengabulkan permintaan itu, karena Allah
mengetahui, hal itu akan menjauhkan kita dari sisi-Nya. Seperti Qarun, setelah
diberi kelapangan rezeki, dia malah menjadi hamba yang kufur dan tamak akan
harta. Orang bijak mengatakan, Allah menjawab permohonan kita dengan tiga cara.
Allah berkata “Ya”, Dia memberi apa yang kita inginkan. Allah berkata “Tidak”,
Dia memberi kita sesuatu yang lebih baik. Allah berkata “Tunggu”, Dia memberi
kita yang terbaik.
Kasih
sayang Allah kepada kita tidak akan pernah terhenti walau sedetikpun. Sejak
kita masih berupa setetes “air kehidupan”, lalu tumbuh menjadi manusia
dewasa sempurna. Selama kita masih di dunia, perjalanan hidup kita akan selalu
diwarnai berbagai macam gejolak problematika kehidupan. Apabila kita berhasil
memetik pelajaran dari setiap penderitaan tersebut, maka kita akan hidup
bahagia menuju keabadian. Sebaliknya, apabila kita gagal memahami dan
mengambil saripati pelajaran dari penderitaan yang kita alami, maka kita
tergolong orang yang bangkrut, dan itu adalah kerugian yang sebenarnya.
Memang beberapa dasawarsa terakhir, negeri tercinta ini
sedang dirundung banyak bencana dan problem kemanusiaan. Mulai dari banjir
tsunami, banjir bandang, gempa bumi, flu burung, kekeringan, busung lapar,
hingga melambungnya harga-harga kebutuhan bahan pokok. Ketika kita membaca koran,
majalah dan media cetak lainnya, kita disuguhi berita-berita tentang berbagai
macam musibah yang menimpa negeri tercinta ini.
Tentu
tidak ada salahnya bila kita sedih dan prihatin terhadap bencana yang menimpa
negeri ini. Karena Rasulullah sendiri menitikkan air mata kesedihan ketika
melepas kepergian putranya, Ibrahim untuk selamanya. Sebagaimana yang diceritakan
Anas, kami bersama-sama dengan Rasulullah datang berkunjung ke kediaman Abu
Yusuf al-Qain. Istri Abu Yusuf adalah ibu susuan Ibrahim putra Rasulullah.
Kemudian Rasulullah menggendong Ibrahim lalu menciumnya. Pada kesempatan
yang lain kami kembali berkunjung ke kediaman Abu Yusuf. Namun ketika itu
Ibrahim kecil sedang menghadapi sakaratul maut. Air mata Rasulullah menetes
dari pelupuk matanya. Melihat hal tersebut Abdurrahman bin Auf bertanya kepada
beliau, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau menangis?’
Rasulullah
menjawab, ‘Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya itu merupakan ungkapan rasa kasih
sayang.’ Kemudian Rasulullah mengulang kembali perkataannya, ‘Sesungguhnya
mata memang meneteskan air mata dan hati merasa sedih. Namun kami tidak
mengucapkan sesuatu kecuali kalimat yang diridhai oleh Tuhan kami. Dan
sesungguhnya kami semua merasa sedih untuk berpisah denganmu wahai Ibrahim.”
Meski
pun kita dibolehkan bersedih ketika ditimpa musibah, namun tidak berarti kita
dibenarkan terus-menerus larut dalam kesedihan. Karena semua fenomena yang
ada di dunia ini akan selalu Allah pergilirkan. Bila saat ini kita tergolong
orang yang kekurangan serta memiliki keterbatasan lainnya, kita tidak perlu
berkecil hati. Karena dibalik semua kesedihan itu ada kebahagian yang Allah
persiapkan bagi orang-orang yang selalu berbaik sangka pada-Nya serta selalu
berusaha memperbaiki diri. Percayalah di balik awan matahari tetap bersinar.
Dalam kondisi sangat terpuruk sekalipun kita dapat melakukan sesuatu yang
lebih berarti dalam memaknai hidup. Sebaliknya, bagi mereka yang terlahir
beruntung hendaklah anugerah kebaikan itu dijadikan pintu gapura untuk
membantu sesama yang kekurangan. Misalnya orang yang memiliki harta sedikit berlimpah,
hendaklah ia membantu saudara-saudaranya yang kurang beruntung dan yang
tertimpa musibah.
Pertolongan
Allah pasti akan datang untuk membebaskan kita dari kemalangan, penderitaan,
dan kegagalan. Setelah kita terlebih dahulu mempelajari faktor-faktor penyebab
kemalangan, penderitaan dan kegagalan itu. Kemudian kita bangkit melakukan
perubahan untuk membebaskan diri dari semua belenggu itu. Meminjam ungkapan
orang bijak, “Big Think, Small Step, Act Know.”
Kasih Sayang Allah Begitu Indah
• Jangan
pernah merasa sebagai orang yang paling menderita di dunia, karena setiap orang
punya cerita derita masing-masing. Karena itu berbahagialah sekalipun langit
akan runtuh esok hari. Allah memberi pengajaran tentang makna hidup kepada kita
melalui penderitaan yang Dia turunkan.
• Yakinilah
bahwa dibalik semua penderitaan pasti ada kebaikan yang Allah persiapkan dan
anugerahkan kepada kita. Orang bijak mengatakan, dibalik awan matahari
bersinar. Dalam kondisi sangat terpuruk sekalipun kita dapat melakukan sesuatu
yang lebih berarti dalam memaknai kehidupan.
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan
shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu.” (Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan
menemui Tuhan mereka dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS.
Al-Baqarah (Sapi Betina) [2]: 45-46)
Post a Comment