Nabi Yahya a.s. adalah putera satu-satunya Nabi zakaria a.s. Nabi Yahya a.s. lahir sebelum kelahiran Isa putra Maryam, selang tiga bulan. Beliau diangkat menjadi Rasul tatkala ayahnya masih hidup bahkan mereka berdua berjuang bersama-sama.
Sejak masa kanak-kanak, dia diberi kebijkasanaan oleh Allah, kuat dalam mempertahankan kalimat dan hukum Allah, sabar, ramah, lapang dada, cerdas, bertaqwa, dan berbakti kepada kedua orang tuanya.

Sebagaimana dikemukakan dalam al-Qur’an, “Hai Yahya, ambillah Al kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). dan ia adalah seorang yang bertakwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam [19]: 12-15).
Nabi Yahya mengajak Bani Israil ke jalan Allah, memberikan kabar gembira kepada mereka. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada Yahya ibnu Zakaria lima kalimat untuk dia amalkan. Supaya dia memerintahkan kepada Bani Israil untuk mengamalkannya.
Hampir saja Yahya terlambat melaksanakannya. Kemudian Nabi Isa berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau telah diperintahkan dengan lima kalimat untuk engkau amalkan, dan engkau diperintahkan untuk memerintah kepada Bani Israil agar mereka mengamalkannya. Jika engkau menyampaikan semuanya, tentu aku menyampaikan semuanya.”
Maka Yahya berkata, “Hai saudaraku, aku takut jika engkau mendahului aku, tentu aku disiksa, atau engkau tidak mengindahkan aku.” Maka Yahya mengumpulkan Bani Israil di Baitul Makdis sehingga memenuhi masjid. Dia duduk di tempat yang tinggi dengan memuji Allah, menyanjung-Nya,” kemudian berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan aku dengan lima kalimat untuk aku amalkan, dan aku diperintahkan untuk menyampaikannya supaya kamu mengamalkan semuanya:
1.      Sembahlah Allah, jangan kamu sekutukan Dia dengan yang lain-Nya; sesungguhnya Allah telah menciptakan kamu, memberikan rezeki kepadamu. Maka sembahlah Dia dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan yang lain.
2.      Kamu diperintahkan untuk mendirikan shalat.
3.      Kamu diperintahkan untuk berpuasa.
4.      Kamu diperintahkan untuk bersedekah.
5.      Kamu diperintahkan berzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya. (HR. Imam Ahmad).
Di masa Nabi Yahya a.s. ada seorang raja bernama Hairud di Palestina, dia ingin menikah dengan anak tirinya sendiri. Padahal perbuatan itu melanggar aturan Allah. Oleh karena itu, Nabi Zakaria a.s. dan Nabi Yahya melarang dan menghalang-halangi kehendak raja itu. Raja sangat marah kepada dua orang yang berani menghalang-halangi kehendaknya itu. Oleh karena itu, raja mengerahkan bala tentaranya untuk mengejar kedua orang tersebut.
Malangnya, Nabi Yahya a.s. tertangkap di tengah jalan, lalu dibunuh dahulu. Para prajurit raja itu terus menerus mengejar dan memburu Nabi Zakaria a.s. Kemudian dengan izin Allah, Nabi Zakaria masuk ke dalam sebuah pohon yang pada saat itu terbelah menjadi dua bagian, dan dengan cepat Nabi Zakaria a.s. masuk ke dalam pohon tersebut, lalu pohon itu tertutup kembali seperti sedia kala.
Para prajurit yang mencari beliau sudah yakin, bahwa beliau berada di dalam pohon tersebut, maka keputusan mereka pohon itu digergaji, sampai terpotong menjadi dua, secara otomatis tubuh Rasul yang satu ini pun juga terpotong menjadi dua, beliau wafat pada waktu itu juga.
Demikianlah, kisah dua orang Rasul yang syahid, karena mempertahankan kalimat dan hukum Allah dengan mantap tidak takut segala akibatnya, sekalipun yang menjadi taruhannya.

Daftar Pustaka
Afif Abdu Al-Fatah Thabbarah, Ma’a Al-Anbiya fi Al-Qur’ani Al-Karim, terj. Tamyiez Dery dkk, Semarang: Toha Putra, Cet. I, 1985

 Ash-Shabuni,Muhammad, Ali, an-Nubuwwah Wal An-Biya, terj. Muslich Shabir, Semarang: CV. Cahaya Indah, Cet. I, 1994

Az-Zain, Muhammad Basam Rusydi, Madrasatul Anbiya ‘Ibar wal Adhwa, terj. Fadhilah Ulfa, Vol, 2, Yogyakarta: Cet. I, 2007

Khalid, Amru, Qira’ah Jadidah wa Ru’yah fi Qishash al-Anbiya,  terj. Tim Embun Publishing, Surabaya: Embun Publishing, Cet. I, 2007

Mujieb, Abdul, Qishashul Anbiya dalam al-Qur’an, Surabaya: PT. Bungkul Indah, 1985
Rafi’udin, Lentera Kisah dua puluh lima Nabi dan Rasul, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. I, 1997

Post a Comment

 
Top