![]() |
Sumber Gambar: |
"Kaum laki-laki itu adalah
pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka."
(QS An-Nisa : 34)
Ada
suatu ungkapan mengatakan "jangan berharap mendapatkan istri
salihah seperti Fatimah binti Rasulullah jikalau engkau belum seperti Ali bin
Abi Thalib", ungkapan ini merupakan sebuah sindiran untuk memperbaiki diri
sebelum memikul suatu tanggung jawab.
Terdapat beberapa tuntunan untuk melejitkan kualitas
keimanan kepada Allah SWT, hakekatnya semakin meningkat kualitas ketaqwaan
seseorang maka semakin baik kualitas hubungan keluarganya.
Menjadi seorang suami yang baik bukanlah semudah
membalikan telapak tangan. Hal ini dikarenakan seorang suami umumnya memiliki
tanggung jawab yang lebih luas dan besar dari pada wanita. Urusan nafkah
keluarga, sosial kemasyarakatan, tanggung jawab dakwah dan lain sebagainya yang
terkadang menyita lebih banyak waktu.
Maka tak jarang diantara suami banyak yang hanya memiliki
waktu yang sangat sedikit untuk keluarganya, dan tidak jarang yang tidak
memiliki waktu sama sekali bahkan sampai meninggalkan keluarga untuk waktu yang
lama guna mencukupi nafkah keluarga. Di lain sisi pihak keluarga khususnya istri
merasa tidak mendapatkan apa yang menjadi haknya secara utuh, walau dari segi materi
misalnya sudah terpenuhi.
Seorang suami yang baik hendaklah mengerti betul hak-hak
istrinya, karena hak istri tersebut merupakan kewajiban yang harus ditunaikan. Jika
kewajiban-kewajiban tersebut tidak ditunaikan maka jelas akan memberikan dampak
yang buruk, baik bagi kehidupan keluarga maupun pribadi sang suami, karena bagaimanapun
seorang istri merupakan amanat dan menjadi tanggung jawab bagi suaminya.
Jika memang demikian kenyataannya bahwa seorang istri
adalah amanat, maka masing-masing suami hendaknya bertanya kepada diri sendiri,
apakah selama ini telah menunaikan hak-hak istri ataukah termasuk orang yang menyia-nyiakannya
serta bertidak melampaui batas terhadapnya?
Berikut ini adalah diantara hak-hak istri yang perlu
untuk diperhatikan oleh seorang suami, jika itu semua dapat direalisasikan maka
insya Allah SWT seorang laki-laki akan menjadi suami idaman bagi istrinya.
1.
Wasiatkan Kepada Istri.
Perempuan merupakan makhluk menyimpan berjuta rahasia
yang, terkadang ia dapat begitu tegar dan terkadang ia akan terlihat begitu
lemah, ketegaran seorang perempuan malah terkadang merupakan kelemahannya. Salah
satu penya'ir Lebanon pernah berkata "jangan melihat perempuan dari perkataannya, tetapi
lihatlah kematanya". Menjadi kewajiban seorang suami untuk berwasiat
kepada istrinya dengan lemah lembut dan kasih sayang, kata-kata yang biasa
menurut kita dapat bermakna lain bagi seorang perempuan. Oleh karena itu Allah SWT
memberikan tuntunan dalam al Qur'an yang artinya:
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian
jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah SWT menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
(QS. an-Nisa':19)
Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan mengenai tata
nasehat kepada wanita:
"Berwasiatlah kalian semua kepada para wanita
dengan kebaikan, sesungguhnya wanita itu terbuat dari tulang rusuk dan tulang
rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau meluruskannya
maka engkau bisa membuatnya patah, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan
tetap bengkok. Maka berialah wasiat kepada para wanita." (Muttafaq alaih).
2. Memberikan Hak
Istri.
Saat memilih seorang wanita untuk dijadiakan pendamping
hidup, hakekatnya seorang laki-laki memilih untuk memikul suatu tanggung jawab
yang dibebankan kepada dirinya, namun bila hubungan anda dilandasi oleh cinta
yang ikhlas karena Allah SWT, seberat apapun beban tersebut akan menjadi ringan
dan sesuram apapun kesulitan akan dapat dilewati.
Diantara tanggung jawab tersebut adalah memenuihi hak-hak
seorang istri, Mu'awiyah bin Hidah ra, ia berkata, "Aku bertanya, Wahai
Rasulullah, apa hak istri yang harus ditunaikan oleh seorang laki-laki diantara
kami (suami)?", Beliau menjawab, "Memberinya makan jika ia (suami) makan,
memberinya pakaian jika memiliki pakaian, tidak menampar wajahnya, tidak
menjelek-jelekkannya serta tidak memisahkan tidurnya kecuali di dalam rumah."
(HR.Ahmad).
Terdapat sebagian orang yang begitu baik dan sangat
memuliakan teman-temannya, koleganya, namun dibalik itu semua ia lupa akan
hak-hak istrinya yang seharusnya merupakan satu-satunya manusia yang harus
menerima perlakuan yang amat istimewa dari sang suami setelah kedua orang tua. Jika
kepada orang lain seseorang suami mampu berbuat baik maka kenapa kepada istrinya
ia tidak bisa melakukannya? Padahal dalam sebuah hadits Nabi saw menjelaskan.
دِينَارً أَنفَقَتهُ فِي سَبِيلِ اللهِ. وَدِينَار أَنفَقَتهُ فِي رَقَبَة. وَدِينَار تَصَدَقَت بِهِ عَلَى مَسَكِين. ودِينَار أَنفَقَته عَلَى أَهلِكَ. أَعظَمهَا أَجْرًا للذي أَنْفَقَتْهُ عَلَى أَهْلِكَ
دِينَارً أَنفَقَتهُ فِي سَبِيلِ اللهِ. وَدِينَار أَنفَقَتهُ فِي رَقَبَة. وَدِينَار تَصَدَقَت بِهِ عَلَى مَسَكِين. ودِينَار أَنفَقَته عَلَى أَهلِكَ. أَعظَمهَا أَجْرًا للذي أَنْفَقَتْهُ عَلَى أَهْلِكَ
Satu dinar yang dinafkahkan di jalan Allah SWT,
Dan satu dinar dinafkahkan untuk hamba sahaya, dan satu dinar dinafkahkan untuk
keluarga, maka pahala yang terbesar adalah yang dinafkahkan untuk keluarga. (HR. Muslim).
3. Mengajarkan
Ilmu Agama.
Mempunyai istri shalihah, yang memahami agama, mengerti
akan kewajiban-kewajibannya adalah kebahagiaan yang tiada tara bagi seorang
suami, lantas bagaimana dengan mereka yang mendapatkan istri yang pemahaman
agamanya sangat minim?.
وَاذْكُرْنَ
مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ
اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari
ayat-ayat Allah SWT dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah SWT adalah Maha Lembut lagi
Maha Mengetahui. (QS.al-Ahzab:34)
Seorang suami hendaknya mengajarkan istrinya tentang
al-Qur'an, Hadits dan pengetahuan agama serta mendorong dan memotivasinya dalam
ketaatan dan ibadah. Kebanyakan kita terjebak bahwa nafkah batin adalah
hubungan seks antara suami istri, namun hakekatnya pengajaran agama merupakan
nafkah batin yang sebenarnya, adalah Sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT:
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ
وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu
dalam mengerjakannya. (Q.S.Thaha:
132)
4. Memperlakukan Istri
Dengan Baik
Suami yang baik tentu akan berusaha untuk mengetahui
hal-hal yang disukai dan hal-hal yang dibenci. Bila telah mengetahuinya tentu
suami akan berbuat baik terhadap istri dan menjauhi hal-hal yang tidak
disukainya, apalagi sampai berbuat kasar terhadap istri, perlu diketahui bahwa
rasa malu wanita hampir-hampir mengalahkan keinginannya, dan perasaannya lebih
bisa memendam sakit hati namun tidak untuk meredamnya.
Seorang suami janganlah menjelek-jelekkan perilaku dan
rupa istri, memanggilnya dengan panggilan yang tidak disukainya ataupun
menyebut kekurangan-kekurangan keluarganya. Seorang suami hendaknya jangan
menyakiti istrinya dengan menyebut kecantikan wanita lain dan mengatakan bahwa
mereka lebih unggul dan lebih baik daripada dirinya, apalagi kalau sampai
melakukan pemukulan terhadap istri, bersabarlah.
Hasan al Basry salah seorang ulama berkata "seorang
lelaki mulia tidak akan memperhitungkan segala kekeliruan istrinya",
lantas bagaimana bila wanita melakukan kesalahan yang mengharuskan adanya
pukulan?, suatu hari Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian
pukul para istri kalian", maka Umar datang kepada Rasulullah
dan berkata, “para istri telah berani menentang para suami”, maka Rasulullah
memperbolehkan para suami untuk memukul istrinya. Setelah itu, datanglah para
wanita ke rumah Rasulullah, mengadu perlakuan suami mereka. Maka Rasulullah
berkata, "Banyak para wanita datang ke rumah keluarga Muhammad mengadukan
perlakuan suami mereka. Sesungguhnya, para suami yang berbuat itu (memukul
istri) bukanlah orang-orang yang terbaik diantara kalian".
5. Menjaga Istri.
Suami yang baik adalah suami yang tidak akan membiarkan istrinya
terbiasa melakukan kesalahan-kesalahan. Menjaga istri adalah dengan memeliharanya
dari kerusakan dan menjaga agar jangan mendatangi tempat-tempat yang buruk. Senantiasa
menampakkan cemburu terhadapnya serta menganjurkan agar banyak-banyak tinggal
di rumah.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, ia
berkata, "Rasulullah saw. bersabda, Ada tiga orang yang tidak akan masuk surga dan tidak akan
dilihat Allah SWT di hari kiamat kelak: Seorang yang duhaka kepada orang
tuanya, wanita yang menyerupai laki-laki, serta laki-laki dayyuts (tidak
memiliki sifat cemburu)'." (HR. Ahmad).
Kecemburuan ini tentu dalam batasan yang wajar dan tidak
berlebihan, kecemburuan yang berlebihan akan membuat hubungan rumah tangga akan
menjadi renggang, maka hendaknya suami membatasi diri dengan cemburu kepada istri
dalam hal-hal yang disyariatkan oleh al Qur'an dan Hadits.
Seorang istri juga harus dijauhkan dari teman-teman yang
buruk, jangan biarkan istri keluar untuk hal-hal yang tidak perlu, pergi ke
tempat-tempat yang tidak jelas baik atau buruknya atau melakukan perjalanan
tanpa didampingi mahram. Tumbuhkan perasaan dalam diri bahwa istri adalah
amanah yang kelak akan dipertanyakan di hari kiamat.
6. Memperhatikan
Kebutuhan istri.
Istri adalah orang yang paling berhak untuk dinafkahi
tatkala seorang laki-laki telah berkeluarga, nafkah yang baik akan membuat
seorang istri merasa tercukupi sehingga tak akan menengok atau mencari
perhatian kepada selain suaminya.
Abu
Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seseorang datang kepada
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah, aku
mempunyai satu dinar?. Beliau bersabda: "Nafkahilah dirimu sendiri."
Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda: "Nafkahi
anakmu." Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau bersabda:
"Nafkahi istrimu." Ia berkata: Aku mempunyai satu dinar lagi. Beliau
bersabda: "Nafkahi pembantumu." Ia berkata lagi: Aku mempunyai satu
dinar lagi. Beliau bersabda: "Engkau lebih tahu (siapa yang harus diberi
nafkah)." (HR. Syafi'i dan Abu Daud)
Seorang suami hendaknya Jangan sampai lupa meluangkan
waktu untuk istri kita, Rasulullah selalu meluangkan waktu untuk istri beliau,
pernah diriwayatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah:
“Aku melihat Rasulullah menutupi aku dengan
selendangnya, dan aku melihat kepada anak-anak Habasyah yang sedang bermain di
masjid hingga akulah yang bosan.” (HR. Al-Bukhari).
Sediakanlah untuk istri wajah yang ramah dan perilaku
luhur, kasih sayang dan pergaulilah dengan penuh cinta kasih.
7. Meneladani
Suami-suami Pilihan.
Meniru adalah cara termudah, namun meniru hal-hal yang
baik mungkin akan lebih susah. Rasulullah merupakan sosok terbaik yang
seharusnya menjadi teladan bagi setiap muslim, mereka para sahabat dan
orang-orang shalih yang memperlakukan istri mereka dengan cara yang baik. Seorang
istri sangatlah berhak mendapatkan semua perlakuan dan pergaulan yang baik dari
suaminya. Karena istrilah orang yang selalu melayaninya, memasak untuknya,
membersihkan dan mencuci pakaiannya, menyambut kedatangannya waktu pulang,
memelihara dan mendidik anak-anak serta menjaga dan dan mengurus rumah tangga
kala sang suami tengah menghabiskan waktu diluar rumah.
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو
اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah SWT. (QS.
al-Ahzab: 21)
Bila kita melihat kehidupan Rasulullah, beliau merupakan
sosok yang amat sangat mengetahui bagaimana menghargai dan memperlakukan
istrinya, beliau minum dari bekas tempat minum istrinya untuk menyenangkannya,
beliau memanggilnya dengan panggilan yang disukai dan tidak jarang
berbincang-bincang dan bermusyawarah.
8. Bersabar Terhadap
Istri
"Barang siapa yang mencari teman tanpa cela, maka ia
tidak akan pernah mendapatkan teman selamanya". Sebuah ungkapan yang
hendaknya diperhatikan oleh mereka yang menginginkan kesempurnaan.
Setiap orang di dunia pasti akan menemukan beragam
peristiwa dan kejadian, seseorang pasti akan mendapati hal-hal yang disukai
maupun yang tidak disukai dari dalam diri maupun dari orang lain dan
lingkungan, termasuk suami ataupun istri. Allah SWT juga menciptakan manusia
ini dalam keadaan lemah dan serba penuh kekurangan. Maka segala kekurangan
istri, masakan yang kurang sedap, rumah belum rapi, pakaian belum tercuci dan hal
lainnya hendaklah disikapi dengan penuh kesabaran dan menahan diri. Lihatlah
kelebihan istri, karena saat suami bahagia dengan kelebihan istri maka dilain
sisi dia harus siap menerima kekurangannya.
وَخُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا
dan manusia dijadikan bersifat lemah
(QS. an-Nisa': 28)
Kesabaran akan kekurangan adalah kemestian namun dalam
hal yang menyangkut urusan akhirat seperti masalah shalat, puasa dan
ibadah-ibadah wajib lainnya maka maka tidak bisa ditoleransi, karena maksiat
yang dilakukan oleh istri sedang suami mengetahuinya tanpa menegurnya maka
suami akan bertanggung jawab pula, karena kedudukan suami sebagai pemimpin
dalam keluarga adalah jelas.
9. Menjaga Harta Istri.
Rizki merupakan hal yang telah diatur oleh Allah SWT,
maka tidaklah aneh bila kadang kala seorang istri memiliki harta yang lebih
banyak dari suami, warisan, pemberian, hasil usaha, dan sebagainya. Namun meski
seorang laki-laki adalah pemimpin keluarga dia sama sekali tidak berhak
mengusik harta yang menjadi hak pribadi istrinya. Hendaknya ia berhati-hati
jangan sampai megambil harta itu baik dengan terang-terangan maupun
sembunyi-sembunyi, dengan janji-janji atau ancaman terkecuali dengan
kerelaannya dan keridhoan istri. Apa yang telah diberikan kepada istri
merupakan hak istri dan apa yang dimiliki istri selamanya akan menjadi miliknya
kecuali bila istri tersebut memberikannya kepada suaminya. Dalam hal ini Islam
mengatur persoalan ini dalam firman Allah SWT:
وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ
عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin
itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (QS. an-Nisa:4)
Rasulullah SAW merupakan sosok suami yang amanah terhadap
harta istrinya Khadijah. Sebagaimana diketahui bahwa Khadijah merupakan seorang
janda kaya raya namun beliau tidak pernah mengambil harta Khadijah kecuali apa
yang menjadi haknya. Bahkan meskipun istri tersebut telah ditalak, harta yang
telah diberikan kepada istri adalah menjadi hak penuh istri dan tidak boleh
diambil kembali oleh suami, sebagaimana dijelaskan:
Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri
yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta
yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang
dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata. Bagaimana kamu akan mengambilnya
kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain
sebagai suami-istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu
perjanjian yang kuat. (QS. an-Nisa':20-21)
Maka mengambil harta milik istri yang telah susah-susah dikumpulkannya
merupakan sebuah kesalahan. Maka mengambil harta istri justru akan menjatuhkan
posisi suami sebagai pemimpin keluarga yang seharusnya bertanggung jawab
memberi nafkah, menghormati dan melindungi istri meski keadaan istrinya lebih
kaya.
10. Poligami Untuk
Berbuat Adil
Poligami memang sebuah persoalan bagi wanita, namun di lain
sisi poligami adalah lebih baik daripada perzinahan yang dilakukan mereka yang
telah berkeluarga, apalagi hubungan bebas yang membudaya dikalangan masyarakat
Kristen Barat. Maka bagi mereka yang berpoligami hendaklah selalu memperhatikan
persoalan keadilan kepada setiap istri, yaitu dengan memberikan tempat yang
sama bagi masing-masing istrinya, demikian pula dalam hal bermalam dan
pemberian nafkah. Allah SWT telah berfirman:
Sesungguhnya Allah SWT menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah SWT melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. 16:90)
Hadist lain yang harus diperhatikan oleh mereka yang
berpoligami adalah ancaman bagi mereka yang tidak berlaku adil kepada istri-istri
mereka.
مَنْ كَانَتْ لَهُ اِمْرَأَتَانِ , فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا
, جَاءَ يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ
Barang siapa memiliki dua istri kemudian ia
condong kepada salah satunya maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan
pincang. (HR. Ahmad dan Imam Empat)
Post a Comment