John P. Kotter, Seorang
professor Harvard Business School mengemukakan “management deals mostly with
the status quo and leadership deals mostly with change, in the next century we
are going to have to try to become much more skilled at creating leaders”. Singkatnya,
perubahan merupakan tugas pimpinan dan seorang pemimpin harus mampu
mencetak pemimpin-pemimpin pada level di bawahnya dalam jumlah yang
cukup banyak, pemimpin harus mempersiapkan kader-kader yang lebih baik untuk
melanjutkan estafet kepemimpinannya.
Seorang pakar
leadership, John C. Maxwell mengatakan “The most effective leadership is by
example, not edict”. Menurut dia, 90 persen manusia belajar secara
visual, sembilan persen secara verbal, sisanya satu persen dengan indra
lainnya. Maka dari itu, keteladanan menjadi kunci yang sangat penting dan
menjadi nilai yang fundamental untuk diwariskan pada pemimpin selanjutnya,
karena keteladanan seorang pemimpin dapat dilihat dan menjadi cerminan bagi
kepemimpinan selanjutnya.
Pemimpin seperti ini senantiasa berfikir jauh kedepan dan
mempersiapkan transformasi kepemimpinannya dengan sebaik mungkin. Bukan
kepemimpinan dirinya saja yang dipikirkan, melainkan dia peduli dengan orang
lain, terlebih kepada masa depan orang yang dipimpinnya. Ada dua fokus
pemimpin, pertama adalah para pengikutnya (people) yang kedua adalah
tujuannya (task).
Fokus pemimpin bukanlah dirinya sendiri dan tidak pula
mendapatkan keuntungan sebagai tujuan dirinya. Pemimpin yang peduli adalah
mereka yang telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya, jauh
sebelum mereka menjadi pemimpin, bahkan pada saat dia belum menjadi siapa-siapa.
Dia adalah pemimpin yang paling bahagia bersama orang-orang yang dipimpinnya.
Kebahagiaan orang-orang yang dipimpin adalah kebahagiannya, begitupula
kesedihannya.
Dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia, Panglima Besar Jenderal Sudirman,
adalah sosok yang tidak diragukan lagi kepeduliannya pada para sahabat-sabatnya
yang berjuang bersamanya. Mereka berperang bergerilya di hutan-hutan untuk
menghadapi Tentara Belanda dan Sekutu meski penyakit yang dideritanya semakin
parah. Sejak dilantik oleh Presiden Soekarno pada 25 Mei 1946 sebagai Panglima
Besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat), Jenderal Sudirman segera bergerak
mempertahankan setiap jengkal tanah pertiwi, pada saat itulah untuk pertama
kalinya tentara Republik Indonesia memiliki pucuk pimpinan yang menyatukan
seluruh komando. Itulah awal tentara Republik Indonesia menjadi organisasi
tentara yang teratur, solid, kokoh, dan kuat.
Jenderal Besar
Sudirman mengamanatkan kepada seluruh tentara dan rakyat Indonesia untuk
memiliki jiwa yang bersih dan suci demi meraih cita-cita yang diidamkan, yakni
kemerdekaan yang utuh. Kemerdekaan yang utuh menurut Jenderal Sudirman dalam
pidatonya yang disebarluaskan oleh harian Kedaulatan Rakyat pada tanggal 5 Juli
1946 adalah kemerdekaan 100 persen.
Di depan Tentara Keamanan Rakyat, dalam pidato pertamanya
Beliau mengatakan “Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada
kesucian. Dengan demikian, perjuangan merupakan perjuangan antara jahat melawan
suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat
pertolongan dari Tuhan. Apabila perjuangan kita sudah berdasarkan atas
kesucian, maka perjuangan ini pun akan berwujud perjuangan antara kekuatan
lahir melawan kekuatan batin. Dan kita percaya kekuatan batin inilah yang akan
menang. Sebab, jikalau perjuangan kita tidak suci, perjuangan ini hanya akan
berupa perjuangan jahat melawan tidak suci, dan perjuangan lahir melawan lahir
juga, tentu yang akhirnya si kuat yang menang. Telah diakui oleh beberapa
pemimpin perjuangan di berbagai tempat,bahwa kemunduran dan kekalahan yang
diderita oleh barisan yang berjuang itu di manakala anggota-anggota barisan
tadi mulai tidak suci lagi dalam perjuangannya dan rusuh dalam tingkah laku dan
perbuatannya,’’
Keteladanan seperti
inilah yang menjadikan seorang pemimpin memiliki integritas dimata orang lain,
menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin yang hidup sesudahnya. Sosok seperti
beliau tidak sekedar dipercaya (trust) tetapi diharapkan dan dinantikan
kehadirannya. Dari dulu hingga saat ini semua rakyat cinta dan rindu akan
kehadiran sosok-sosok pemimpin seperti beliau, pemimpin yang selalu peduli pada
masa depan bangsa ini, peduli pada nasib seluruh rakyat Indonesia untuk bebas
dan merdeka.
Post a Comment