Ketika
kendali pemerintahan dipercayakan kepadaku, aku adalah pemilik unta dan kambing
paling besar di Arab. Sekarang aku tidak mempunyai kambing atau unta lagi,
kecuali dua ekor unta untuk menunaikan haji. Demi Allah tidak ada kota yang aku
kenakan pajak di luar kemampuan penduduknya sehingga aku dapat disalahkan. Dan
apapun yang telah aku ambil dari rakyat aku gunakan untuk kesejahteraan mereka
sendiri
Nama
lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay
al-Quraisyi. Nabi sangat mengaguminya karena ia adalah orang yang sederhana,
shaleh dan dermawan. Ia dikenal dengan sebutan Abu Abdullah. Ia dilahirkan pada
tahun 573 M di Makkah dari pasangan suami isteri Affan dan Arwa. Beliau
merupakan salah satu keturunan dari keluarga besar Bani Umayyah suku Quraisy.
Sejak kecil, ia dikenal dengan kecerdasan, kejujuran dan keshalehannya sehingga
Rasulullah SAW sangat mengaguminya. Oleh karena itu, ia memberikan kesempatan
untuk menikahi dua putri Nabi secara berurutan, yaitu setelah putri Nabi yang
satu meninggal Dunia.
Utsman
bin Affan sebagaimana Abu Bakar beliau adalah seorang bangsawan Qurays yang
masuk islam pada masa awal-awal kenabian. Beliau orangnya sangat pemalu dan
perasa. Tapi memiliki kesolehan yang istimewa, hingga Beliau dinikahkan dengan
Ruqayyah putri nabi. Ketika Ruqayyah wafat dia dinikahkan lagi dengan putri
nabi yang lain yakni Ummu Kaltsum.Ketika Ummu wafat karena sayangnya nabi pada
Utsman beliau berujar, '' Seandainya aku punya putri yang lain maka akan aku
nikahkan lagi sama Utsman...”, demikian sebagai gambaran keutamaan sahabat Utsman
dimata Rosulullah.
Ustman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal dari kedekatannya dengan Abu Bakar, beliau dengan sepenuh hati masuk Islam bersama sahabatnya Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk Islamnya mendapat tantangan dari pamannya yang bernama Hakim, ia tetap pada pendiriannya. Karena pilihan agamanya tersebut, Hakim sempat menyiksa Ustman bin Affan dengan siksaan yang amat pedih. Siksaan terus berlangsung hingga datang seruan Nabi Muhammad SAW agar orang-orang Islam berhijrah ke Habsyi.
Ustman bin Affan masuk Islam pada usia 34 tahun. Berawal dari kedekatannya dengan Abu Bakar, beliau dengan sepenuh hati masuk Islam bersama sahabatnya Thalhah bin Ubaidillah. Meskipun masuk Islamnya mendapat tantangan dari pamannya yang bernama Hakim, ia tetap pada pendiriannya. Karena pilihan agamanya tersebut, Hakim sempat menyiksa Ustman bin Affan dengan siksaan yang amat pedih. Siksaan terus berlangsung hingga datang seruan Nabi Muhammad SAW agar orang-orang Islam berhijrah ke Habsyi.
Di
kalangan bangsa Arab ia tergolong konglomerat, tetapi perilakunya sederhana.
Selama tinggal di Madinah, ia memperlihatkan komitmen sosialnya yang tinggi
pada Islam. Seluruh hidupnya diabdikan untuk syiar agama Islam dan seluruh
kekayaannya didermakan untuk kepentingan umat Islam. Ia menyumbangkan 950 ekor
unta dan 50 ekor kuda serta 1000 dirham dalam perang Tabuk, juga membeli mata
air dari orang Romawi dengan harga 20.000 Dirham guna diwakafkan bagi
kepentingan umat Islam. Beliau juga membelikan tanah 15.000 Dinar untuk
memperluas masjid dan menambah lagi 10.000 Dinar.
Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Ustman menjadi pejabat yang amat dipercaya yaitu sebagai anggota dewan inti yang selalu diminta pendapatnya tentang masalah-masalah kenegaraan, misalnya masalah pengangkatan Umar sebagai pengganti Abu Bakar.
Selama pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, Ustman menjadi pejabat yang amat dipercaya yaitu sebagai anggota dewan inti yang selalu diminta pendapatnya tentang masalah-masalah kenegaraan, misalnya masalah pengangkatan Umar sebagai pengganti Abu Bakar.
Ustman
bin Affan menjabat Khalifah pada usia 70 tahun hingga usia 82 tahun. Adalah
Khalifah yang paling lama memerintah dibanding ketiga Khalifah lainnya. Ia
memerintah Dunia Islam selama 12 tahun (24–36 H/644–656 M). Dalam
pemerintahannya, banyak kemajuan yang telah dicapainya.
Setelah
Khalifah Umar bin Khattab berpulang ke rahmatullah terdapat daerah-daerah yang
membelot terhadap pemerintah Islam. Pembelotan tersebut ditimbulkan oleh
pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain pamong
praja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke daerah
kekuasaan Islam) ingin mengembalikan kekuasaannya. Sebagaimana yang dilakukan
oleh kaisar Yazdigard yang berusaha menghasut kembali masyarakat Persia agar
melakukan perlawanan terhadap penguasa Islam. Akan tetapi dengan kekuatannya,
pemerintahan Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negeri-negeri Persia lainnya, sehingga beberapa kota
besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh dan Turkistan jatuh menjadi wilayah
kekuasaan Islam.
Adapun
daerah-daerah lain yang melakukan pembelotan terhadap pemerintahan Islam adalah
Khurosan dan Iskandariyah. Khalifah Utsman mengutus Sa’ad bin al-Ash bersama
Khuzaifah Ibnu al-Yamaan serta beberapa sahabat Nabi lainnya pergi ke negeri
Khurosan dan sampai di Thabristan dan terjadi peperangan hebat, sehingga
penduduk mengaku kalah dan meminta damai. Tahun 30 H/ 650 M pasukan Muslim
berhasil menguasai Khurazan.
Adapun
tentang Iskandariyah, bermula dari kedatangan kaisar Konstan II dari Roma Timur
atau Bizantium yang menyerang Iskandariyah dengan mendadak, sehingga pasukan
Islam tidak dapat menguasai serangan. Panglima Abdullah bin Abi Sarroh yang
menjadi wali di daerah tersebut meminta pada Khalifah Utsman untuk mengangkat
kembali panglima Amru bin ‘Ash yang telah diberhentikan untuk menangani masalah
di Iskandariyah. Abdullah bin Abi Sarroh memandang panglima Amru bin ‘Ash lebih
cakap dalam memimpin perang dan namanya sangat disegani oleh pikak lawan.
Permohonan tersebut dikabulkan, setelah itu terjadilah perpecahan dan
menyebabkan tewasnya panglima di pihak lawan.
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus.
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan.
Selain itu, Khalifah Ustman bin Affan juga mengutus Salman Robiah Al-Baini untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia, bagi yang menentang dan memerangi terpaksa dipatahkan dan kaum muslimin dapat menguasai Armenia. Perluasan Islam memasuki Tunisia (Afrika Utara) dipimpin oleh Abdullah bin Sa‘ad bin Abi Zarrah. Tunisia sebelum kedatangan pasukan Islam sudah lama dikuasai Romawi. Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Muawiyah, ia berhasil menguasai Asia kecil dan Cyprus.
Dimasa pemerintahan Utsman, negeri-negeri yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain: Barqoh, Tripoli Barat, sebagian Selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria), negeri Balkh (Baktria), Hara, Kabul dan Gzaznah di Turkistan.
Jadi,
enam tahun pertama pemerintahan Ustman bin Affan ditandai dengan perluasan
kekuasaan Islam. Perluasan dan perkembangan Islam pada masa pemerintahannya
telah sampai pada seluruh daerah Persia, Tebristan, Azerbizan dan Armenia selanjutnya
meluas pada Asia kecil dan negeri Cyprus. Atas perlindungan pasukan Islam,
masyarakat Asia kecil dan Cyprus bersedia menyerahkan upeti sebagaimana yang
mereka lakukan sebelumnya pada masa kekuasaan Romawi atas wilayah tersebut.
Untuk
mempertahankan wilayah Islam Khalifah Ustman membangun armada angkatan laut.
Pembangunan armada angkatan laut bermula dari adanya rencana Khalifah Ustman
untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus dan Konstatinopel Cyprus. Untuk
sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Oleh karena itu atas dasar usul
Gubernur di daerah, Ustman pun menyetujui pembentukan armada laut yang
dilengkapi dengan personil dan sarana yang memadai.
Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Pada saat itu, Mu’awiyah, Gubernur di Syiria harus menghadapi serangan-serangan Angkatan Laut Romawi di daerah-daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada Khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan dikabulkan oleh Khalifah. Sejak itu Muawiyah berhasil menyerbu Romawi.
Mengenai pembangunan armada itu sendiri, Muawiyah tidaklah membutuhkan tenaga asing sepenuhnya, karena bangsa Kopti, begitupun juga penduduk pantai Levant yang berdarah Punikia itu, ramai-ramai menyediakan dirinya untuk membuat dan memperkuat armada tersebut. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain
itu, Keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga mendesak ummat
Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu, pasukan di pimpin
oleh Abdullah bin Qusay Al-Harisy yang ditunjuk sebagai Amirul Bahr atau
panglima Angkatan Laut. Istilah ini kemudian diganti menjadi Admiral atau
Laksamana. Ketika sampai di Amuria dan Cyprus pasukan Islam mendapat perlawanan
yang sengit, tetapi semuanya dapat diatasi hingga sampai di kota Konstatinopel
dapat dikuasai pula.
Di
samping itu, serangan yang dilakukan oleh bangsa Romawi ke Mesir melalui laut
juga memaksa ummat Islam agar segara mendirikan angkatan laut. Bahkan pada
tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan penyerangan dari
laut. Penyerangan itu mengakibatkan jatuhya Mesir ke tangan kekuasan bangsa
Romawi. Atas perintah Khalifah Ustman, Amr bin Ash dapat mengalahkan bala
tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun 651 M di Mesir. Berawal
dari sinilah Khalifah Ustman bin Affan perlu diingat sebagai Khalifah pertama
kali yang mempunyai angkatan laut yang cukup tangguh dan dapat membahayakan
kekuatan lawan.
Kodifikasi
Al-Quran, Mushhaf Ustmani.
Penyebaran
Islam bertambah luas dan para Qori‘ pun tersebar di berbagai daerah, sehinga
perbedaan bacaan pun terjadi yang diakibatkan berbedanya qiro‘at dari qori‘
yang sampai pada mereka. Sebagian orang Muslim merasa puas karena perbedaan
tersebut disandarkan pada Rasullullah SAW. Tetapi keadaan demikian bukan
berarti tidak menimbulkan keraguan kepada generasi berikutnya yang tidak secara
langsung bertemu Rasullullah.
Ketika terjadi perang di Armenia dan Azarbaijan
dengan penduduk Irak, diantara orang yang ikut menyerbu kedua tempat tersebut
adalah Hudzaifah bin Aliaman. Ia melihat banyak perbedaan dalam cara membaca
Al-Qur‘an. Sebagian bacaan itu tercampur dengan kesalahan tetapi masing-masing
berbekal dan mempertahankan bacaannya. Bahkan mereka saling mengkafirkan.
Melihat hal tersebut beliau melaporkannya kepada Khalifah Ustman. Para sahabat
amat khawatir kalau perbedaan tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan
pada kaum muslimin. Mereka sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di
lakukan oleh Khalifah Abu Bakar yang disimpan oleh istri Rasulullah, Siti Hafsah
dan menyatukan umat Islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu huruf.
Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang isinya kirimkanlah pada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, kami akan menyalinnya dalam bentuk mushhaf dan setelah selesai akan kami kembalikan kepada anda. Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman. Ustman memerintahkan para sahabat yang antara lain, Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untuk menyalin mushhaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum Quraisy bila anda berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushhaf Khalifah Ustman mengembalikan lembaran mushhaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya ia menyebarkan mushhaf yang yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushhaf yang lain dibakar.
Selanjutnya Ustman mengirim surat pada Hafsah yang isinya kirimkanlah pada kami lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur‘an, kami akan menyalinnya dalam bentuk mushhaf dan setelah selesai akan kami kembalikan kepada anda. Kemudian Hafsah mengirimkannya kepada Ustman. Ustman memerintahkan para sahabat yang antara lain, Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Zubair, Sa‘ad Ibn Al-‘Ash dan Abdurahman Ibnu Harist Ibn Hisyam, untuk menyalin mushhaf yang telah dipinjam. Khalifah Ustman berpesan kepada kaum Quraisy bila anda berbeda pendapat tentang hal Al-Qur‘an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy karena Al-Qur‘an diturunkan di kaum Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam beberapa mushhaf Khalifah Ustman mengembalikan lembaran mushhaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya ia menyebarkan mushhaf yang yang telah di salinnya ke seluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushhaf yang lain dibakar.
Al-Mushhaf
ditulis lima buah, empat buah dikirimkan ke daerah-daerah Islam supaya disalin
kembali dan supaya dipedomani, satu buah disimpan di Madinah untuk Khalifah
Ustman sendiri dan mushhaf ini disebut mushhaf Al-Imam dan dikenal dengan
mushhaf Ustmani.
Jadi
langkah pengumpulan mushhaf ini merupakan salah satu langkah strategis yang
dilakukan Khalifah Ustman bin Affan yakni dengan meneruskan jejak Khalifah
pendahulunya untuk menyusun dan mengkodifikasikan ayat-ayat al-Qur an dalam
sebuah mushhaf. Karena selama pemerintahan Ustman, banyak sekali bacaan dan
versi al-Qur’an diberbagai wilayah kekuasaan Islam yang disesuaikan dengan
bahasa daerah masing-masing. Dengan dibantu oleh Zaid bin Tsabit dan
sahabat-sahabat yang lain, Khalifah berusaha menghimpun kembali ayat-ayat
al-Qur an yang outentik berdasarkan salinan Kitab Suci yang terdapat pada Siti
Hafsah, salah seorang isteri Nabi yang telah dicek kembali oleh para ahli dan
huffadz dari berbagai kabilah yang sebelumnya telah dikumpulkan.
Keinginan
Khalifah Ustman agar kitab al-Qur’an tidak mempunyai banyak versi bacaan dan
bentuknya tercapai setelah kitab yang berdasarkan pada dialek masing-masing
kabilah semua dibakar, dan yang tersisa hanyalah mushhaf yang telah disesuaikan
dengan naskah al-Qur’an aslinya. Hal tersebut sesuai dengan keinginan Nabi
Muhammad SAW yang menghendaki adanya penyusunan al-Qur’an secara standar.
Kepemimpinan
Khalifah Utsman sangat produktif. Banyak hal yang telah dicapai dengan gemilang
dengan usia Utsman RA. yang sudah tua yakni 70 tahun di awal menjabat hingga 82
tahun ketika beliau wafat. Betapa usia tak menyurutkan niat beliau untuk
mengabdi demi tegaknya bendera Islam di dunia.
Post a Comment