Kita baru saja memasuki pintu gapura tahun baru.  Cobalah tengok sejenak kehidupan kita pada tahun sebelumnya. Bukankah kita telah banyak menorehkan pengalaman mengesankan maupun membosankan yang telah mewarnai petualangan kita. Maka pada tahun ini adalah moment yang sangat tepat untuk melakukan muhasabah (intropeksi diri), serta merampungkan cita-cita dan mimpi-mimpi kita yang belum sempat terwujud. Tidak perlu menyesali kejadian masa lalu, karena kita tidak akan pernah bisa kembali ke masa lalu. Lebih baik kita memperbaiki pelbagai kesalahan dengan membuat beberapa resolusi kesuksesan ditahun baru ini.
 Resolusi 1: Berpikir Positif.
Berpikir positif memang tidak langsung menghasilkan kebahagiaan, kesenangan, kelulusan dan prestasi puncak. Tetapi berpikir positif merupakan tahap awal untuk memperoleh semua ‘kemenangan’ itu. Dalam disiplin ilmu psikologi dijelaskan bahwa proses terjadinya sebuah tindakan yang dilakukan seseorang berawal dari proses kognitif (berpikir), afektif (perasaan), dan psikomotorik (proses terjadinya sebuah tindakan). Kita dapat  menganalogikan, apabila seseorang mengalami frustasi, keputus-asaan, kecewa dan kesedihan- boleh jadi semua itu terjadi karena ia sering berpikir negatif sehingga prilaku yang dihasilkan menyakitkan dan menyesakkan dada. Oleh karena itu untuk menciptakan resolusi baru yang positif haruslah dibangun dari pola pikir yang positif. Sebagaimana yang diungkapkan Jalaluddin Rumi, “Engkau adalah apa yang engkau pikirkan, saudaraku, selebihnya adalah tulang dan serat. Jika engkau memikirkan bunga mawar, engkau adalah mawar kebun, jika engkau pikir engkau adalah onak, engkau adalah bahan bakar tungku”.
                                                                                                           
Resolusi 2: Memperjelas Tujuan Hidup.
Seseorang yang hidup tanpa tujuan laksana kapal tanpa nahkoda, ia tidak tahu ke arah mana hendak berlayar serta mudah terombang ambing. Sebaliknya hidup yang memiliki tujuan adalah hidup yang memiliki arah yang jelas. Bila seseorang telah memiliki tujuan dalam hidupnya, maka ia berani membuat komitmen untuk mencapai suatu cita-cita yang menjadi tujuannya. Hal itu juga menuntut ia berani mengambil tanggungjawab, kerja keras serta semangat pantang menyerah. Menurut Brian Tracy, “kesuksesan sama dengan pencapaian tujuan, yang lain hanya penjelasan”. Seluruh makhluk ciptaan Allah dimuka bumi tidaklah diciptakan untuk tujuan yang sia-sia, melainkan untuk tujuan yang khusus dan otentik. Sebagaimana yang dikemukakan Allah dalam firmannya; “Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yang dikerjakannya dan mereka tidak akan dirugikan.” (QS. al-Jâsiyah (Yang Berlutut) [45]: 22). Jadi, agar tahun ini hidup kita selalu bermakna dan penuh arti milikilah tujuan yang spesifik dan khusus.

Resolusi 3: Silaturahim.
Salah satu penghambat kemajuan seseorang adalah lemahnya kemampuan bersilaturahim. Jadi, pada tahun baru ini tingkatkanlah kemampuan silaturrahim yang efisien dan efektif. Belajarlah dari mereka yang berhasil menerapkan silaturahim secara baik dan efektif. Karena kemampuan bersilaturahim yang baik adalah bagian dari aset untuk bersinergi dengan lingkungan sekitar. Dengan bersilaturahim kita dapat mengkomunikasikan kepada hal layak apa yang kita cita-citakan dan inginkan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang memelihara hubungan silaturahim dengan ganjaran yang berlipat-ganda, keberkahan hidup di dunia, dicintai oleh banyak orang serta kelapangan rezeki. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Di antara rahasia-Nya adalah melapangkan rezekinya, dan menunda baginya ajal. Maka lakukanlah silaturahim. (HR. Bukhari)

Resolusi 4: Mengubur Rasa Takut.
Jika kita belum mencapai keberhasilan yang kita harapkan pada tahun lalu, boleh jadi kita terlalu takut melakukan perubahan dan tindakan. Maka pada tahun ini kita  harus membulatkan tekad untuk menaklukan ketakutan yang bersarang dalam diri. Andrew Matthews mengingatkan, “satu-satunya yang harus kita takuti adalah ketakutan itu sendiri”. Ketakutan membuat kehidupan kita menjadi sempit, kerdil dan mudah frustasi. Sebagai umat muslim kita tidak boleh terkungkung dengan rasa takut. Sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam al-Qur’an; “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih: dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fush-shilat (Yang dijelaskan) [41]: 30)

Tidak ada yang perlu ditakutkan dalam kehidupan ini kecuali kemurkaan Allah. Kita hanya perlu untuk menyadari bahwa ketakutan pertanda kedha‘i-fan kita sebagai hamba Allah. Rentangkanlah wawasan kita untuk memahami arti keberanian melalui pengajaran Allah lewat rasa ketakutan. Jangan tunda lagi untuk segera mengambil buahnya karena kalau tidak ia akan segera membusuk. Maka tatkala kita berhasil menyelami makna dibalik ketakutan niscaya kita akan dianugerahi cahaya terang untuk menghadapinya.

Resolusi 5: Mendeteksi Potensi Diri.
Mungkin sebagian kita pada tahun sebelumnya, suka mengeluhkan pekerjaan yang membosankan. Kemungkinan besar penyebabnya adalah karena kita bekeja hanya sekedar mempertahankan hidup. Namun renungkanlah, pekerjaan yang kita lakoni saat ini, apakah sesuai dengan potensi unik yang kita miliki atau sebaliknya. Menurut Abraham Maslow puncak kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri dimana keberadaannya sebagai bagian dari masyarakat diperhitungkan. Hal itu dapat dicapai bila kita melakukan sesuatu sesuai dengan potensi unik yang Allah titipkan pada kita. Setiap orang mempunyai keunikan dan potensi diri yang berbeda-beda. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “Umatku (orang) yang paling sayang kepada umatku adalah Abu Bakar, yang paling keras dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar, yang paling memiliki sifat malu adalah Utsman, yang paling fasih membaca kitab Allah ta‘ala adalah Ubay bin Ka’ab, yang paling tahu tentang ilmu faraidh (pembagian warisan) adalah Zaid bin Tsabit, dan yang paling mengetahui yang halal dan yang haram adalah Mu‘adz bin Jabal. Ketahuilah, setiap umat memiliki orang yang terpercaya dari umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarah. (HR. Tirmidzi, An-Nasa’i,  Baihaqi, Thabrani, Ibnu Hibban). Jadi, tugas kita pada tahun ini adalah melejitkan potensi diri, agar meraih prestasi puncak baik di dunia maupun diakhirat. Mudah-mudahan dengan resolusi baru timbul semangat baru untuk meraih kesuksesan. Selamat Tahun Baru.

Post a Comment

 
Top