Judul : Dakwah Struktural Pemprov
Sumsel: Menelusuri Jejak Dakwah
Struktural Alex Noerdin
Penulis :
H. Riza Pahlevi, MA. dan Muslimin, M. Kom. I
Penerbit :
IKARAFAH (Ikatan Keluarga Alumni Raden Fatah)
Cetakan :
Pertama Palembang, Februari 2015
Tebal :
vi+216 halaman
Dakwah dan pemerintahan Islam sangat erat
kaitannya dengan politik. Bahkan keduanya, dakwah dan politik, tidak dapat
dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Dakwah memerlukan dukungan politik (power)
dan politik haruslah dilakukan dalam kerangka dakwah. Asumsi dasarnya ialah,
bahwa usaha membangun masyarakat Islam,
apalagi pemerintahan Islam, meniscayakan pemberlakuan syari’at Islam,
sementara pemberlakuan dan penegakan syari’at Islam meniscayakan adanya
kekuasaan (power), dalam hal ini pemerintahan negara. Ini berarti, syari’at
Islam tidak dapat ditegakkan tanpa dukungan kekuasaan (negara).
Di Sumsel dakwah struktural telah dilakukan sejak
zaman para Sultan Palembang mempunyai minat khusus pada agama, dan mereka
mendorong tumbuhnya pengetahuan dan keilmuan Islam di bawah patronase mereka.
Para Sultan itu tampaknya melakukan usaha-usaha tertentu untuk menarik para
ulama Arab agar sekali lagi menetap di wilayah mereka. Akibatnya, para imigran
Arab, terutama dari Hadhramaut, mulai berdatangan ke Palembang dalam jumlah
yang semakin bertambah sejak abad ke tujuh belas.
Pada masa kepemimpinan Alex Noerdin sebagai
Gubernur Sumsel, ia juga banyak
mendukung dan mengembangkan kegiatan dakwah di Sumsel guna mewujudkan
masyarakat Sumsel religius. Kegiatan-kegiatan dakwah yang digagas Alex Noerdin
di antaranya; inisiator pembuatan Masjid Raya Sriwijaya, inisiator pembuatan
asrama bagi mahasiswa Sumsel di Mesir dan juga pemberian beasiswa bagi
mahasiswa Sumsel di Mesir, guna menghasil ulama-ulama Sumsel yang berkompeten.
Termasuk mengadakan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) bertaraf international.
Selain itu, juga banyak kegiatan-kegiatan unggulan keagamaan lainnya yang perlu
didukung oleh seluruh eksponen masyarakat Sumsel. (hlm., 45)
Sebenarnya, beberapa kabupaten, kota, dan provinsi
di Indonesia melihat agama sebagai sarana yang paling memenuhi syarat untuk
merealisasikan good governance (Pemerintahan yang Baik), dimana setiap
masyarakat memiliki tanggungjawab yang sama untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan yang sedang dilaksanakan. Dalam konteks dan norma, kearifan lokal
banyak dari agama yang telah mengalami proses objektivikasi atau pembudayaan
dimana agama menjadi bagian integrated dari kebudayaan itu sendiri.
Salah satu semangat menghadirkan buku ini adalah
mencoba menelusuri jejask dakwah struktural yang dimulai pada Kesultanan
Palembang Darussalam sampai masa kepemimpinan Alex Noerdin sebagai Gubernur
Sumatera Selatan. Oleh karenanya, sekecil apa pun gagasan, ide pemikiran, dan
temuan dalam buku ini layak untuk diapresiasi. Semoga buku ini menjadi wasilah
dakwah yang lebih berkembang dan berkualitas, khususnya di Sumsel.
Post a Comment