Kesalahan terbesar para pendidik dan orang tua- ingin menjadikan seorang
anak sama seperti dirinya seperti orang dewasa. Padahal anak usia dini
mempunyai dunia sendiri yang unik- berbeda dengan orang dewasa. Hal inilah yang
menjadi kritik keras Kahlil Gibran terhadap para orang tua dalam mendidik
anaknya sebagaimana yang pernah ia kemukakan, “Anakmu tidaklah sama seperti
dirimu, mereka adalah putra dan putri kehidupan yang mempunyai dunia yang
berbeda denganmu. Meski mereka terlahir dari rahimmu, namun mereka bukan
milikmu. Sekalipun mereka hidup bersamamu, namun kamu tidak berhak menentukan
hidup mereka. Tetapi kamu dapat membantu dan
membimbing ia mengembangkan kecerdasan, potensi, dan bakat unik dalam dirinya.”
Seringkali masyarakat, para orangtua, dan guru mengajari anak atau anak didiknya berdasarkan
jalan pikiran orang dewasa, seperti melarang anak untuk bersenang-senang dalam
bermain. Walhasil, apa yang diajarkan orangtua sulit diterima anak dan banyak
hal yang disukai oleh anak dilarang oleh orangtua; sebaliknya banyak hal yang
disukai orangtua tidak disukai anak-anak. Untuk itu orangtua dan guru anak usia
dini perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat
memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.
Diperparah lagi, adanya anggapan bahwa perkembangan kecerdasan anak hanya
bergantung pada kecerdasan intelektual saja, namun seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan para peneliti kecerdasan memunculkan teori baru tentang
multiple intelligence. Pendekatan pendidikan berbasis multiple intelligence
dimaksudkan bagaimana seorang anak dapat berkembang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
Berkenaan dengan hal ini, saya pernah dikatakan oleh guru saya bahwa saya
termasuk anak yang bodoh- hanya karena pada waktu itu saya tidak bisa
mengerjakan tugas mata pelajaran matematika. Pada waktu itu saya sempat kecewa
dengan guru tersebut. Karena saya merasa saya tidak bodoh.
Setelah bertahun-tahun kemudian, apa yang saya pikirkan pada waktu itu,
bahwa saya tidak bodoh, saat ini terbukti dengan ditemukannya teori baru
tentang kecerdasan, bahwa pada dasarnya setiap anak itu cerdas. Sebab,
kecerdasan tidak semata-mata merujuk kepada kecerdasan intelektual saja, atau
lebih dikenal dengan istilah IQ. Ada pula kecerdasan majemuk (multiple
intelligences) seperti kecerdasan bahasa, logika matematika, visual spasial,
musik, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, natural dan moral. Setiap anak
memiliki kesembilan kecerdasan ini meski dengan taraf yang berbeda-beda.
Post a Comment