Sumber Gambar: newsonynovanto.blogspot.com

Pada dasarnya tujuan dakwah adalah sesuatu yang hendak dicapai melalui tindakan, perbuatan atau usaha. Didalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghallusy[1] adalah membimbing manuisa untuk mencapai kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara itu, Ra’uf Syalabi mengatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan Allah SWT, membuat manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan introspeksi terhadap apa yang telah diperbuat.[2]
Tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghallusy dan Ra’uf Syalaby tersebut dapat dirumuskan ke dalam tiga bentuk, yaitu tujuan praktis, tujuan realistis, dan tujuan idealistis.
  1. Tujuan Praktis
Tujuan praktis dalam berdakwah merupakan tujuan tahap awal untuk menyelamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang-benderang, dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan kebahagiaan.
Pemahaman terhadap tujuan dakwah semacam ini dapat dikaji dengan mengadakan analisis kritis terhadap sejumlah ayat al-Qur’an yang berbicara tentang upaya mengeluarkan umat manusia dari jurang kegelapan menuju hamparan luas dan terang-benderang. Hal ini misalnya tercermin dalam surat al-Thalaq [65]: 11: 

“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih dari kegelapan kepada cahaya.”[3]
 Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT mengutus para Rasul-Nya dengan dibekali ayat-ayat (kitab, pengetahuan) untuk disampaikan kepada umat manusia dalam upaya mengeluarkan mereka dari jurang kegelapan menuju hamparan luas yang disinari cahaya Ilahi.[4]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan awal dakwah adalah menyelamatkan manusia daru jurang yang gelap (kekafiran) yang membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan membawanya ke tempat yang terang-benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam sehingga mereka dapat melihat kebenaran. Dengan kata lain, tujuan dakwah adalah mengikis habis segala bentuk kemusyrikan dan menegakkan ajaran tauhid sebagai jalan kebenaran yang menyelamatkan umat manusia dari kesesatan dan kebathilan.
  1. Tujuan Realistis
Tujuan realistis adalah tujuan antara, yakni berupa terlaksananya ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh. Tujuan dakwah semacam ini dapat dikaji dari al-Qur’an surat al-Baqarah [2]: 208 sebagai berikut:ƒr
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah Syaitan.”[5]
 Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthub berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mewujudkan orang-orang mukmin yang berserah diri kepada Allah dalam segala aspek kehidupan mereka dengan keseluruhan jiwa dan amal mereka, baik yang kecil maupun yang besar.[6] 
Dengan penyerahan diri ini, maka sudah tidak tersisa lagi kedurhakaan baik dalam angan-angan maupun dalam ingatan, baik dalam niatan maupun dalam perbuatan, baik dalam kesukaan maupun dalam ketakutan, tidak berlagak merendahkan diri terhadap Allah serta tidak membenci hukum-hukum Allah dan ketetapan-ketetapan-Nya.[7]
Memperhatikan penafsiran Sayyid Quthub dapat dipahami bahwa al-Qur’an menghendaki terwujudnya masyarakat beriman (mukmin) secara utuh dan sempurna, bukan masyarakat mukmin yang setengah-setengah atau masyarakat munafiq. Dengan demikian, tujuan realistis dakwah adalah merealisasikan terwujudnya masyarakat mukmin yang benar-benar menjalankan syari’at Islam secara menyeluruh.[8]
  1. Tujuan idealistis
Tujuan idealistis adalah tujuan akhir pelaksanaan dakwah, yaitu terwujudnya masyarakat muslim yang diidam-idamkan dalam suatu tatanan hidup berbangsa dan bernegara, adil, makmur, damai, dan sejahtera di bawah limpahan rahmat, karunia, dan ampunan Allah SWT. Tujuan idealistis ini dapat kita pahami dengan mengkaji ayat berikut: 
“Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”[9]
 Sebetulnya ayat ini menceritakan kehidupan kaum Saba’ yang subur, makmur dan mendapat taraf kehidupan yang sejahtera serta mendapat perlindungan dan ampunan dari Allah SWT. al-Maraghi melukiskan bahwa penduduk negeri Saba’ ini terdiri dari raja-raja Yaman yang hidup dalam kenikmatan besar dan rizkinya yang luas. Mereka mempunyai kebun-kebun yang subur dan tanaman-tanaman yang luas di sebelah kanan negerinya dan lembah di sebelah kirinya. Allah pun mengutus Rasul-rasul-Nya kepada mereka.[10]
Tujuan dakwah tersebut kemudian dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan kriteria berupa obyek dakwah dan materi dakwah. Dilihat dari sisi obyeknya, tujuan dakwah adalah sebagai berikut.
  1. Tujuan perorangan, yakni terbentuknya pribadi muslim yang memiliki iman yang kuat dan menjalankan hukum-hukum Allah serta berakhlak mulia.
  2. Tujuan keluarga, yaitu terbentuknya keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
  3. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat sejahtera sesuai dengan yang digariskan Allah SWT dan tujuan untuk seluruh umat manusia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, ketentraman, tanpa adanya diskriminasi dan eksploitasi.
Adapun tujuan dakwah dilihat dari segi materinya adalah sebagai berikut:
  1. Tujuan aqidah, yakni tertanamnya aqidah tauhid yang mantap di dalam hati setiap manusia, sehingga keyakinannya terhadap ajaran-ajaran Islam tidak diikuti dengan keragu-raguan. Realisasi dari tujuan ini adalah orang yang belum beriman menjadi beriman, dan orang yang sudah beriman semakin mantap keimanannya.
  2. Tujuan hukum, yakni kepatuhan setiap manusia terhadap hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah SWT. Realisasi dari tujuan ini misalnya orang yang belum mau menjalankan ibadah menjadi beribadah dan lain sebagainya.
  3. Tujuan akhlaq, yakni terbentuknya pribadi muslim yang berbudi luhur dan dihiasi dengan sifat-sifat terpuji serta bersih dari sifat-sifat yang tercela. Realisasinya dapat terwujud melalui hubungan manusia dengan Tuhannya, sikap terhadap dirinya sendiri, dalam hubungan dengan manusia lain, dengan sesama muslim dan lingkungan sekitarnya.
Demikianlah berbagai tujuan dakwah sesuai dengan kualifikasinya masing-masing. Berbagai tujuan dakwah tersebut harus tetap menjadi fokus perhatian juru dakwah agar segala aktifitas dan kegiatan dakwahnya memenuhi target sesuai dengan yang direncanakan.


[1]Ahmad Ghallusy, al-Dakwah al-Islâmiyah: Ushûluhâ  wa Wasâiluhâ (Kairo: Dar al-Kitab al-Mashry, Cet. 2, 1407 H/1987 M), h. 29.
[2] Ra’uf Syalaby, al-Dakwah al-Islâmiyah fî ‘Adihâ al-Makky: Manâhijuhâ wa Ghayatuhâ (Kairo: al-Fajr al-Jadîd, 1985), h. 34.
[3] QS,  al-Thalaq, [65]: ayat 11

[4] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghî (Kairo: Musthafa al-Halaby, 1394 H/1974 M), jilid X, Juz, 28, h. 150.
[5] QS, al-Baqarah,  [2]: ayat 208.
[6]Awaludin Pimay, Paradigma Dakwah Humanis: Strategi dan Metode Dakwah Prof. KH. Saifuddin Zuhri, (Semarang: RaSail, 2005), h. 37.
[7] Ibid., h. 38.
[8]Sayyid Quthub, Tafsîr fî Zhilâl al-Qur’ân (Kairo: Dâr al-Syurûq, Cet. XIV, 1408 H/1987 M), Jilid IV, Juz XIII, h. 206, Liht juga, Ibid., h. 38.
[9]QS, Saba, [34]: ayat 15. 
[10]Ahmad Musthafa al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî (Kairo: Musthafa al-Halaby, 1394 H/1974 M), Jilid XIII, Juz 22, Cet. Ke-5, h. 69. 

Post a Comment

 
Top