(Bukhari
dan Muslim)
Pemimpin yang memegang amanah dapat dilihat sejak pemimpin
itu berproses untuk mendapatkan jabatannya. Bagi orang yang menggenggam amanah,
tentu awalnya ia tidak berambisi menginginkan jabatannya. Tapi kalau banyak
orang mempercayakan tugas-tugas kepemimpinan kepadanya, maka dia dengan rela menerima
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Bukti kesanggupan seorang pemimpin mengemban amanah adalah
dengan menjalankan tanggungjawabnya saat menjalankan kepemimpinannya. Tanggung
jawab dalam arti mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga di bawah
kepemimpinannya lingkungan menjadi lebih sejuk, anggota masyarakat merasa
dilindungi, dan negara menjadi lebih maju.
Selain itu, pemimpin yang amanah juga mampu mengutamakan
kepentingan publik dibandingkan dengan kepentingkan pribadinya. Dalam artian, seorang
pemimpin yang amanah akan berani melakukan tindakan tidak popular. Dia tidak
tega melakukan tipu muslihat dan tidak lagi berpikir periode mendatang harus
menjabat lagi. Jika tindakan yang dijalankan memberi kemaslahatan banyak orang
dan demi kepentingan publik, dia akan berani mengambil keputusan, meskipun resikonya
akan dicerca banyak orang dan berdampak negatif bagi citra dirinya.
Pemimpin yang amanah melihat tugas sebagai sebuah pengabdian,
sehingga jiwa pengorbanan lebih terlihat. Dia juga akan menjalankan
kepemimpinannya dengan mengedepankan moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan yang
luhur. Pemimpin yang amanah tergolong orang-orang idealis yang mendapatkan
kebahagiaan, apabila melihat pengikutnya bahagia. Mereka rela berkorban untuk
kebaikan pengikutnya. Keberhasilan pengikut dan organisasi menjadi orientasi
utama. Mereka melihat kepemimpinan lebih pada tugas dan tanggung jawab bukan
posisi. Kesediaannya untuk mengemban posisi sebagai pemimpin lebih karena
amanah pengikutnya, mereka bersedia mengambil posisi tersebut karena dorongan
banyak orang.
Sejarah menunjukkan bahwa pemimpin
amanah akan terus dikenang dan menjadi sumber inspirasi banyak orang,
mewariskan nilai-nilai luhur yang akan menjadi pedoman masyarakat. Sedangkan
pemimpin yang opportunis, setelah periode kepemimpinannya akan banyak dihujat,
dikucilkan oleh banyak orang, menjadi sumber penistaan, mereka hilang ditelan
jaman dan kalaupun dikenang maka dikenang akan keburukan dan ketamakannnya
serta menjadi contoh buruk yang harus dihindari.
Post a Comment