(38). banyak muka pada hari itu berseri-seri,
(39). tertawa dan bergembira ria, (40). dan banyak (pula) muka pada hari itu
tertutup debu, (41). dan ditutup lagi oleh kegelapan. (42). mereka Itulah
orang-orang kafir lagi durhaka.
(QS. ‘Abasa [80]: 38-42)
Setelah ayat yang lalu
menggambarkan sulitnya keadaan pada hari Kiamat
nanti, ayat-ayat di atas membagi manusia ketika itu dalam dua kelompok besar. Banyak muka-muka pada hari itu
berseri-seri penuh cahaya tertawa dan gembira ria menikmati anugerah Allah, mereka itu adalah
orang-orang yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya, dan banyak pula muka-muka pada hari itu di atasnya terdapat debu yakni ditempel oleh debu sehingga nampak keruh, dan
ditutup oleh kegelapan yang
sangat hitam. Mereka itu yang
sungguh jauh kebejatannya dan jauh
dari rahmat Allah — merekalah secara khusus orang-orang kqfir yang
mengingkari keesaan Allah dan keniscayaan Kiamat lagi pendurhaka-pendurhaka yakni
pelaku-pelaku kejahatan dan amal-amal tidak
terpuji.
Kata
musfirah terambil dari kata asfara yakni
terbuka. Kedatangan pagi
dilukiskan dengan kata ini, karena cahaya pagi membuka kegelapan malam atau membuka dirinya dengan cahaya
yang ditampilkannya. Dari sini kata musfirah
diartikan berseri-seri. Kata ghabarah terambil dari kata ghubaara yakni
debu dan kata qatarah serupa
dengan asap yang berwarna hitam. Ada juga yang mempersamakan antara kedua kata ini, lalu membedakannya dari segi
sumber kedatangannya. Debu yang dari atas ke bawah adalah qatarah sedang yang dari bawah ke atas adalah ghabarah.
Kata al-fajarah
adalah bentuk jamak dari faajir.
Kata ini terambil dari kata fajara yang
pada mulanya berarti membelah. Fajar yang menyingsing bagaikan membelah kegelapan
malam. Fajar ada dua macam, ada fajar
yang dinamai al-fajr al-kaadzib (fajar bohong), karena
terlihat di ufuk berbentuk garis
hitam, dan al-fajr ash-shadiq (fajar yang hakiki) belum lagi terbit. Fajar hakiki baru terbit
setelah berlalunya yang bohong itu.
Fajar hakiki itulah yang merupakan awal waktu shalat subuh dan puasa. Dari
sini kata fajir diartikan juga dengan pembohong.
Kedurhakaan secara umum juga
dinamai fujuur dan yang melakukannya
dinamai faajir, karena ia bagaikan membelah dan merobek-robek ajaran agama.
Seorang faajir adalah siapa
yang sering kali melakukan kedurhakaan.
Ayat
pertama surah ini mengecam siapa yang kusut mukanya dan bermuka masam kepada siapa yang fakir kendati dia muslim
ingin menyucikan dirinya Ayat terakhir juga berbicara tentang
keadaan wajah‑
wajah di hari Kemudian, ada yang berseri-seri dan ada juga yang berkerut, bermuka masam bahkan diliputi oleh kegelepan.
wajah di hari Kemudian, ada yang berseri-seri dan ada juga yang berkerut, bermuka masam bahkan diliputi oleh kegelepan.
Ringkasnya
menurut al-Maraghi, pada hari itu umat manusia terbagi menjadi dua golongan,
yaitu;
1.
Golongan yang ketika hidup di dunia selalu mencari yang hak dan menerima hujjah
yang benar serta mau mengamalkan hal-hal yang benar dalilnya. Dalam hal ini
mereka tidak pernah mundur setapak pun dalam memegang prinsip sekalipun jumlah
mereka sedikit dan tertindas oleh kekuatan orang-orang yang ingkar. Golongan
ini tenang dan tenteram dengan apa yang akan mereka temui serta bahagia dengan
pahala yang akan mereka peroleh. Hal ini tampak dari roman muka mereka yang
berseri-seri.
2.
Golongan yang tidak mau mempergunakan akalnya untuk memikirkan nikmat-nikmat
Allah yang dianugerahkan kepadanya. Mereka lebih suka memilih kebodohan dan
keterbelakangan serta menyia-nyiakan akalnya dengan mengikuti jejak nenek
moyang dan leluhur mereka. Golongan ini semakin hanyut ke dalam keinginan hawa
nafsu yang batil dan akidah palsu. Mereka akan menemui apa yang tidak pernah
mereka duga semula. Sehingga tampaklah wajah-wajah yang dipenuhi dengan debu
dan diselimuti dengan noda hitam seperti asap. Hal ini disebabkan kekafiran dan
kedurhakaan mereka ketika hidup di dunia.[1]
Post a Comment