A. Gambaran
Umum al-Qur’an Surat ‘Abasa [80]: 11-16
Firman Allah SWT.,
dalam al-Qur’an Surat ‘Abasa [80]: 11-16
(11). sekali-kali jangan (demikian)!
Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, (12). Maka
Barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, (13). di dalam
Kitab-Kitab yang dimuliakan, (14). yang ditinggikan lagi disucikan, (15). di
tangan Para penulis (malaikat), (16). yang mulia lagi berbakti.
(QS.
‘Abasa [80]: 11-16)
Pada ayat yang lalu
Allah telah menceritakan kisah Ibnu Ummi Maktum dan teguran-Nya atas nabi SAW.,
yang telah memperlakukannya secara tidak “layak.” Kemudian Allah mengiringi
penjelasan-Nya bahwa hidayah yang disampaikan oleh para Rasul kepada umat
manusia bukanlah sesuatu yang bisa diupayakan agar tertanam dalam jiwa dan
terpaku dalam hati. Tetapi hal itu hanyalah sebagai peringatan yang bertujuan
memberi peringatan kepada orang-orang yang lalai agar kembali kepada fitrahnya
yaitu pengetahuan kepada ajaran tauhid. Barangsiapa berpaling dari hal ini,
sesungguhnya ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan apa yang menjadi
tabiat diri dan jiwanya.
Tugasmu tiada lain
hanyalah menyampaikan apa yang engkau ketahui dari Tuhanmu untuk mengingatkan
umat manusia dan membangunkan hati mereka yang tertidur. Adapun jika engkau
mengutamakan orang yang kuat lagi ingkar,- dengan anggapan bahwa dengan
ber-hujjah kepada mereka akan bisa melunturkan keingkaran mereka- maka hal ini
bukanlah tugasmu.
(11).
sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah
suatu peringatan,
(QS. ‘Abasa [80]: 11)
Kata kalla digunakan di al-Qur’an untuk; 1)
mengancam yakni bermakna hati-hatilah, apabila dalam konteks ayatnya terdapat
seseorang atau kelompok yang wajar mendapat ancaman. 2) Menafikan, yakni dalam arti tidak atau melarang yakni jangan. 3)
Sebagai pembukan pembicaan, yang antara lain dapat diterjemahkan dengan benar. Sayyid Quthub menilai ayat-ayat
di atas ditujukan kepada Nabi Muhammad saw., ini sangat keras, bahkan tulisnya:
“Inilah satu-satunya kata kalla yang
ditujukan kepada Nabi Muhammad saw.”
Permasalahannya
bukanlah sebagaimana yang engkau lakukan, wahai Rasul. Dan bukan pula dengan
memasamkan wajahmu dalam menyambut orang yang bergegas datang kepadamu karena
didorong oleh perasaan takut kepada Allah, sebab engkau sedang melayani
orang-orang yang kaya yang tidak membutuhkan apa pun darimu. Masalah yang
sebenarnya adalah bahwa hidayah yang termaktub dalam al-Qur’an merupakan
nasehat dan peringatan bagi orang-orang yang lalai dari ayat-ayat Tuhannya dan
bukan bagi orang-orang yang ingkar.
(12). Maka Barangsiapa yang menghendaki,
tentulah ia memperhatikannya,
(QS. ‘Abasa [80]: 12)
Peringatan ini sangat
gamblang. Jika seseorang mau merenungi dari memahami makna yang terkandung di
dalamnya serta mau menyadari dan mengamalkan apa yang diperintahkannya- maka
hal itu benar-benar mampu dilakukan olehnya. Tidak ada sesuatu pun yang bisa
menghalang-halangi seseorang untuk menerimanya sebagai hidayah, kecuali
perasaan ingkar dan takabbur yang telah berurat dan berakar dalam hatinya yang
kelam.
(13). di dalam Kitab-Kitab yang dimuliakan,
(14). yang ditinggikan lagi disucikan, (15). di tangan Para penulis (malaikat),
(16). yang mulia lagi berbakti.
(QS. ‘Abasa [80]: 13-16)
Peringatan ini
termaktub dalam Kitabullah yang mulia dan bersih dari segala kekurangan dan
tidak tercampuri oleh hal-hal yang menyesatkan. Peringatan tersebut diturunkan
dengan perantaraan para malaikat kepada para Nabi, dan para Nabilah yang
menyampaikannya kepada umat manusia. Setiap malaikat dan nabi adalah utusan
Allah. Ciri khas para malaikat adalah tidak pernah melakukan perbuatan dosa
barang sedikit pun.
Kata safarah adalah bentuk jamak dari kata saafiir yakni penulis, dalam hal ini
para malaikat yang menyalinnya dari al-Lauh al-Mahfudz. Bisa juga kata itu
merupakan bentuk jamak dari musafir
yakni yang bepergian menempuh jarak yang jauh atau jamak dari safir dalam arti duta/utusan. Yakni para
malaikat yang menempuh jarak yang jauh atau yang menjadi duta-duta yang
ditugaskan sebagai perantara antara Allah dengan para rasul-Nya.
Post a Comment