“Jika engkau tidak bisa berbaik sangka kepada Allah karena keindahan sifat-sifat-Nya, maka berbaik sangkalah karena pertemanan-Nya bersamamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik. Dan bukankah Dia senantiasa memberimu nikmat.” (Ibn‘Athâ’illâh)
Apabila
seseorang telah berhasil menjadi pribadi yang dapat berpikir positif. Maka dia
akan menjadi pribadi yang senantiasa menebarkan energi positif (husnudzon)
untuk diri dan lingkungannya. Sebagaimana peristiwa yang menimpa Aisyah ketika
difitnah berbuat serong dengan salah seorang sahabat. Berkatalah istri Abu
Ayub kepada suaminya, “Abu Ayub, tidakkah engkau mendengar apa yang
dibicarakan orang tentang Aisyah?”
“Ya,
aku mendengarnya. Tetapi semua itu dusta. Engkau sendiri Ummu Ayub, apakah
mungkin melakukannya?” Abu Ayub balik bertanya.
“Demi Allah aku tidak mungkin
melakukannya,” jawab sang istri tegas.
“Ya. Dan Aisyah lebih baik daripada
kamu.” Begitu kata akhir Abu Ayub.
Seseorang yang selalu merawat energi
positifnya akan berdampak dalam cara dia menghadapi musibah. Meskipun
mengalami cobaan yang berat, dia tetap memiliki keyakinan bahwa dia akan meraih
kebahagiaan. Dan dia juga selalu berusaha menciptakan suasana yang
menyenangkan (bersyukur) dalam setiap langkah yang ia ayunkan dalam memaknai
kehidupan. Sehingga dia menjadi lebih kuat, tegar dan fokus. Dalam kondisi
sesulit apapun dia selalu berusaha menciptakan energi positif, suasana yang
damai, sejahtera serta menyenangkan dalam bahasa agama di sebut qonaah.
Belajarlah pada bangsa Jepang, bagaimana
menikmati hidangan penderitaan dengan berpikir positif, bijak, dan cerdas.
Jepang, sebagai bangsa yang terletak di daerah paling sering dilanda gempa.
Tidak membuat mereka menjadi bangsa yang kerdil dan pesimis. Tetapi justru
sebaliknya, dengan kondisi alam yang tidak bersahabat itu. Mereka menjadi
bangsa yang sangat kreatif, inovatif, dalam sains dan teknologi.
Falsafah hidup yang dapat kita petik dari
karakter bangsa Jepang adalah semakin kita terancam semakin besar peluang kita
menuju puncak kebahagiaan. Seperti per. Apabila per di tekan, maka per itu akan mengeluarkan daya lenting serta
daya dorong sebesar yang dikeluar-kannya, untuk mencapai titik keseimbangannya
kembali. Masyarakat Jepang memiliki konsep dosa sosial yang sangat tinggi dan
dipegang teguh. Sehingga rasa malu berbuat salah di mata masyarakat itu membuat
mereka sangat taat pada adat. Menjaga sopan santun sesama mereka,
memelihara kebersihan dan disiplin dalam kerja.
Sesulit apapun kondisi kita di mata orang
lain, kita tidak benar-benar menderita selama kita tidak merasa hidup dalam
penderitaan. Sebagaimana pepatah mengatakan, “kamu adalah apa yang kamu
pikirkan.” Pesan tersebut mengisyaratkan bahwa sukses tidaknya seseorang
tergantung keyakinannya tentang dirinya. Kalau seseorang berpikir dia pemenang
maka kemungkinan besar ia akan jadi pemenang. Namun sebaliknya, kalau dia
berpikir gagal maka kemungkinan besar dia akan gagal. Seperti yang dikemukakan
Allah: “Aku selaras dengan sangkaan hamba-Ku terhadap Aku, dan Aku bersama
dengan hambaku ketika dia mengingat Aku.” (Hadits
Qudsi). Chin Ning Chu juga menuturkan hal serupa:
“Jika kamu merasa mulai kacau, mungkin memang begitu keadaannya.”
Azim Jamal mengemukakan- dalam kehidupan
ini, mereka yang berhasil adalah mereka yang memiliki tujuan besar, merencanakan
strategi untuk mencapainya, dan memiliki harapan positif terhadap hasil.
Mereka mengundang hasil dengan energi positif yang mereka pancarkan dari
pemikiran dan rasa percaya diri yang positif. Sepanjang hari, semua orang
menghadapi tantangan dan masalah. Pemikirannya menentukan tindakan, dan hasil
dari tantangan tersebut. Setiap kata yang kita gunakan mempengaruhi pikiran
kita. Penggunaan kata masalah bermakna negatif. Jadi gunakan kata tantangan-
dan kata terbaik adalah kesempatan, yang melambangkan optimisme dan ide
mengenai solusi yang sedang muncul.
Saya percaya bahwa dalam setiap
penderitaan yang dialami seseorang, bahkan terkadang harus berakhir dengan
linangan air mata, pasti dibalik semua itu terdapat jalan menuju kebahagiaan.
Begitu juga bagi seseorang yang selalu berusaha berpikir positif dalam setiap
musibah yang menimpanya dengan izin Allah dia akan dimampukan mengatasi
berbagai problematika kehidupan yang terlihat suram bagi sebagian orang.
“Hanya orang-orang yang berpikir positiflah berani mengemukakan bahwa
kebahagiaan itu adalah realisasi progresif sebuah impian yang berharga.” Tutur
Dexter Yager. Sedangkan Promod Batra menyarankan, jadikanlah berpikir positif,
proaktif, kreatif, dan inovatif sebagai jalan meraih kebahagiaan dalam
kehidupan sehari-hari. Tanpa disadari Anda akan merasakan bagaimana sikap
positif, proaktif, kreatif, dan inovatif dapat membuahkan hasil yang
mengesankan dalam setiap sudut kehidupan Anda. Ingatlah, Anda dilahirkan untuk
menang.
Post a Comment