Sang Nabi mengingatkan, “Apabila kamu memasuki
pagi, maka janganlah menunggu sore, dan apabila kamu memasuki sore maka
janganlah menunggu pagi hari.” (HR.
Bukhari). Namun sangat disayangkan, kebanyakan
orang tidak pernah berusaha maksimal belajar bagaimana sedia payung
sebelum hujan. Itulah mengapa, ketika hujan datang dan membasahi tubuhnya,
dia selalu mengeluh dan menyalahkan keadaan. padahal kejadian itu
berulang-ulang terjadi, namun tetap saja dia tidak berhasil merubah kebiasaan
buruknya.
Kita seringkali berobat saat penyakit yang
diderita sudah mencapai titik kronis. Tapi di saat segar bugar, kita hampir
tidak pernah berpikir lebih baik mencegah daripada mengobati. Saat dokter
memvonis bahwa kita menderita penyakit yang akut, baru ketika itulah kita
menyesali pola hidup kita selama ini. Kita menyesal di saat semuanya memburuk.
Setelah penderitaan demam itu datang, barulah kita berpikir untuk menghargai
dan mensyukuri betapa nikmatnya memiliki badan yang sehat dan kuat. Dalam
kondisi tak berdaya itulah kita biasanya berdoa kepada Allah. “Ya Allah yang
Maha Rahman dan Rahim, ampuni dosa hamba dan khilafan hamba, hamba menyesal
selama berada dalam kebahagian, melupakan-Mu.”
Di dalam mengarungi samudera kehidupan,
seseorang selalu dihadapkan pada berbagai macam problema. Apabila ia membiarkan
problem itu bertumpuk menggunung, maka ia akan menjadi banjir bandang yang
menghanyutkan. Itulah mengapa Rasulullah mengingatkan ummatnya. “Dua macam
kenikmatan dari nikmat-nikmat Allah, kebanyakan umat manusia merugi padanya,
yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR.
Bukhari).
Kesehatan dan waktu luang sangat kita
dambakan, namun terkadang kita tidak dapat mengambil makna dari kebahagiaan
itu. Penderitaan menyedihkan, namun justru kita memperoleh mutiara tersembunyi
di dalamnya.
Semua orang yang berpikir menjadi
pemenang, ketika terbentur pada suatu masalah, mereka tidak mencari-cari
sebab di luar dirinya. Justru mereka mencari jalan keluar terbaik agar dapat
keluar dari kungkungan masalahnya. Sebaliknya, bagi orang-orang yang suka mempermasalahkan
hal-hal sepele serta mempunyai kebiasaan membesar-besarkan masalah. Kebanyakan
mereka terjebak dengan rutinitas dan tidak berani mencoba hal-hal baru. Ketika
rutinitas yang mereka jalani terancam keberlangsungannya, mereka merasa seperti
kiamat kecil dalam kehidupannya.
Karena
itu, romantika kehidupan yang kita jalani saat ini haruslah kita jadikan
sebagai wahana untuk menjadi hamba yang bersyukur serta sebagai sarana untuk
menuju ke alam keabadian yang tidak mengenal kesedihan apalagi rasa takut. Sesulit
apapun kondisi kita janganlah menggadaikan agama dan mengingkari eksistensi
Allah. Terlebih lagi menjadi pribadi yang apatis, pesimis, skeptis, kalah
sebelum berusaha. Bagi setiap umat manusia, situasi dan kondisi apapun yang
melekat pada dirinya adalah ujian serta cobaan dari Allah.
Mungkin
kita pernah mengalami kekecewaan, kegagalan, dan kesedihan. Boleh jadi
penyebabnya karena usaha kita belum maksimal, atau hal itu merupakan anak
tangga menuju puncak prestasi dunia akhirat. Karena kekecewaan, kegagalan, dan
kesedihan hanyalah proses penemuan jati diri. Nabi Muhammad tidak pernah
menginginkan umatnya menjadi umat yang bodoh, kehidupannya berantakan,
pendidikannya terbengkalai, dan sebagainya. Percayalah pintu gapura rahmat
Allah selalu terbuka lebar bagi hamba-hambanya yang mau terus-menerus
memperbaiki kualitas dirinya.
Janganlah kita terpaku pada rutinitas sehari-hari yang
tidak mempunyai visi perbaikan hidup ke depan. Dalam Istilah Stephen Covey
berlabuh dalam cangkang comfort zone (kawasan aman resiko). Comfort zone memang
sebuah wilayah aman resiko, itulah sebabnya seringkali kita ternina bobokan
apabila berada pada zona ini. Akibatnya seseorang yang berada dalam cangkang
comfort zone menjadi lamban dan bodoh. Dan yang lebih memperihatinkan, mereka
tidak lagi bergairah melakukan pembelajaran-pembelajaran untuk mengembangkan
diri.
Di dalam sejarah Islam kita mempelajari kisah kejayaan
umat Islam pada masa Daulah Abbasiyah. Kejayaan Daulah Abbasiyah sudah tidak diragukan
lagi, pada masa merekalah cikal bakal pengetahuan abad modern saat ini.
Sayangnya mereka terlena dengan kejayaan yang telah mereka raih dan berlabuh
terlalu lama dalam cangkang comfort zone. Sehingga mereka tidak menyadari bahwa
keselamatan mereka terancam. Kelengahan itu harus dibayar mahal dengan
runtuhnya dinasti Abbasiyah karena tidak mampu membendung serangan dari Khulagu
khan. Peradaban Islam yang dibangun puluhan tahun itu hancur seketika. Sangat
disayangkan ummat Islam yang dahulu gagah perkasa pada generasi awal tidak
diikuti oleh generasi selanjutnya.
Lewat tragedi
memilukan itu kita semua dapat bercermin, bahwa kita seyogyanya berani
mengambil keputusan untuk keluar dari cangkang comfort zone. Tentu ada harga
yang harus dibayar ketika seseorang memutuskan untuk keluar dari zona nyaman.
Karena untuk keluar dari cangkang comfort zone diperlukan tekad yang membaja
serta keberanian yang kokoh diantaranya; berani melakukan kesalahan dan berani
mengambil resiko. Meminjam ungkapan pepatah, there is no success without
sacrifice.
Sedia Payung Sebelum Hujan
• Sebaiknya
dari setiap permasalahan dan kesusahan hidup yang dialami oleh para pendahulu
kita, menjadi cermin bagi kita dalam merambah lika-liku kehidupan ke depan.
• Orang
yang sukses adalah orang-orang yang selalu melakukan perbaikan dalam
kehidupannya. Karena itulah semua orang yang berpikir menjadi pemenang, ketika
terbentur pada suatu masalah, mereka tidak mencari-cari sebab di luar diri.
Justru mereka mencari jalan keluar yang terbaik agar dapat keluar dari
kungkungan masalahnya.
• Janganlah
kita terpaku pada rutinitas sehari-hari yang tidak mempunyai visi perbaikan
hidup hari ini dan esok.
• Beranilah
melakukan kesalahan dan mengambil resiko. Karena, there is no success without
sacrifice.
• Percayalah
pintu gapura rahmat Allah selalu terbuka lebar bagi hamba-hambanya yang mau
terus-menerus memperbaiki kualitas dirinya.
“Jika
engkau berada di waktu senja, maka janganlah menunggu tibanya waktu pagi,
demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, maka janganlah menunggu waktu
petang. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk
menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin.” (Abdullah
bin Umar)
Post a Comment