III Summary
Dewasa ini, spiritualitas semakin
digandrungi oleh masyarakat kontemporer. Sebagai penawar bagi krisis spiritual
manusia kontemporer yang sudah terlalu jauh terbawa arus materialistis,
sehingga tercapai suatu kehidupan yang seimbang antara dua aspek pentingnya:
material dan spiritual, dunia dan akhirat. Hal ini semakin menguatkan nubuat William
James seorang psikolog terkemuka abad-20. Dalam sebuah bukunya yang terkenal, Varieties
of Religious Experience yang terbit di tahun-tahun pertama abad 20.
Dia menyatakan bahwa, sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan menemukan
kepuasan kecuali jika ia bersahabat dengan “Kawan Yang Agung” (The Great
Socius). Tentu Kawan Agung yang
dimaksud adalah Tuhan.
Tetapi Agama yang sejatinya sebagai
jalan menuju Tuhan, dinilai sebagian kalangan cenderung ekslusif, dogmatis, dan
sektarian. Oleh karena itulah, sebagian orang
menuju petualangan spiritual (spiritual
adventure) lintas agama, dan karenanya bersifat inklusif, pluralis dan
universal. Sadar atau tidak, spiritual
adventure gaya New Age ini,
sebenarnya adalah wisata spiritual lintas agama. Itulah sebabnya, kenapa
filsafat yang dipakai New Ager adalah
the perennial philosophy, karena
filsafat perennial merupakan pintu masuk utama ke jantung agama-agama sebagai
ekspresi otentik spiritual adventure.
Bibliography
Bagir, Haidar dkk,
Manusia Modern Mendamba Allah: Renungan
Tasawuf Positif, Jakarta: Hikmah, 2002, Cet Ke-I
Burhani, Ahmad,
Najib, Sufisme Kota: Berpikir Jernih
Menemukan Spiritualitas Positif, Jakarta: Serambi, 2001, Cet. Ke- I
Malaky Ekky, Dari Sayyid Qutb, Ali Syariati, the Lord of
the Rings, hingga Bollywood, Jakarta : Lentera, 2004, Cet-I
Mubarok,
Achmad, Jiwa dalam al-Qur’an:Solusi
Krisis Keruhanian Manusia Modern, Jakarta: Paramadina, 2000, Cet Ke-1
Rachman, Budi, Munawar, Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum
Beriman, Jakarta: Paramadina, 2001, Cet. Ke-I
Sukidi, New Age: Wisata Spiritual Lintas Agama,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001, Cet Ke-II
Post a Comment