“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan (kendaraan mewah),
binatang-binatang ternak, dan sawah ladang, dan di sisi Allahlah tempat kembali
yang baik”
(QS, Ali ‘Imran[3] : 14)
Dunia adalah tempat di
mana perlindungan menyangkut masa depan tidak dapat dicari dan diperoleh
kecuali di kala hidup bermukim di pentasnya. Apapun aktivitas yang dilakukan-
jika dilakukan semata-mata untu dunia- maka itu tidak menjamin keselamatan. Di
tempat inilah manusia dicoba dengan berbagai ujian, berupa kenikmatan dunia yang beraneka ragam. Harta dan keturunan menempati posisi unggulan sebagai bagian
duniawi yang demikian menggoda. Allah telah memperingatkan tentang goadaan
tersebut, “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(al-Anfal [8]: 28)
Cepat atau lambat
kenikmatan yang kita peroleh diperoleh di dunia ini akan dicabut oleh kematian,
lalu ditanyai dari mana dan bagaimana diperoleh dan kepada siapa serta beberapa
banyak digunakan. Bagi yang sadar, dunia baginya laksana bayangan- sesaat saja
ia terbentang meluas- tetapi segera ia menyempit, mengerut dan menciut. Itulah sebabnya Allah melarang kita
memandang kehidupan ini demikian
takjubnya, “Dan janganlah
kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada
golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai
mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. ( Thoha [20]: 131)
Namun demikian jangan
salah paham. Jangan mencercanya apalagi mengabaikannya, karena dunia- juga-
adalah arena kebenaran bagi yang menyadari hakikatnya, ia adalah tempat dan
jalan kebahagiaan bagi yang memahaminya. Dunia adalah tempat dan jalan
kebahagiaan bagi yang menggunakannya mengumpul bekal perjalanan menuju
keabadian, serta aneka pelajaran bagi yang merenung dan memperhatikan fenomena
dan peristiwa-peristiwanya.
Dunia adalah tempat
mengabdi para pecinta Allah, tempat berdoa para malaikat, tempat turunnya wahyu
bagi para nabi dan tempat curahan rahmat bagi yang taat. Oleh
karena itulah Allah berfirman, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash [28]: 77)
Ketika seorang muslim menjadikan dunia
digenggamannya, ia menguasainya bukan sebaliknya dikuasai oleh dunia. Cukuplah
dunia tersebut berada ditangannya tapi tidak pernah dia biarkan bersemayam
dihatinya. Karena sesuatu yang kita pegang tentu akan mudah untuk kita lepaskan
jika ia sudah membahayakan, sebaliknya sesuatu yang sudah merasuk dalam hati akan sulit untuk di angkat darinya. Sejarah telah mencatatat pribadi-pribadi seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali- Mereka sangat mudah menginfakkan hartanya bahkan
seluruh hartanya karena mereka mampu
menguasai dirinya dari kecintaan terhadap dunia. Pada akhirnya mereka menjadi
pribadi yang tidak lagi takut
mati dan terpesona dengan kemilau dunia.
“Katanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya,
Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasik.”
(QS, at-Taubah [9]: 24)
Jangan terlalu banyak
mengumbar janji
Karena engkau akan dituntut bagaikan terdakwa
Jangan terlalu banyak
bicara
Karena dia bisa jadi menjadi perangkap dirimu
Jangan terlalu banyak
mengatakan, “ya”
Karena dia akan menjadikan dirimu boneka kehidupan
Jangan terlalu banyak
mengucapkan, “tidak”
Karena dia akan membuatmu kesepian
Jangan terlalu banyak
berharap dengan seseorang
Karena bisa menjadi kebencian
Jangan terlalu banyak
menghujat
Karena ia akan membuat dirimu lemah dan terbakar
Jangan terlalu banyak
keinginan
Karena dia akan menghantarkanmu pada kecintaan
dunia yang semu
(Diinterpretasikan dari Toto Tasmara)
Post a Comment