Perasaan sepi adalah perasaan yang
sangat sulit didefinisikan. Dia bisa berarti tragis, bisa juga komedis.
Bagaimana tidak tragis kalau kita merasa sepi justru dalam keramaian? Berapa
orang yang setiap hari bergelut dengan urusan dunia, dalam kompetisi hidup yang
demikian keras, bertemu dengan berbagai macam karakter manusia, membunuh waktu
di lantai-lantai diskotek dan pub. Yang mereka temukan, pada akhirnya, tidak
lain adalah kekosongan dan kesepian yang semakin mencekam jiwa. Kesepian itu
makin menjadi-jadi manakala mereka berusaha lari dari kenyataan. Kesepian itu
berubah menjadi srigala yang siap menerkam dan mengoyak-ngoyak jiwa.
Betapa pula tidak komedis kalai kita
merasa sepi justru di saat-saat kita seharusnya tertawa gembira?
Suasana sepi kadang juga dilematis.
Dia dibenci sekaligus diharap. Bagi mereka yang patah hati, suasana sepi bisa
menjelma sebagai neraka. Tapi bagi mereka yang sedang memadu kasih, suasana
sepi justru yang diharap dan dicari. Sejoli yang sedang berasyik masyuk dalam
nafsu birahi- yang mereka namakan “cinta”- mencari-cari tempat yang bersuasana
sepi untuk saling menunjukkan hasrat hatinya. Mereka mencari tempat sepi untuk
membangun suasana romantis.
Post a Comment