Orang bijak mengatakan, “Terbentuknya masyarakat yang berperadaban adalah cita-cita utama sebuah
negara.” Terwujudnya masyarakat yang berperadaban itu ditandai dengan
terealisasinya keadilan sosial bagi seluruh warga.
Sebenarnya, membangun masyarakat
yang berperadaban itulah yang Rasulullah saw, lakukan selama sepuluh tahun di
Madinah. Beliau membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis, dengan
landasan kepada Allah dan taat kepada ajaran-Nya.
Masyarakat yang berperadaban akan
terwujud, apabali keluarga yang menjadi bagian terkecil dari kelompok
masyarakat tersebut, mendapatkan penanganan dan perhatian yang serius. Karena
keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat dan negara serta
merupakan landasan kesatuan masyarakat yang pada akhirnya penunjang bagi
organisasi kenegaraan.
Oleh karena itu, keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah,
merupakan suatu keluarga dambaan bahkan merupakan tujuan dalam suatu perkawinan
dan sakinah itu didatangkan Allah SWT. ke dalam hati para nabi dan orang-orang
yang beriman, maka untuk mewujudkan keluarga sakinah harus melalui usaha
maksimal- baik melalui usaha bathiniah (memohon kepada Allah SWT.), maupun
berusaha secara lahiriah (berusaha untuk memenuhi ketentuan baik yang datangnya
dari Allah SWT. dan Rasul-Nya, maupun peraturan yang dibuat oleh para pemimpin
dalam hal ini pemerintah berupa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku).
Sehingga ungkapan Rasulullah SAW. “Baitii jannatii”,
rumahku adalah surgaku, merupakan ungkapan tepat tentang bangunan rumah tangga
ideal. Dimana bangunannya dilandasi fondasi nilai-nilai Islam yang kuat, spirit
Iman yang kokoh, dan tindakan yang berorientasi pada prinsip Ihsan.
Sakinah adalah suasana damai yang melingkupi rumah
tangga- dimana masing-masing pihak (suami-isteri), menjalankan perintah Allah
SWT. dengan tekun, saling menghormati, dan saling toleransi. Dari suasana
as-sakinah tersebut akan muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi
(al-mawaddah), sehingga rasa bertanggung jawab kedua belah pihak semakin
tinggi.
Kebahagiaan akan muncul dalam
rumah tangga jika didasari nilai-nilai Islam, hubungan yang dibangun
berdasarkan percakapan dan saling memahami, urusan yang dijalankan dengan
bermusyawarah antara suami, istri, dan anak-anak. Semua anggota keluarga merasa
nyaman karena pemecahan masalah dengan mengedepankan perasaan dan akal yang
terbuka. Apabila terjadi perselisihan dalam hal apa saja, tempat kembalinya
berdasarkan kesepakatan dan agama, karena syariat dalam hal ini bertindak
sebagai pemisah.
“Kemudian jika berlainan
pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur`an) dan Rasul
(sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS An-Nisaa
[4]: 59).
Keluarga yang beriman adalah
keluarga yang mengambil jalan tengah, tidak bersikap berlebihan juga tidak
minim berinteraksi. Keadilan yang tidak membebani pemimpin keluarga dan tidak
mendorong untuk merusak pengatur rumah tangga. Ada perbedaan yang sangat besar
antara merasakan kenikmatan Allah dalam batas yang wajar dan pemborosan atau
kebahilan. Apabila pemborosan merusak kebanyakan rumah tangga, kebahilan juga sangat
berpotensi menghancurkan hubungan kekeluargaan. Sering kita dapatkan seorang
istri meminta cerai suaminya karena alasan bahil. Berapa banyak para suami yang
merasa sempit akibat tingkah laku istrinya yang bahil. Sikap tengah sebagaimana
kami terangkan merupakan metode terbaik dan cara terpenting.
"Katakanlah siapakah
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya
dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik? Katakanlah, 'Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus
(untuk mereka saja) pada Hari Kiamat.' Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat
itu bagi orang-orang yang mengetahui." (Q5 Al-A'raaf [7]: 32).
Rumah yang ideal ialah rumah
orang-orang yang gemar berzikir (mengingat Allah) dan orang-orang yang selalu
berusaha menyucikan diri, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan tidak
lupa memberikan sedekah kepada fakir dan miskin. Inilah rumah yang bersih,
karena ia adalah ibadah dan kebersihan diri. Apabila semua yang ada di rumah
bersih dan keluarga juga suci dan mereka berzikir, niscaya rumah tersebut
adalah rumah yang tidak dimasuki oleh setan, bahkan selalu dikunjungi malaikat
yang mulia, yang selalu bertasbih. Ketenangan dan kenyamanan dalam rumah tangga
kaum muslimin merupakan tanda keimanan yang kuat dan merupakan simbol
kemantapan. Sedangkan kegaduhan, mencela, dan Baling mencaci antara suami dan
istri adalah sesuatu yang tertolak dalam Islam. Setiap kali rumah terasa
tenang, jiwa pun akan merasa nyaman. "Dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
sayang." (QS Ar-Ruum [30]:21)
Karena ideal maka kewajiban bapak
terhadap anak-anaknya dalam mendidik pun tidak dilupakan, dimulai dari akidah
yang benar, lalu perintah untuk melakukan shalat. "Perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya."
(QS Thahaa:132)
Rasulullah saw bersabda,
"Perintahkanlah anak-anak kalian agar mendirikan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (karena meninggalkan shalat) ketika
mereka berumur sepuluh tahun, serta pisahlah tempat tidur di antara
mereka."
Inilah metode Islam dalam
membangun rumah-rumah kaum muslimin yang mengajak supaya benar-benar saling
menolong antara suami dan istri serta ada penghormatan timbal balik. Wanita
bukanlah jasad yang tidak mengenal istirahat. Oleh sebab itu, kewajiban suami
agar membantunya dalam semua urusan rumah tangga atau urusan-urusan yang
penting. Contohlah Rasulullah saw sebagaimana diceritakan oleh Aisyah, “Beliau
selalu membantu keluarganya."
Begitu
juga istri, jika ia memiliki waktu, akan terlihat elok jika ia menyempatkan
untuk membantu suaminya. Carilah cara agar suami bisa bekerja dengan merasakan
ketenangan dan tanpa ada rasa gelisah dalam dirinya. Dengan demikian, rumah
tersebut seperti satu jasad yang saling membantu, saling cinta, dan saling
memperkokoh, dengan dikendalikan oleh suasana cinta dan kasih sayang.
Post a Comment