“Umatku (orang) yang paling sayang kepada umatku adalah Abu Bakar, yang
paling keras dalam menjalankan perintah Allah adalah Umar, yang paling memiliki
sifat malu adalah Utsman, yang paling fasih membaca kitab Allah ta‘ala adalah
Ubay bin Ka’ab, yang paling tahu tentang ilmu faraidh (pembagian warisan) adalah Zaid bin Tsabit, dan yang paling
mengetahui yang halal dan yang haram adalah Mu‘adz bin Jabal. Ketahuilah, setiap umat memiliki orang yang terpercaya dari umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarah.
mengetahui yang halal dan yang haram adalah Mu‘adz bin Jabal. Ketahuilah, setiap umat memiliki orang yang terpercaya dari umat ini adalah Abu Ubaidah bin Jarah.
(HR. Tirmidzi, an-Nasa’i, Baihaqi, Thabrani, Ibnu
Hibban)
Allah yang Maha Baik itu sengaja menciptakan alam semesta, sebagai wahana bagi kita- untuk
membantu mengembangkan potensi diri dan hati nurani anak-anak kita, sehingga
seiring berjalannya sang waktu kita akan memahami apa yang menjadi panggilan
suci hidup kita. Bila kita membiarkan anak-anak tumbuh dengan sendirinya- tanpa
adanya pengajaran, dikhawatirkan mereka akan tumbuh dan melakukan suatu
pekerjaan yang tidak sesuai dengan hobi dan kesenangannya, kemungkinan besar
hal itu akan menyulitkan mereka dalam menggapai kesuksesan hidup yang lebih
baik. “Berusaha mengenali dan membantu menyembulkan potensi diri anak adalah
salah satu tugas utama para orang tua.” Ungkap Kahlil Gibran.
Tidaklah sulit bagi kita yang ingin melihat dan
mendeteksi potensi kecerdasan seorang anak yang dititipkan Allah kepada kita.
Salah satu caranya, dengan menganalisis kegiatan yang membuat mereka sangat
bahagia bila sedang melakukannya. Misalnya mereka memiliki hobi memasak,
bercocok tanam, berternak hewan, bertukang, berolah
raga, membaca buku menulis, berkemah,
panjat tebing, senang melawak, menyanyi, bermain musik, melukis, menari,
berdiskusi, menjadi tenaga suka rela menolong sesama, adalah beberapa contoh
kegiatan yang menjadi pilihan seorang anak dalam mengisi waktu senggangnya.
Semua bentuk kegiatan yang menjadi pilihan anak-anak
dalam mengisi waktu senggang, kemungkinan besar perilaku tersebut dilakukan
berdasarkan kesenangan yang bersumber dari potensi diri dan hati nurani
terdalam anak-anak tersebut. Hal itu dapat dikategorikan salah satu bentuk
sederhana mendeteksi potensi unik yang terpendam dalam diri anak-anak.
Ada beberapa pertanyaan mendasar yang perlu kita
perhatikan, untuk memudahkan kita mendeteksi serta menganalisis potensi unik
diri anak-anak. Misalnya kita mendapapi seorang anak mempunyai hobi bercocok
tanam. Maka untuk mengetahui secara mendalam, apakah ia benar-benar memiliki
hobi bercocok tanam, kita dapat mengajukan beberapa pertanyaan padanya untuk
membantu mengenali potensi diri anak tersebut, di antaranya;
Apakah pada saat bercocok tanam, ia benar-benar merasakan kenikmatan yang tak
terhingga? Kenapa ia begitu tertarik mengisi waktu senggang dengan bercocok
tanam? Tentu akan menjadi kebahagian yang sulit dilukiskan dengan kata-kata
bagi para orang tua, apabila mereka dapat menyaksikan anak-anaknya tumbuh
dengan potensi kecerdasan yang dianugerahkan Sang Khalik kepada mereka.
Terlebih lagi hampir sebagian besar kita- para orang tua
menekuni suatu profesi yang tidak selaras dengan hobi kita. Sebagaimana yang
diungkapkan Winter R. “Seorang dewasa rata-rata hanya menggunakan dengan
sungguh-sungguh sepersepuluh ribu dari potensi kecerdasannya selama ia hidup.”
Hal itulah terkadang menjadi faktor utama yang menyebabkan kita tidak berhasil
menemukan ketajaman daya kreatif imajenatif
dalam melakukan suatu pekerjaan.
Potensi kecerdasan yang Allah anugerahkan kepada
anak-anak kita- memang dapat menjadi faktor penentu keberhasilan mereka. Namun
ia bukan segalanya, karena tanpa didukung dengan semangat terus memperbaiki
(sabar), berjuang tanpa henti (istiqamah), serta visi dan misi yang kuat boleh
jadi akan berujung pada kemandulan. Kita seringkali terkecoh dengan kehandalan
pemain sepak bola di lapangan hijau.
Para penonton umumnya fokus pada kepiawaian pemain dalam
memainkan si kulit bundar. Namun mereka (para penonton) kurang memperdulikan
bahwa di balik kesuksesan besar itu, terdapat proses yang panjang. Sebelum
seseorang menjadi tokoh terkemuka, intelektual terpandang, entrepreneur sukses, artis populer, seniman kawakan,
mereka mengalami metamorfosis kepompong setelah itu barulah mereka menjadi
kupu-kupu yang indah.
Allah
menciptakan potensi anak-anak kita dengan sejumlah potensi unik yang beraneka
ragam. Maka tugas kita adalah mengenali serta membantu menyembulkan potensi
unik yang masih tersembunyi dalam diri mereka. Karena melakukan sesuatu
berdasarkan potensi unik dan hati nurani, merupakan sesuatu yang fundamental
dalam kehidupan seseorang.
Post a Comment