Sumber Gambar: pelatihanhumas.com

Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.
Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar, karena masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Misalnya kelompok sarjana komunikasi Amerika yang menulis buku Human Communication (1980) membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational communication), komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi public (public communication).

Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang member arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang.
            Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan cara berpikir yang Islami. Dakwah dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi, menjaga memori, dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani, ruhani, dan kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim.

Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikas antarpribadi yang dimaksud di sini adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa, “interpersonal communication is communication involving two or more people ia a face to face setting.”
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab. Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
            Kekuatan komunikasi antarpribadi ini menjadi modal dasar dalam menjalankan dakwah fardiyah dan dakwah khalaqah. Kemampuan komunikasi antarpribadi bermanfaat untuk mengenal dan menilai seseorang dengan cermat agar pendakwah dan mitra dakwah mampu menerapkan pendekatan komunikasi antarpribadi. Hubungan komunikasi antarpribadi dimanfaatkan untuk mengkaderisasi seseorang dan membina persahabatan.

Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak (audience communication). Apa pun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing.
            Pendekatan komunikasi kelompok dalam dakwah halaqah, pendakwah memahami klasifikasi kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi. Selanjutnya, perlu memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi kelompok agar dakwahnya bisa menjadi efektif.
            Norma kelompok menjadi acuan untuk berkomunikasi dan berperilaku dalam kelompok. Kita tidak bisa menerapkan norma individu, maka norma individu disesuaikan dengan norma kelompok. Budaya organisasi kelompok biasanya biasanya tidak selalu mengikuti visi dan misi kelompok tersebut. Mereka kadang-kadang menyimpang dari tujuan kelompok. Norma kelompok dituangkan ke dalam bahasa yang tertulis dan bahasa yang tidak tertulis. Bahasa verbal dan nonverbal sehari-hari menunjukkan arah budaya organisasinya. Indikatornya dapat diukur dengan iklim komunikasi, iklim organisasi, dan kinerja organisasi. Dengan memahami beberapa hal di bawah ini, anda akan mengetahui pengaruh kelompok.

Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televise, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lain sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa, ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yakni terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
           
DAFTAR PUSTAKA


Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.

-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.

Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.

Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.


Seperti halnya definisi komunikasi, klasifikasi tipe atau bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya.
Tidak begitu mudah menyalahkan suatu klasifikasi tidak benar, karena masing-masing pihak memiliki sumber yang cukup beralasan. Misalnya kelompok sarjana komunikasi Amerika yang menulis buku Human Communication (1980) membagi komunikasi atas lima macam tipe, yakni komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), komunikasi kelompok kecil (small group communication), komunikasi organisasi (organizational communication), komunikasi massa (mass communication), dan komunikasi public (public communication).

Komunikasi dengan Diri Sendiri (Intrapersonal Communication)
Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Sepintas lalu memang agak lucu kedengarannya, kalau ada orang yang berkomunikasi dengan dirinya sendiri.
Terjadinya proses komunikasi di sini karena adanya seseorang yang member arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang.
            Pendekatan komunikasi intrapribadi dalam dakwah dzatiyah, komunikasi intrapribadi meliputi sensasi, persepsi, memori, dan cara berpikir yang Islami. Dakwah dzatiyah mencakup kekuatan sensasi, persepsi, menjaga memori, dan kekuatan cara berpikir pendakwah dan mitra dakwahnya. Sebelum memanggil dan mengajak seseorang, pendakwah memiliki kekuatan kesehatan jasmani, ruhani, dan kecerdasan spiritual yang tetap menjaga potensi bingkai fitrahnya ke dalam bingkai kepribadian muslim.

Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikas antarpribadi yang dimaksud di sini adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) bahwa, “interpersonal communication is communication involving two or more people ia a face to face setting.”
Menurut sifatnya, komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua macam, yakni komunikasi diadik (dyadic communication) dan komunikasi kelompok kecil (small group communication).
Komunikasi diadik ialah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Pace dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam, dan lebih personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab. Komunikasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.
            Kekuatan komunikasi antarpribadi ini menjadi modal dasar dalam menjalankan dakwah fardiyah dan dakwah khalaqah. Kemampuan komunikasi antarpribadi bermanfaat untuk mengenal dan menilai seseorang dengan cermat agar pendakwah dan mitra dakwah mampu menerapkan pendekatan komunikasi antarpribadi. Hubungan komunikasi antarpribadi dimanfaatkan untuk mengkaderisasi seseorang dan membina persahabatan.

Komunikasi Publik (Public Communication)
Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak (audience communication). Apa pun namanya, komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing.
            Pendekatan komunikasi kelompok dalam dakwah halaqah, pendakwah memahami klasifikasi kelompok dan pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi. Selanjutnya, perlu memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan komunikasi kelompok agar dakwahnya bisa menjadi efektif.
            Norma kelompok menjadi acuan untuk berkomunikasi dan berperilaku dalam kelompok. Kita tidak bisa menerapkan norma individu, maka norma individu disesuaikan dengan norma kelompok. Budaya organisasi kelompok biasanya biasanya tidak selalu mengikuti visi dan misi kelompok tersebut. Mereka kadang-kadang menyimpang dari tujuan kelompok. Norma kelompok dituangkan ke dalam bahasa yang tertulis dan bahasa yang tidak tertulis. Bahasa verbal dan nonverbal sehari-hari menunjukkan arah budaya organisasinya. Indikatornya dapat diukur dengan iklim komunikasi, iklim organisasi, dan kinerja organisasi. Dengan memahami beberapa hal di bawah ini, anda akan mengetahui pengaruh kelompok.

Komunikasi Massa (Mass Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televise, surat kabar, dan film.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lain sebelumnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan.
Ciri lain yang dimiliki komunikasi massa, ialah sumber dan penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yakni terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi, dan sebagainya. Oleh karena itu, proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana (dipersiapkan lebih awal), terkendali oleh redaktur dan lebih rumit, dengan kata lain melembaga.
           
DAFTAR PUSTAKA


Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh, Jakarta: Amzah, 2012.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.

-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.

Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.

Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.


Post a Comment

 
Top