Sumber Gambar: |
Dalam studi historiografi, ditemukan paling banyak lima pendapat yang berkembang sepanjang sejarah, tentang siapa dan apa sebenarnya yang mengendalikan perkembangan sejarah. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah para dewa. Pendapat ini berkembang pada masyarakat primitif dan kuno. Kedua, di kalangan umat beragama dikenal pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah rencana besar Allah. Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa yang mengendalikan perkembangan sejarah adalah gagasan-gagasan besar yang pernah dilahirkan anak manusia sepanjang sejarah. Keempat, pendapat yang mengatakan bahwa tokoh-tokoh besarlah yang mengendalikan perkembangan sejarah. Pendapat ini berkembang terutama mulai pada abad ke delapan belas. Kelima, pendapat yang mengatakan bahwa perkembangan sejarah dikendalikan oleh keadaan sosial ekonomi. Pendapat semacam ini sangat kentara terlihat pada pemikiran Karl Max.[1]
Dari
kelima faktor yang mempengaruhi perkembangan sejarah itu, dua di antaranya
adalah tokoh dan gagasan
besarnya. Itulah sebabnya studi tokoh itu demikian penting dan sudah lama
menarik minat banyak kaum terpelajar. Dengan demikian, kepentingan dan relevansi
studi tokoh untuk zaman kita dapat dilihat, paling tidak, dari tiga jurusan. Pertama,
sifatnya yang demikian menarik bagi manusia, sebagai cara untuk mengetahui
perkembangan sejarahnya. Hal ini terlihat umpamanya dari apa yang pernah
dilukiskan oleh Louis:
“Sebuah studi biografi yang
menceritakan kisah tokoh yang bersangkutan sejak lahir hingga meninggal,
mungkin akan lebih menarik dari apa yang mengisahkan suatu periode yang kritis
di dalam hidupnya.”[2]
Kedua, studi tokoh juga
dijadikan sebagai tempat berpijak untuk memulai gagasan yang lebih besar di
masa depan dari apa yang pernah dipikirkan dan digagaskan tokoh-tokoh
terdahulu, atau sebagai pelajaran, untuk tidak terjebak pada kegagalan yang
pernah mereka alami. Dalam hal ini Louis menambahkan:
“Si penyelidik dengan jalan
memastikan apa yang dilakukan orang lain pada masa lampau, kadang-kadang dapat
menyoroti experimen-experimen yang dapat diulangi, jika ada harapan sukses, dan
diubah jika telah menemui kegagalan.”[3]
Ketiga, sebagai seleksi validitas perkembangan
berbagai penemuan. Artinya, dengan melakukan studi terhadap tokoh-tokoh
terdahulu yang dipikirkan atau digagaskan kemudian dapat diklaim sebagai
penemuan baru, atau sebaliknya. Tiga, kepentingan itu tampaknya dapat
dijadikan alasan kuat untuk mengatakan bahwa studi tokoh amat penting dan
selalu relevan untuk dilakukan di zaman kita. Sedangkan, penegasan objek material dalam hal ini adalah
pemikiran salah seorang tokoh, seluruh karyanya atau salah satunya, Objek
formalnya adalah pemikiran atau gagasan seorang tokoh yang dikaji atau
diselidiki secara mendalam.[4]
[1]Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian
Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2000),
h. 64.
[2]Louis Gottschalk, Understanding History: Primer
of Historical Method. Penerjemah Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press,
1986), h. 14
[4]Syahrin Harahap, Metodologi Studi dan Penelitian
Ilmu-Ilmu Ushuluddin, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2000),
h. 65.
Post a Comment