Sumber Gambar: |
Seorang pakar leadership, John C. Maxwell mengatakan “The
most effective leadership is by example, not edict”. Menurut John, sembilan
puluh persen manusia belajar secara visual, sembilan persen secara verbal,
sisanya satu persen dengan indra lainnya. Oleh karena itu, keteladanan menjadi
kunci yang sangat penting dan menjadi nilai yang fundamental untuk diwariskan
pada pemimpin selanjutnya, karena keteladanan seorang pemimpin dapat dilihat
dan menjadi cerminan bagi kepemimpinan selanjutnya.
Pemimpin seperti ini senantiasa berfikir jauh kedepan dan
mempersiapkan transformasi kepemimpinannya dengan sebaik mungkin. Bukan
kepemimpinan dirinya saja yang dipikirkan, melainkan dia peduli dengan orang
lain, terlebih kepada masa depan orang yang dipimpinnya. Ada dua fokus
pemimpin, pertama adalah para pengikutnya (people) yang kedua adalah
tujuannya (task).
Fokus pemimpin bukanlah dirinya sendiri dan tidak pula
mendapatkan keuntungan sebagai tujuan dirinya. Pemimpin yang peduli adalah
mereka yang telah menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap sesamanya, jauh sebelum
mereka menjadi pemimpin. Dia adalah pemimpin yang paling bahagia bersama
orang-orang yang dipimpinnya. Kebahagiaan orang-orang yang dipimpin adalah
kebahagiannya, begitu pula kesedihannya.
Dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia, Panglima Besar
Jenderal Sudirman, adalah sosok yang tidak diragukan lagi kepeduliannya kepada para sahabat-sahabatnya yang berjuang bersamanya.
Mereka berperang bergerilya di hutan-hutan untuk menghadapi Tentara Belanda dan
Sekutu meski penyakit yang dideritanya semakin parah. Sejak dilantik oleh
Presiden Soekarno pada 25 Mei 1946 sebagai Panglima Besar TKR (Tentara Keamanan
Rakyat), Jenderal Sudirman segera bergerak mempertahankan setiap jengkal tanah nusantara,
pada saat itulah untuk pertama kalinya tentara Republik Indonesia memiliki
pucuk pimpinan yang menyatukan seluruh komando. Itulah awal tentara Republik
Indonesia menjadi organisasi tentara yang teratur, solid, kokoh, dan kuat.
Keteladanan seperti inilah yang menjadikan seorang
pemimpin memiliki integritas dimata orang lain, menjadi inspirasi bagi
pemimpin-pemimpin yang hidup sesudahnya. Sosok seperti beliau tidak sekedar
dipercaya (trust) tetapi diharapkan dan dinantikan kehadirannya. Dari
dulu hingga saat ini semua rakyat cinta dan rindu akan kehadiran sosok-sosok
pemimpin seperti beliau, pemimpin yang selalu peduli pada masa depan bangsa
ini, peduli pada nasib seluruh rakyat Indonesia untuk bebas dan merdeka.
Sosok Marzuki Ali adalah juga sosok peduli
terhadap sesamanya. Jiwa melayani Marzuki
Ali terlihat dari kepedulian dalam Dunia Olahraga dan
Pendidikan. Didasarkan rasa keprihatinan terhadap prestasi sepakbola di
Tanah Air, Marzuki Alie tidak mempersoalkan kekisruhan kepengurusan PSSI, namun
langsung berbuat, yaitu dengan mengenalkan Liga Pendidikan Indonesia (LPI)
yaitu kompetisi sepakbola antar sekolah tingkat SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.
Kompetisi dimulai dari Kabupaten/Kota dengan memperebutkan piala Bupati/
Walikota, Tingkat Provinsi piala Gubernur, Tingkat wilayah piala Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Tingkat Nasional Piala Presiden.
LPI dilaunching tahun 2009, saat ini sudah masuk tahun
ketiga, diikuti lebih dari 8.000 sekolah. Targetnya dalam waktu 5 tahun akan
diikuti 15.000 sekolah. Disamping sepakbola, Marzuki Alie juga didaulat menjadi
Ketua Dewan Pembina PP Pertina periode 2012-2017. Dalam bidang Pendidikan,
sejak tahun 1998 saat terjadi krisis multi dimensi, marzuki melihat bahwa
persoalan SDM merupakan faktor utama yang mengakibatkan krisis tersebut, oleh
karenanya tanpa memperdebatkannya, marzuki langsung membentuk yayasan yang
bergerak dalam bidang pendidikan yaitu Yayasan Indo Global Mandiri, saat ini
sudah berumur 14 tahun mengelola pendidikan tingkat SD, SMP, SMA dan
Universitas. Disamping itu tersedia Pondok Pesantren tingkat Tsanawiyah dan
Aliyah, khusus bagi anak yang tdk mampu.
Post a Comment