Sumber Gambar: |
Pemimpin yang religius- tidak hanya sekedar melayani mereka yang dipimpin, tetapi berupaya sungguh-sungguh
untuk senantiasa mengikuti perintah Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku
yang sejalan dengan Perintah Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa
memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, diucapkan, dan diperbuatnya.
Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih
banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin religius senantiasa belajar dan bertumbuh dalam
berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan lain
sebagainya. Mengindikasikan bahwa ia senantiasa menyelaraskan (recalibrating)
dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan),
prayer (doa), dan criptusre (membaca keinginan Tuhan).
Kepemimpinan religius itulah yang juga semestinya dianut
di Indonesia ini. Karena dalam susunan Pancasila sila Ketuhanan Yang Mahaesa
sebagai sila pertama. Dari susunan Pancasila itu semestinya nilai-nilai
religius yang pertama dijadikan pegangan dalam berbagai kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara di Republik ini.
Sayangnya nilai-nilai religius hanya ditampilkan dalam
kehidupan beragama yang lebih menonjolkan formalitas belaka. Hal ini sangat
mungkin disebabkan terlalu jauhnya intervensi kekuasaan pemerintah dalam
mengatur kehidupan beragama. Pada hal beragama merupakan hak yang paling asasi
dan merupakan privacy individu yang sangat tidak mungkin dicampuri orang lain.
Ketika kehidupan beragama tidak mampu menampilkan pemimpin yang religius, bukan
berarti agama itu yang salah. Sistem kehidupan dalam mengamalkan ajaran agama
itulah yang semestinya disempurnakan.
Oleh karena itu, untuk menemukan sosok pemimpin yang
memiliki spirit religius ada baiknya kita meninjau sosok Marzuki Ali yang
memiliki spirit kepemimpinan yang religius. Masa kecil Marzuki dalam lingkungan keluarga yang
religius dan agamis, telah membentuk pribadi Marzuki menjadi pribadi yang
sangat taat dan konsisten serta teguh dalam pendirian untuk menegakkan
kebenaran. Prinsip inilah yang menjadi modal perjalanan hidup Marzuki baik
dalam kehidupan sosial keagamaan, karir profesional maupun dalam politik.
Banyak sahabat dan teman-teman sepergaulan yang tidak
mengetahui modal pendidikan agama yang dimiliki Marzuki karena sikapnya yang
selalu mendahulukan orang lain. Teman sepergaulan di Partai kaget ketika Marzuki
menjadi Imam sholat Jum’at di Masjid Al Markaz Jenderal Moh Yusuf Makasar saat
perhelatan Muktamar NU di Makasar, kemudian memberikan Khotbah Jum’at di Masjid
Istiqlal Jakarta, serta memberikan tausyiah Ramadhan di Masjid Istiqlal di
Kantor Komisi Yudisial. Dalam Organisasi Sosial Keagamaan Marzuki Alie aktif
sebagai Ketua Dewan Ahli Ikatan Sarjana Nahdatul Ulama dan juga sebagai Dewan
Penasihat Jammiyatul Qura' wal Huffadzh salah satu lembaga Otonom di PB
Nahdatul Ulama. Itulah sosok Marzuki yang lebih banyak diam tatkala berkumpul
diantara Tokoh atau Pejabat Negara.
Post a Comment