Sumber Gambar: |
Kata “konflik” secara bahasa berarti
percekcokan, perselisihan, pertentangan (pertentangan antara dua kekuatan,
pertentangan dalam diri satu tokoh dan pertentangan antara dua tokoh).[1] Istilah lain yang
kadangkala pengertiannya berhimpit dengan kata konflik adalah kata “kerusuhan”.
Terbentuk dari kata dasar “rusuh” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
diartikan banyak gangguan keamanan, kacau, dan ribut. Kata kerusuhan berarti
keadaan rusuh (tidak aman); keributan; kekacauan; dan huru-hara.[2]
Secara terminologi, konflik
didefinisikan sebagai pertentangan yang bersifat langsung dan disadari antara
individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.[3] Dalam batasan ini,
kekalahan pihak lawan dianggap sangat penting dalam mencapai tujuan. Dan orientasi ke arah pihak lawan lebih
penting daripada obyek yang hendak dicapai. Realitasnya, karena berkembangnya
rasa kebencian yang makin mendalam, pencapaian tujuan seringkali menjadi
sekunder. Sedangkan pihak lawan yang dihadapi jauh lebih penting.
Para peneliti konflik, seperti dikutip
Rizal Panggabean, memberikan definisi beraneka ragam. Definisi Coser menekankan
aspek perilaku konflik. Pengertian konflik yang difokuskan pada perilaku cukup
populer di kalangan peneliti konflik dan di kalangan masyarakat pada umumnya.
Di lain pihak, definisi Boulding menekankan situasi yang melatarbelangi
konflik, seperti ketidakselarasan kepentingan dan tujuan. Ini menunjukkan bahwa
kondisi-kondisi konflik adalah fokus penting lainnya dalam studi-studi konflik.
Sedangkan definisi yang diberikan Kriesberg menekankan pada keyakinan (belief),
karena konflik terjadi manakala pihak-pihak meyakini bahwa mereka memiliki
tujuan yang bertentangan satu sama lain. Sementara dalam definisi yang diajukan
Pruitt dan Rubin menegaskan persepsi (perception) dan keyakinan (belief)
mengenai ketidakselarasan kepentingan dan aspirasi.[4]
Masing-masing definisi di atas dapat
digunakan karena mengandung kegunaan sendiri-sendiri, juga dapat digunakan
untuk kepentingan lain. Jika dirangkum, definisi-definisi tersebut menunjukkan
beberapa komponen inti konflik yang dapat diperhatikan dan diamati. Tiga
komponen konflik yang utama berdasarkan definisi-definisi itu adalah:
a.
Kondisi-kondisi
yang mendahului konflik;
b.
Perilaku
konflik; dan
c.
Aspek-aspek
kognitif dan afektif konflik.
[1]Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. VIII; Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), h. 518
[3]Ahmad Fediyani
Saifuddin, Konflik dan Integrasi: Perbedaan Faham dalam Agama Islam,
(Cet. I; Jakarta: CV Rajawali, 1986), h. 7
[4]Rizal Panggabean, “Manajemen
dan Resolusi Konflik”, Makalah disampaikan dalam TOT Manajemen Efektif dan
Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta, Juli 2004), h. 1.
Post a Comment