![]() |
Sumber Gambar: |
Gerakan perkembangan
seni khat telah mencapai masa keemasan pada masa ini disebabkan motivasi
para khalifah dan perdana menteri Abbasiyah, sehingga bermunculan kelompok para
kaligrafer yang jenius.[1]
Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada periode ini
semakin banyak kaligrafer yang lahir, di antaranya Ad Dahhak Ibnu ‘Ajlan yang
hidup pada masa Khalifah al Manshur (754-775 M) dan al Mahdi (775-786 M). Ishaq
memberi kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan Suluts dan Sulutsain
dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian kaligrafer lain yaitu Abu Yusuf as
Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf berhasil menciptakan huruf yang
lebih halus dari sebelumnya.
Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat
sebagai nama besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi
kepada Al Ahwal al Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan
tulisan huruf kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus
geometrical pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam
pembuatan huruf yang ia tawarkan yaitu, titik, huruf alif, dan lingkaran.
Menurut Ibnu Muqlah, setiap huruf harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan
disebut al-Khat al-Mansub (tulisan yang berstandar). Dia juga
mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok (al-Aqlam as-Sittah)
yaitu suluts, naskhi, muhaqqaq, raihani, riqa’, dan tauqi’ yang
merupakan tulisan kursif. Tulisan naskhi dan suluts menjadi
popular dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya dapat menggeser dominasi
khat kufi.
Usaha Ibnu Muqlah pun
dilanjutkan oleh murid-muridnya yang terkenal di antaranya Muhammad Ibnu As
Simsimani dan Muhammad Ibnu Asad. Dari dua muridnya ini kemudian lahir
kaligrafer bernama Ibnu Bawwab. Ibnu Bawwab mengembangkan lagi rumus yang sudah
dirintis oleh Ibnu Muqlah yang dikenal dengan Al-Mansub Al-Faiq (huruf
bersandar yang indah). Dia mempunyai
perhatian besar terhadap perbaikan khatt naskhi dan muhaqqaq
secara radikal. Namun karya-karyanya hanya sedikit yang tersisa hingga sekarang
yaitu sebuah al-Qur’an dan fragmen duniawi saja.
Pada masa berikutnya muncul Yaqut al Musta’simi yang
memperkenalkan metode baru dalam penulisan kaligrafi secara lebih lembut dan
halus lagi terhadap enam gaya pokok yang masyhur itu. Yaqut adalah kaligrafer
besar di masa akhir Daulah Abbasiyah hingga runtuhnya dinasti ini pada tahun
1258 M karena serbuan tentara Mongol.
Penggunaan kaligrafi pada masa
Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagamaan
yang sangat nyata, jauh bila dibandingkan dengan masa Umayyah. Para kaligrafer
Daulah
Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-penemuan baru atau mendeformasi
corak-corak yang tengah berkembang. Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai
sebagai ornament dan arsitektur oleh Bani Abbasiyah daripada Bani
Umayyah yang hanya mendominasi unsur ornament floral dan geometric
yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme dan Sasania.
Post a Comment