Tetaplah Berbinar

Agitas dan Propaganda

Agitas dan Propaganda

Shutterstock Menurut kamus Oxford, mengagitasi adalah “membangkitkan perhatian ( to excite ) atau mendorong ( stir it up )”, sedangka...

Baca Selengkapnya »

Propaganda dan Pembentukan Wacana

<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGEARPChOQPcuQsZFNSkefoNT4LRGY_kPV5wXjWvAZvNjzObkfz4dLd-sjPMwugc1txIWImrr-SOI9KmZ33uusg-lg4z5Cc0xl52ZmXZMJhC9MPGDvLRWNN6zx3cf1m56ufIU0k2WaKPU/s1600/bunga+1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGEARPChOQPcuQsZFNSkefoNT4LRGY_kPV5wXjWvAZvNjzObkfz4dLd-sjPMwugc1txIWImrr-SOI9KmZ33uusg-lg4z5Cc0xl52ZmXZMJhC9MPGDvLRWNN6zx3cf1m56ufIU0k2WaKPU/s1600/bunga+1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">http://hidupmulia.net/bunga-terindah/</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<b>Definisi Propaganda</b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Meski praktik propaganda telah
telah terjadi sejak pertama kali terbentuknya masyarakat sosial, kata propaganda
baru muncul ketika Gereja Romawi mempergunakan propaganda sebagai sarana untuk
menyebarkan agama katolik. Pada abad-abad selanjutnya, peran propaganda
bergeser ke sisi penerapan di dunia politik serta hubungan masyarakat dan
bahkan manipulasi pendapat publik. Itu sebabnya, dalam  setiap peristiwa penting seperti politik,
pemilu, revolusi, atau perang, propaganda memberikan dorongan kuat bagi
pengembangan dan implementasi praktis di medan komunikasi. </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Secara etimologis, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, propaganda berarti <b>penerangan,
paham, sikap,</b> atau <b>arah tindakan
tertentu</b>, biasanya disertai dengan janji muluk-muluk. Dalam <i>Encyclopaedia Britanica</i>, 1997, dan <i>The Oxford Companion to the English Language</i>,
Tom Mc Arthur (1992: 333-334) menguraikan kata propaganda berasal dari bahasa
Neo Latin <i>propagandus</i> atau <i>propagare</i> yang berarti penyebaran. Kata
ini pertama kali dipergunakan Paus Gregorius XV di Italia  pada tahun 1622 untuk menamai sebuah lembaga
yang mengurusi kegiatan misionaris Gereja Katolik Roma, Congregatio de
Propaganda Fide, komite tetap kardinal yang bertanggung jawab atas aktivitas
misionaris Katolik. Sejak saat itu, kata propaganda mulai banyak digunakan
untuk merujuk pada rencana sistematis dan gerakan terorganisasi untuk
menyebarkan suatu keyakinan, dogma, doktrin atau sistem prinsip tertentu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Teori-Teori
Propaganda<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Secara teoritis, pesan propaganda
harus diulang-ulang. Teknik pengulangan sangat penting dan merupakan dasar
dalam kegiatan propaganda. Ditilik dari sejarahnya, teori propaganda mengalami
perubahan secara evolusioner selaras dinamika perkembangan masyarakat. Berikut
ini teori-teori tersebut:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Early
Propaganda Theory<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini menganut asumsi bahwa
setiap orang menyukai kesenangan. Di sini, propagandis menggunakan kata-kata yang
menghibur, gambar-gambar yang memukau atau pertunjukan-pertunjukan atraktif di
hadapan orang banyak sehingga mereka merasa senang dan selamanya menerima
pesan-pesan propaganda yang ditawarkan atau memberikan sumbangan atau bantuan.
Propaganda dilakukan secara satu arah (<i>one
way</i>) dengan langsung dan segera pada target.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Reaction
Againts Early Propaganda Theory<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Sebagai reaksi terhadap ealrly
propaganda theory, muncul sebuah pemikiran bahwa tidak selamanya propaganda
hanya bersifat searah (<i>one way</i>).
Ketika seorang propagandis sedang melancarkan propaganda balik, baik disadari
maupun tanpa disadari. Di sini, propagandis memerhatikan reaksi-reaksi yang
diberikan oleh targetnya dan berupaya mengefektifkan propaganda yang
dilancarkannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Libertarianism
Theory<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini beranjak dari asumsi
bahwa propaganda merupakan upaya untuk memperluas pengaruh atau memperoleh
kekuasaan, bukan merupakan monopoli kaum borjuis seperti penguasa atau elite
masyarakat. Siapa pun berhak dan tidak boleh dilarang untuk menyusun kekuasaan
atau memiliki pengaruh melalui propaganda selama dapat dipertanggungjawabkan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Libertarianism
Reborn Theory<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori mutakhir mengenai propaganda
yang didasari oleh asumsi bahwa setiap manusia memiliki kebebasan berkehendak (<i>free will</i>) untuk melakukan apa saja,
termasuk untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau kekuasaan politik. Acuan
teori ini adalah sejarah peradaban yang menginginkan kemajuan dan perkembangan
tiada henti (<i>endless development</i>)
dalam kehidupan masyarakat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Freudianism
Theori<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini lahir dari konsep
pembagian kepribadian manusia ke dalam tiga elemen yang dapat direkayasa
melalui propaganda. Tiga elemen tersebut adalah ego (rasio), internal desire
(ID, kesenangan pribadi), dan superego (perasaan terdalam- hati nurani).
Mekanisme propaganda yang dilancarkan adalah meyakinkan ego, kemudia memersuasi
ID, untuk melemahkan superego. Propaganda semacam ini banyak dipraktikkan di
semua lokasi mulai dari tingkat lokal sampai internasional, misalnya dalam
multilevel marketing atau arisan bergantian atau pembagian keuntungan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Behaviorism
Theory<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori merupakan teori propaganda
yang berasumsi bahwa masyarakat sosial memiliki respon terhadap stimulus
tertentu sehingga propaganda dapat memengaruhi aspek kognitif dalam perilaku
kehidupannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Propaganda
Theori versi Harold D Lasswell<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini mengadaptasi teori
freudianisme dan teori behaviorisme, puncak implementasinya untuk mencapai efek
dukungan massa. Teori ini tersublimasi dalam rumusan paradigma komunikasi yang
terkenal (<i>who says what to whom in which
channel with what effect</i>). </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Public Opinion
Theory <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini menunjukkan proses
rangkaian kegiatan propaganda dari bawah, yang berkembang mulai dari kaum
proletar (buruh, petani, nelayan, dan mereka dari kelas kurang pendidikan)
maupun pada golongan masyarakat paling bawah yang lain, hingga kemudian
pengaruhnya merambat naik mencapai golongan tertinggi, seperti kaum berojuis
atau kelompok elit maupun golongan masyarakat tertinggi lainnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>IPA Theory (<i>Institute for Propaganda Analysis</i>)<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut teori IPA, propaganda
adalah komunikasu yang dilancarkan secara halus atau kasar dengan landasan
pemikiran berdasarkan fungsi propaganda yang seharusnya relevan dengan
kebutuhan masyarakat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Modern
Propaganda<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Teori ini dipopulerkan oleh sebuah
kalimat, ‘Dunia adalah panggung propaganda.’ Teori propaganda modern berasumsi
bahwa propaganda harus dilakukan dengan teknik-teknik propaganda yang jitu
tanpa diketahui oleh orang banyak atau kelompok tertentu yang dijadikan
sasaran.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Karakteristik
Propaganda <o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Propaganda sekurang-kurangnya
memiliki  memiliki karakteristik sebagai
berikut: <i>Pertama</i> propaganda harus
populer, dikemas bukan untuk menyenangkan secara intelektual. <i>Kedua</i>, propaganda bertujuan
mentransmisikan pengetahuan kepada khalayak. <i>Ketig</i>a, propaganda harus fleksibel, menyesuaikan diri dengan
kondisi dan apa yang ingin dicapainya dengan pengetahuan. <i>Keempat</i>, propaganda menggunakan metode yang layak. <i>Keempat</i>, tercapainya tujuan propaganda
tercermin dari perubahan sikap, pendapat, dan tindakan target propaganda sesuai
yang dikehendaki propagandis.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b>Definisi
Wacana<o:p></o:p></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut Douglas dalam Mulyana
(2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang
artinya <b><i>berkata, berucap</i></b>. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan
bentuk menjadi wacana.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dalam hirarki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal
yang tertinggi atau terbesar. Wacana direalisasikan dalam bentuk karangan yang
utuh, seperti <b>novel, cerpen,</b> atau <b>prosa</b> dan <b>puisi</b>, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraph, kalimat,
frase, dan kata yang membawa amanat lengkap. Jadi, wacana adalah unit
linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Menurut Kamus Linguistik Dewan
Bahasa dan Pustaka (1997) dalam Tengku Silvana Sinar (2008: 5), wacana
diterjemahkan sebagai <i>discourse</i> yaitu
unit bahasa yang lengkap dan tertinggi yang terdiri daripada deretan kata atau
kalimat, sama ada dalam bentuk lisan atau tulisan, yang dijadikan bahan
analisis linguistik.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Kata wacana berasal dari
kata <i>vacana</i> ‘bacaan’ dalam
bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa
Jawa Kuno dan bahasa Jawa Baru wacana atau <i>vacana</i> atau’ bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa
baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan,
percakapan, kuliah’.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Kata wacana dalam bahasa indonesia
dipakai sebagai padanan (terjemahan) kata <i>discourse</i> dalam bahasa inggris. Secara etimologis kata <i>discourse</i> itu berasal dari bahasa
latin discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse itu diturunkan
dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu merupakan gabungan
dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’ (Wabster
dalam Baryadi 2002:1). Wacana atau discourse kemudian diangkat
sebagai istilah linguistik. Dalam linguistik, wacana dimengerti sebagai satuan
lingual (linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat (Baryadi 2002:2).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Wacana adalah 1. rentetan kalimat
yang berkaitan, yang menghubungkan preposisi yang satu dengan preposisi yang lainnya,
membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu; 2. kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau
terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi
yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan atau tertulis.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn3" name="_ftnref3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">[3]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Secara garis besar, dapat
disimpulkan pengertian wacana adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem,
morfem, kata, klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan
secara lisan atau tertulis ini dapat berupa <b>ucapan</b> lisan dan dapat juga berupa <b>tulisan</b>, tetapi persyaratanya harus dalam satu rangkaian dan
dibentuk oleh lebih dari sebuah kalimat.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dardjowidjojo dalam Mulyana (2005:
1) menerangkan bahwa kajian wacana berkaitan dengan pemahaman tentang tindakan
manusia yang dilakukan dengan bahasa (verbal) dan bukan bahasa (nonverbal). Hal
ini menunjukkan, bahwa untuk memahami wacana dengan baik dan tepat, diperlukan
bekal pengetahuan kebahasaan, dan bukan kebahasaan (umum).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Sebagai objek kajian dan
penelitian kebahasaan, wacana dapat diteliti dari berbagai segi. Analisis
wacana mengkaji wacana baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi
internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagian
wacana; sedangkan dari segi eksternal, wacana dikaji dari segi keterkaitan
wacana itu dengan pembicara, hal yang dibicarakan dan mitra bicara.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Aspek-aspek yang terkandung
didalam wacana menyuguhkan kajian yang sangat beragam. Penelitian tentang
wacana masih banyak berkutat pada persoalan kebahasaannya secara internal.
Belum banyak penelitian yang mengeksplorasi wacana dari segi eksternalnya,
seperti sosial, sastra, budaya, ekonomi dan lain-lain.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang
dipakai di dalam berbagai disiplin ilmu dengan berbagai pengertian. Titik
singgung analisis wacana adalah studi yang berhubungan dengan pemakaian bahasa.
Menurut A.S Hikam dalam Eriyanto (2001: 4) ada tiga paradigma analisis wacana
dalam melihat bahasa. Pertama, pandangan <b><i>positivisme-empiris</i></b>;
kedua, <b><i>pandangan konstruktivisme</i></b>; dan ketiga <b><i>pandangan kritis</i></b>.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Lukmana, Aziz dan Kosasih (2006:
12) mengatakan bahwa analisis wacana kritis (<i>Critical Discourse Analysis</i>) mempunyai ciri yang berbeda dari
analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya
mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis wacana kritis (<i>Critical Discourse Analysis</i>) bertindak
lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki
struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan
sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Analisis wacana
kritis (<i>Critical Discourse Analysis</i>) juga
merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi. Tampak adanya kurang
komunikasi diantara kedua disiplin ilmu tersebut. Pada satu sisi, sosiolog
cenderung kurang memperhatikan isu-isu linguistik dalam melihat fenomena sosial
meskipun banyak data sosiologis yang berbentuk bahasa.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Analisis wacana kritis menyediakan
teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang
hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam
domain-domain sosial yang berbeda (Jorgensen dan Philips, 2007: 114). Tujuan
analisis wacana kritis adalah <b>menjelaskan
dimensi linguistik kewacanaan fenomena sosial dan kultural dan proses perubahan
dalam modernitas terkini</b>.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn4" name="_ftnref4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%;">[4]</span></span></span></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Fairlough dan Wodak dalam Eriyanto
(2001: 7) berpendapat bahwa analisis wacana kritis melihat wacana pemakaian
bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk dari praktik sosial. Wacana
sebagai praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis di antara peristiwa
diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang
membentuknya. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Dengan demikian, analisis wacana
kritis merupakan teori untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan
antara wacana dan perkembangan sosial budaya. Untuk menganalisis wacana, yang
salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik dengan memperhatikan
kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks (novel) bisa menggunakan teori
analisis wacana kritis. Teori analisis wacana kritis memiliki beberapa
karakteristik dan pendekatan.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Konteks adalah sesuatu yang
menjadi sarana untuk memperjelas suatu maksud. Sarana yang dimaksud ialah
bagian ekspresi yang mendukung kejelasan maksud dan situasi yang berhubungan
dengan suatu kejadian. Konteks yang berupa bagian ekspresi yang dapat
memperjelas maksud disebut ko-teks (co-text). Konteks yang berupa situasi yang
berhubungan dengan kejadian lazim disebut konteks (context) ( Hallyday,M.A.K
& Hasan R, 1976 : 29; Rustono, 1999 : 20; Rani, dkk., 2006 : 16). Ko-teks
dan konteks dalam analisis wacana merupakan dua hal yang saling melengkapi.
Dengan demikian, mengkaji wacana sangat bermanfaat untuk memahami makna/maksud
penggunaan bahasa yang sebenarnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Konteks wacana dibentuk oleh
berbagai unsur, yaitu situasi, <b>pembicara,
pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode,
saluran</b> (Alwi 1998:421). Konteks wacana meliputi:</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
a.   konteks fisis (<i>physical context</i>) yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa
pada suatu komunitas, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan
tindakan atau perilaku dari pada peran dalam peristiwa komunikasi itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
b.  konteks epistemis (<i>epistemic context</i>) atau latar belakang
pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh para pembicara maupun pendengar.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 35.45pt; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
c.    Konteks
linguistik (<i>linguistic context</i>) yang
terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat
atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -14.15pt;">
d.   Konteks sosial (<i>social context</i>) yaitu relasi sosial dan latar setting yang
melengkapi hubungan antara pembicara (penutur) dengan pendengar</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
(mitra
tutur).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Wacana memiliki dua unsur utama,
yaitu unsur dalam (<i>internal</i>) dan
unsur luar (<i>eksternal</i>). Unsur
internal wacana berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur
eksternal wacana berkaitan dengan unsur luar bahasa, seperti latar belakang
budaya pengguna bahasa tersebut. Kedua unsur itu membentuk suatu kepaduan dalam
satu struktur yang utuh dan lengkap (Paina, 2010: 53).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Unsur internal wacana terdiri atas
<b><i>satuan
kata atau kalimat</i></b>. Yang dimaksud satuan kata ialah tuturan yang
berwujud satu kata. Untuk menjadi susunan wacana yang lebih besar, satuan kata
atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung (Mulyana, 2005 : 9).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Unsur eksternal wacana adalah
sesuatu yang juga merupakan bagian wacana, tetapi tidak eksplisit, sesuatu yang
berada di luar satuan lingual wacana. Kehadirannya berfungsi sebagai pelengkap
keutuhan wacana. Unsur-unsur eksternal wacana itu terdiri atas <b><i>implikatur,
praanggapan, referensi, dan konteks</i></b> (Paina, 2010: 54).</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Pendekatan analisis wacana kritis
menurut Eriyanto terdiri dari lima bagian yaitu analisis <b><i>bahasa </i></b>kritis, analisis
wacana pendekatan Prancis, pendekatan kognisi sosial, pendekatan perubahan
sosial, dan pendekatan wacana sejarah. Namun yang ingin dikaji oleh penulis
disini hanya karakteristiknya saja yang terdiri dari lima bagian.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Tindakan</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Wacana dipahami sebagai sebuah
tindakan (action) yang diasosiakan sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang
sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk,
menyangga, beraksi dan sebagainya, Seseorang berbicara atau menulis mempunyai
maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai
sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar
kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Konteks</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Analisis wacana kritis
mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan
kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada
suatu konteks tertentu. Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa
konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunkasikan dengan siapa dan mengapa;
dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe
dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak.
Guy Cook menyebutkan ada tiga hal yang sentral dalam pengertian
wacana; teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk
bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua
jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan
sebagainya. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Historis</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Pemahaman mengenai wacana teks ini
hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks
itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh
karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa
wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang
dipakai seperti itu, dan seterusnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Kekuasaan</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Setiap wacana yang muncul, dalam
bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai seusatu yang
alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis
wacana kritis tidak membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja
tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi
dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting
untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus
selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau
psikis. Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas
konteks, atau dapat juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
Ideologi</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Wacana dipandang sebagai medium
kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak
produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan
benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan pada
kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal
tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran.</div>
<div class="MsoNormal">
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: 0cm; text-align: justify;">
Dalam kenyataannya, wujud dari wacana
itu dapat dilihat dalam beragam hasil karya pembuat wacana, yaitu: </div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><i>Talk</i> (wacana dalam wujud
     pembicaraan), antara lain dalam wujud rekaman wawancara, komunike, pidato,
     yel-yel, diskusi, lobi, dan berbagai bentuk media audio lainnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><i>Text</i> (wacana dalam wujud
     tulisan/grafis) antara lain dalam wujdu berita, esai, feature, artikel,
     opini, cerpen, novel, buku, dan produk media cetak lainnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l1 level1 lfo1; tab-stops: 0cm; text-align: justify;"><i>Act</i> (wacana dalam wujud tindakan)
     antara lain dalam wujud defile, parade, demonstrasi, lakon drama, tarian,
     film, video, vcd/dvd serta aneka wacana perilaku lainnya adan aneka bentuk
     produk audio-visual lainnya.</li>
<li class="MsoNormal">Artifact (wacana dalam
     wujud jejak) antara lain dalam wujud puing, bangunan, lanskap, monumen,
     lukisan, busana, aksesoris, dan produk meida cisual lainnya.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[1]</span></span></span></a></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
Sebagai contoh,
sebelum melancarkan propaganda Perang Teluk II, tim propaganda di Gedung Putih
telah mempersiapkan sejumlah agenda antara lain: </div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal">Menyusun skenario rencana
     penyerbuan ke Irak.</li>
<li class="MsoNormal">Menggalang dukungan
     internasional dengan memanfaatkan PBB.</li>
<li class="MsoNormal">Memanfaatkan lembaga Badan
     Tenaga Atom Internasional (IAEA) dan tim penyelidik lainnya untuk
     menyelidiki kepemilikan senjata nuklir Irak.</li>
<li class="MsoNormal">Melontarkan wacana-wacana
     perang melalui media internasional untuk mengetahui tanggapan
     internasional termasuk tanggapan dari pihak Irak.</li>
</ol>
<span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 11.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Mempersiapkan dan mengerahkan angkatan perang dengan
segala perangkat matra dan mesin massa internasional untuk meliput dan
melaporkan jalannya peperangan.<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftn2" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 11pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a><br />
<br />
</span>

<div class="MsoListParagraph" style="margin-left: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">[1]</span></span></span></span></a><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Shoelhi,
Mohammad, <i>Propaganda dalam Komunikasi
Internasional</i>, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012), h. 109.</span></div>
</div>
<div id="ftn2">

<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[2]</span></span></span></a>
<i>Ibid</i>., h. 110.</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="MsoNormal">
<br />
<br />
</div>
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">DAFTAR PUSTAKA <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
A.BUKU</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Abraham, Kathleen <i>S. Communication Everyday Use</i>. San Fransisco:
Rinehart Press, 1977. </div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Agee, Warren
K, Phillip H. Ault and Edwin Emery. <i>Introduction to Mass Communication</i>,
New York: Harper and Row Publisher, 1977.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Berlo,
David. K. <i>The Process of Communication: An Introduction to Theory and
Practice. </i>New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Bonar, S. K.
<i>Hubungan Masyarakat Modern</i>, Jakarta: PT Pembangunan, 1966.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Book,
Cassandra L. <i>Human Communication: Principles, Contexs and Skills</i>. New
York: St. Martin’s Press, 1980.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Byrnees,
Francis. <i>C. Communication (Reading Material)</i>. The International Rice
Research Institute. Los Banos- Philippines, 1965.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Cangara,
Hafied. <i>Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat</i>. Surabaya:
Karya Anda, 1996.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">-----------,
<i>Pengantar Ilmu Komunikasi</i>, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Effendy,
Onong Uchjana. <i>Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi</i>, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992.</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Nurudin, <i>Komunikasi Propaganda</i>, Bandung:
Rosdakarya, 2001<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Ruslan, Rosady,
<i>Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi</i>, </span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2014</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">.</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 11.0pt;">Shoelhi,
Mohammad, <i>Propaganda dalam Komunikasi
Internasional</i>, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36.0pt; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Sobur, Alex, <i>Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk
Analisis</i><i> Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing</i>, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Baryadi Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana
dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondhosuli.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis
Teks Media. Yogyakarta: LKIS</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Hasan Alwi. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Philips.
2007. Analisis Wacana Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Lukmana dan E. Aminuddin Aziz dan Dede Kosasih.
2006. Linguistik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Mulyana. 2005. Kajian Wacana : Teori, Metode dan
Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Paina. 2010. “Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa: Kajian
Sosiopragmatik”. Disertasi.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Poerwadarminta, W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa
Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Silvana Sinar, Tengku. 2008. Teori dan Analisis Wacana
: Pendekatan Sistematik Fungsional. Medan: Pustaka Bangsa Press.</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 36.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: -36.0pt;">
Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung:
Yrama</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
B. Internet</div>
<div class="MsoNormal">
<a href="http://andriew.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html">http://andriew.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-wacana-dan-analisis-wacana.html</a></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_wacana">https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_wacana</a></div>
<div class="MsoNormal">
<a href="https://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2012/08/05/analisis-wacana/">https://ikrimahmaifandi.wordpress.com/2012/08/05/analisis-wacana/</a></div>
<div class="MsoNormal">
http://www.tetaplahberbinar.com/2016/10/definisi-dan-teori-teori-propaganda.html</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<br />
<div>
<br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />

<br />
<div id="ftn1">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref1" name="_ftn1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>
<span style="font-size: 11.0pt;">Kridalaksana dalam Yoce (2009: 69) </span></div>
</div>
<div id="ftn2">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref2" name="_ftn2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a>
<span style="font-size: 11.0pt;">Poerwadarminta 1976: 1144</span></div>
</div>
<div id="ftn3">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref3" name="_ftn3" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[3]</span></span></span></a>
<span style="font-size: 11.0pt;">(J.S Badudu dalam Eriyanto, 2001: 2)</span></div>
</div>
<div id="ftn4">
<div class="MsoFootnoteText" style="text-indent: 36.0pt;">
<a href="file:///C:/Users/X/Documents/Propaganda/Propaganda%20dan%20Pembentukan%20Wacana.docx#_ftnref4" name="_ftn4" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[4]</span></span></span></a>
<span style="font-size: 11.0pt;">(Jorgensen dan Philips, 2007: 116)</span></div>
</div>
</div>

Propaganda dan Pembentukan Wacana

http://hidupmulia.net/bunga-terindah/ Definisi Propaganda Meski praktik propaganda telah telah terjadi sejak pertama kali terbentukny...

Baca Selengkapnya »

Resensi Buku. Bangka: Sejarah Sosial Cina-Melayu

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgusmRSlJcTKsh00x0_RhVDnbUMXOA0r0LwOaWxBCa0TRMrguIMyz2A8S2itG57mgZjow_q1mqivbqMzTOSO5iElUxKnitxxnm2ZaAWhhtA5hjMaXtnvMZgVbSWjBgxwR1ADtwBab5osIA/s1600/resensi+buku+abdullah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgusmRSlJcTKsh00x0_RhVDnbUMXOA0r0LwOaWxBCa0TRMrguIMyz2A8S2itG57mgZjow_q1mqivbqMzTOSO5iElUxKnitxxnm2ZaAWhhtA5hjMaXtnvMZgVbSWjBgxwR1ADtwBab5osIA/s320/resensi+buku+abdullah.jpg" width="226" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Judul                :           Bangka</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">:</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;"> Sejarah Cina-Melayu <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">Penulis</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">             :           </span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">Prof.
Dr. Abdullah Idi, M. Ed</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Penerbit          :           Tiara Wacana <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Cetakan           :           Pertama
Yogyakarta, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">Januari</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;"> 2011</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">ISBN                 :           978-979-1262-43-9<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Tebal               :           v</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">iii</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">+240 h</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">lm. 21 cm<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Peresensi         :           Dr. Muslimin, M. Kom. I</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 54.0pt; text-indent: -54.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Bukankah era reformasi seperti pisau bermata dua,
dalam perjalanan pan</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">j</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">ang bangsa Indonesia. Di
satu sisi, reformasi meniupkan spirit demokrasi sebagai basis legitimasi bagi eksistensi
bangsa</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;"> </span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Indonesia. Tetapi, di sisi lain, melalui semangat
keterbukaan, reformasi membuka tabir-tabir disharmoni sosial yang semula tersimpan
rap</span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;">at</span><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">. Konflik sosial menjadi
lebih nyaring terdengar dalam nuansa pluralitas etnis, agama, dan budaya.
Bahkan, konflik sosial juga terjadi di antara sesama etnik dan sesama pemeluk
suatu agama, dengan motif yang beraneka ragam. Pada ranah yang paling ekstrem,
segenap konflik sosial itu kemudian lebih banyak dimaknai sebagai benih-benih
disintegrasi yang mengancam kehidupan bangsa Indonesia. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Tetapi yang menarik dicermati, realitas etnisitas
di Bangka, di mana interaksi sosial antara etnik Cina dan Melayu-Bangka
cenderung asimilatif secara natural, barangkali dapat memberikan suatu gambaran
penting bagi bangsa ini yang masyarakatnya sangat pluralistik, seperti digagas
J.S. Furnivall. Bangka memiliki penduduk sekitar 80 persen penduduknya menganut
agama Islam. Dalam sejarah asimilasi Cina dan Melayu-Bangka, agama Islam
ternyata bukanlah suatu kendala bagi terjadinya asimilasi etnik Cina dan
Melayu-Bangka. (hlm., 201).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Fenomena asimilasi Cina dan Melayu di Bangka,
sekaligus sebagai <i>counter-attack- </i>bantahan terhadap pendapat William
Skinner yang mengatakan bahwa Islam sebagai kendala terhadap asimilasi etnik
Cina di Indonesia. Dalam masyarakat pluralistik Indonesia, Islam merupakan
agama yang dianut mayoritas penduduk Indonesia (85-90 persen), yang juga
sekaligus sebagai Negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di
dunia. Umat Islam-Indonesia, karenanya, memiliki peranan signifikan dan
strategis dalam memperkuat integrasi sosial dan integrasi bangsa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Sama halnya, ketika terjadi kerusuhan etnis pada
1998, terdapat banyak etnis Cina asal pulau Bangka dan Belitung yang sebelumnya
tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta, Suarabaya, Bandung, dan Palembang,
kembali ke pulau ini yang diduga untuk mencari perlindungan. Sama halnya,
ketika terjadi proses pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2000,
terdapat banyak etnis Cina asal daerah ini yang memilih pulang ke pulau ini
sebagai tempat masa depan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Lebih dari itu, nenek moyang dan leluhur orang
Cina asal Bangka dan Belitung memang berasal dan berada di kedua pulau ini.
Oleh sebab itu, dapat dimaklumi bahwa jika setiap tahun orang Cina asal Bangka
dan Belitung yang berada di luar negeri, sering pulang mengunjungi leluhurnya
di pulau ini. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-bidi-font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Calibri;">Tentunya, suasana kondusif di Bangka disebabkan
masyarakat yang mayoritas beragama Islam sangat toleran terhadap penganut agama
lain. Secara implisit Islam menyindir siapa pun yang terjebak di dalam
pemahaman keagamaan yang sempit, eksklusif dan monolitik. Sebab, persepsi
kebenaran tidak menjadi monopoli seseorang atau sekelompok tertentu. Dalam
hubungan antaragama, Frithjof Schuon dan Abdullah Idi dikatakan bahwa dalam hal
hakikat dan perwujudan antara agama-agama, yang dikatakan sebagai esoterik dan
eksoteris.<o:p></o:p></span></div>

Resensi Buku. Bangka: Sejarah Sosial Cina-Melayu

Judul : Bangka : Sejarah Cina-Melayu Penulis : Prof. Dr. Abdullah Idi, M. Ed Pener...

Baca Selengkapnya »

Peran Guru Membangun Peradaban

<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: center;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ14OvLbxAumMZAMoA8svcpQF4NwSkKBlU-irZFv9-00W1mrAM5pNkoIt1cBA8N9GVT0uRxYck20hyphenhyphenWHOKqLuCj7tLkb4ZdXG-xdiGWfGpK-8oifzEgg3dhWvR6-Fmedk_GqZgiDHOGOM/s1600/Muslimin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQ14OvLbxAumMZAMoA8svcpQF4NwSkKBlU-irZFv9-00W1mrAM5pNkoIt1cBA8N9GVT0uRxYck20hyphenhyphenWHOKqLuCj7tLkb4ZdXG-xdiGWfGpK-8oifzEgg3dhWvR6-Fmedk_GqZgiDHOGOM/s320/Muslimin.jpg" width="271" /></a></div>
<o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">            </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span style="font-size: 18.6667px; text-align: center;">Dr. Muslimin, M. Kom. I</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Tugas
utama guru dalam mewujudkan peradaban Islam tidak lain adalah membina umat I</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">slam</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> seutuhnya secara pribadi, kelompok, dan
masyarakat- agar umat </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Islam </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">dapat
menjalankan ajaran Islam secara komprehensif. Selain itu, tugas guru sebagai
khalifah dan hamba Allah adalah membangun peradaban dunia sesuai dengan konsep
yang ditetapkan Allah SWT.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">            Seperti
yang dikemukakan dalam al-Qur’an, “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, mencegah yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (QS. Ali-Imran [3]: 110).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">            Tentunya,
berdasarkan penjelasan ayat di atas, para guru termasuk umat terbaik yang
bertugas mewujudkan visi-misi pendidikan Islam. Seperti mendidik masyarakat dengan
mengajarkan pengetahuan yang bersumber dari ajaran </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Islam </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">yang normati</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">f</span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"> maupun ajaran Islam </span><span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">yang </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">tumbuh dan berkembang di masyarakat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">            Selain
itu, tugas guru juga mencegah masyarakat berbuat keburukan dengan menggunakan
pendekatan ilmu, dialog yang bermartabat, dan memberikan teladan yang baik. Sehingga
tercipta generasi Islam yang memiliki keseimbangan antara ilmu, iman, dan amal.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sebagaimana al-Qur’an mengingatkan, “Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah (ilmu pengetahuan), pelajaran yang baik, dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Surah An-Nahl [16]: 125).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; tab-stops: -27.0pt; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">            </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Guru
merupakan elemen penting dalam upaya mengajak umat Islam untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berguna bagi peradaban Islam. Sebab, tanpa konstribusi guru- peradaban
Islam sulit direalisasikan. Guru juga bertugas mewujudkan dunia pendidikan yang
memanusiakan manusia. Dalam artian seorang guru- dalam melakukan tugasnya ketika
mendidik harus berorientasi pada mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang
dilandasi ajaran Islam.  Di samping itu,
tugas guru juga termasuk memotivasi dan menumbuhakan semangat mencari ilmu
peserta didik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">Oleh karena itu, Islam sangat
mengajurkan seseorang menjadi guru yang memiliki kedalaman ilmu yang luas.
Sebagaimana yang terpadat dalam penjelasan hadits nabi, </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Jadilah engkau orang berilmu, atau
orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang
yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu
akan celaka” (HR. Baihaqi). Bahkan dalam hadis Nabi yang lain
dijelaskan, “Tinta para ulama lebih tinggi nilainya daripada darah para
shuhada.” (HR. Abu Daud dan Turmizi). </span><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Demikian pentingnya tugas seorang guru, Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah dan malaikat, penghuni langit serta bumi termasuk
semut yang berada di dalam lubangnya dan ikan-ikan (di
lautan) berselawat ke atas guru yang mengajar kebaikan kepada manusia.”
(HR. Tarmidzi)<o:p></o:p></span></div>

Peran Guru Membangun Peradaban

Dr. Muslimin, M. Kom. I Tugas utama guru dalam mewujudkan peradaban Islam tidak lain adalah membina umat I slam seut...

Baca Selengkapnya »