Sumber Gambar: Aswjmedia.com.au/ca

Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada disudut tenggara Ka’bah, dilingkari besi putih yang diikat dengan timah, terletak kira-kira setinggi satu setengah meter dari permukaan lantai Masjid. Dari sudut inilah putaran Thawaf dimulai dan diakhiri, dan kalau keadaan memungkinkan, setiap mulai putaran, disunnahkan mencium atau menyalami atau mengusap dengan tangan kanan pada Hajar Aswad ini, dan kalau tidak mungkin, disunnahkan melambaikan tangan kanan seolah-olah memberi isyarat menyalami.
Diterangkan bahwa Sayyidina Umar (Kalifah II) sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan,
“Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak membahayakan, dan tidak pula dapat memberi manfaat. Seandainya aku tidak melihat Rasulullaah saw menciummu, maka sekali-kali aku tidak akan menciummu.”
(H.R. Mulsim No. 228).
Jadi mencium Hajar Aswad ini bukanlah suatu kewajiban bagi umat Islam, tetapi merupakan anjuran dan sunnah hukumnya, maka kalau keadaan tidak memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan, sebaiknya anda ganti dengan menyalami dari jauh. Karena sudah banyak kasus kecelakaan (terinjak-injak) di sekitar tempat ini.

“Nanti pada hari kiamat, Hajar Aswad akan tampak memiliki mulut dan menyatakan atau menyaksikan siapa-siapa yang pernah mencium atau menyalami dia dengan niat baik”. Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Rasulullah saw bersada, 

Demi Allah, Allah akan membangkit hajar Aswad ini pada hari qiyamat dengan memiliki dua mata yang dapat melihat dan lidah yang dapat berbicara. Dia akan memberikan kesaksian kepada siapa yang pernah mengusapnya dengan hak. At-Tirmizi mengatakan bahwa hadits ini hadits hasan. Sedangkan Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih dalam kitab Shahihul Jami` no. 2180, 5222 dan 6975.

Sedangkan Sejarah Hajar Aswad itu berdasarkan penjelasan dari republika. co. id, pada awalnya Hajar Aswad merupakan salah satu batu yang ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS pada saat mereka sedang membangun Ka’bah.
Nabi Ismail yang pertama menemukan batu tersebut ketika dia mencari-cari batu tambahan untuk bangunan Ka’bah.

Batu tersebut kemudian diserahkannya kepada ayahnya. Nabi Ibrahim begitu tertarik kepada batu tersebut sehingga dia menciuminya berulang-ulang kali. Ketika akan menempatkan batu tersebut pada tempatnya, mereka terlebih dahulu menggendongnya sambil berlari-lari kecil mengelilingi bangunan Ka’bah sebanyak tujuh putaran.

Dalam sejarahnya yang panjang, Hajar Aswad telah terlibat dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang penting. Salah satu peristiwa penting tersebut melibatkan Nabi Muhammad SAW sebagai pemeran utama.
Pada sekitar lima tahun sebelum Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul, yakni ketika beliau berumur 35 tahun, diadakan pemugaran Ka’bah karena adanya beberapa kerusakan.

Pemugaran tersebut diadakan berdasarkan kesepakatan para pemuka kabilah suku Quraisy yang ada di Kota Makkah. Akan tetapi, terjadi perselisihan yang hampir saja mengakibatkan pertumpahan darah di antara sesama masyarakat Quraisy tersebut ketika akan menetapkan siapa yang berhak menempatkan kembali Hajar Aswad pada posisinya semula. Masing-masing tokoh Quraisy merasa paling berhak untuk menempatkan kembali batu tersebut.

Ketika perselisihan semakin memuncak, muncullah Abu Umayyah bin Mughirah Al-Makhzumi mengajukan usul agar permasalahan tersebut diserahkan kepada seseorang yang akan mengadilinya. Dia mengusulkan agar orang tersebut adalah orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari itu. Usulan tersebut disetujui oleh semua pemuka Quraisy.

Ternyata, orang yang pertama kali memasuki Masjidil Haram melalui Bab Al-Shafa pada hari tersebut adalah Muhammad bin Abdullah. Maka disepakatilah Muhammad bin Abdullah sebagai orang yang akan mengadili perkara penempatan kembali Hajar Aswad tersebut.

Di sinilah semakin terlihat kualitas pribadi Muhammad bin Abdullah. Dengan kecerdasan dan kebijaksanaan yang dimilikinya, Muhammad berhasil memberikan jalan keluar yang dapat diterima semua pihak. Beliau menghamparkan sehelai kain di tanah, lalu mengangkat Hajar Aswad dan menempatkannya di atas bentangan kain tersebut.

Kemudian beliau meminta setiap pemuka kabilah Quraisy memegang masing-masing sudut dan sisi kain tersebut dan bersama-sama mengangkatnya untuk membawa Hajar Aswad ke tempatnya semula. Setelah sampai ke dekat tempat Hajar Aswad, Nabi Muhammad mengangkat dan menempatkan Hajar Aswad ke tempat aslinya. 

Dengan cara demikian, para pemuka Quraisy merasa sama-sama punya andil dalam menempatkan kembali Hajar Aswad ke tempat aslinya.

Cara sederhana dan bijaksana yang ditempuh Muhammad bin Abdullah tersebut berhasil menghindarkan persengketaan yang hampir terjadi dan berhasil pula memuaskan semua pihak. Sejak saat itu, rasa percaya dan hormat kaum Quraisy kepada Muhammad bin Abdullah semakin meningkat.
Ada banyak peristiwa, alami juga ulah manusia yang berperan memecah Hajar Aswad. Aksi kriminal yang paling terkenal adalah saat Bani Qarmati tega menginvasi dan merampok tempat suci itu.
Mereka menguasai batu suci itu selama 22 tahun, dimulai tahun 317 Hijriyah. Lalu, akhirnya sejumlah fragmen dipulangkan ke tempat asalnya, namun sisanya menghilang.
"Bani Qarmati yang dipimpin Ahmad al-Qarmati datang ke tanah suci dan menginvasi Ka'bah. Mereka membunuh lebih dari 70.000 orang hari itu. Ahmad dengan pongah bahkan berkata, 'Allah memberi kehidupan pada manusia, dan aku yang akan mengambilnya'. Mereka membawa Hajar Aswad ke Kota Ahsa, selama 12 tahun," kata Dr Moraei.
Sebagian umat muslim meyakini, batu itu berasal dari surga yang diturunkan ke bumi saat Nabi Ibrahim ingin menandai tempat di mana para jamaah mengelilingi Ka'bah sebagai bagian dari ritual "Tawaf".
Hajar Aswad menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Ka'bah, menandai awal dan akhir dari ritual "Tawaf".
Ia adalah salah satu situs suci Islam yang paling dilihat, disentuh, dan dicium. Bahkan sebelum peradaban Islam, ia telah menjadi pilar suci bagi masyarakat Arab.
Misteri jenis batu
Salah satu yang masih menjadi perdebatan para ilmuwan adalah, jenis batuan Hajar Aswad.
Ada yang menyebutnya sebagai batu basalt, batu agate atau akik, kaca alami, atau yang paling populer, meteorit.
Seperti dimuat Wikipedia, adalah Paul Partsch, kurator koleksi mineral kekaisaran Austria-Hungaria yang menerbitkan catatan sejarah komperehensif tentang Hajar Aswad pada tahun 1857. Ia condong pada dugaan, itu adalah meteorit.
Yang tak ketinggalan, adalah misteri, apa yang membuat Hajar Aswad tetap berbau harum selama ribuan tahun?
Sumber: 
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/ensiklopedia-haji/14/10/14/ndf1ac-sejarah-hajar-aswad-1
http://sumsel.tribunnews.com/2015/06/24/rahasia-dan-misteri-batu-hajar-aswad-yang-masih-belum-terjawab?page=2

Post a Comment

 
Top