Semua peristiwa komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yakni memengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.
Pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita inginkan. Pengaru dapat dikatakan mengena jika perubahan terjadi pada penerima sama dengan tujuan  yang  diinginkan oleh komunikator.
Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Perubahan persepsi misalnya, ketika perang teluk meletus media barat memojokkan Presiden Irak Saddam Husain sebagai diktator, sehingga orang cenderung berpihak pada Amerika. Tetapi ketika Televisi CNN berhasil menampilkan Saddam Husain dalam keadaan segar bugar dengan rasa simpatik menyapa satu per satu orang Amerika yang ditawan, maka orang melihat Saddam Husain sebagai pribadi yang baik.
Sementara itu, perubahan pendapat terjadi bilamana terdapat perubahan penilaian terhadap sesuatu objek karena adanya informasi yang lebih baru, misalnya pendapat seorang ahli tentang situasi perekonomian suatu negara atau adanya temuan baru di bidang teknologi komunikasi yang lebih canggih. Antara perubahan persepsi dan perubahan pendapat terdapat hubungan yang sangat erat, sebab persepsi yang dilakukan dengan interpretasi dapat diorganisasikan menjadi pendapat.
Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap, ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Dalam banyak hal, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan atau ideologi, orang dapat berubah sikap karena melihat bahwa apa yang tadinya dipercaya tidak benar. Oleh karena itu, ia berubah sikap untuk mengganti dengan kepercayaan lain.
Sementara itu, yang dimaksud dengan perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Misalnya seorang pengemudi yang sering melaju dengan kecepatan 90-100 km per jam, sesudah ia menyaksikan kecelakaan lalu lintas yang menimpa Lady Di dalam tayangan televisi. Antara perubahan sikap dan perilaku juga terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Namun dalam hal tertentu, dapat juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku.
Dalam komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok pengaruh dapat diamati secara langsung, misalnya penerima kelihatan gembira mendengar cerita lucu atau mengangguk-angguk sebagai tanda mengerti terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara.
Sebaliknya, dalam komunikasi massa, pengaruh tidak begitu mudah diketahui, sebab selain sifat massa tersebar, juga sulit dimonitor pada tingkat mana pengaruh itu terjadi. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi massa cenderung lebih banyak memengaruhi pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang, sedangkan komunikasi antarpribadi cenderung berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang.
Sedangkan bagi Achmad Mubarok, dalam hal-hal yang bersifat konsumtif (misalnya mode, minuman, rokok, dan sebagainya), pesan komunikasi massa lebih berpengaruh pada afektif dan behavioural dibanding aspek kognitif. Iklan moden dan kosmetik misalnya, orang lebih cepat tertarik dan kemudian membeli, tetapi pengetahuan tentang barang itu, bahan-bahannya apa, bahayanya apa, di mana pabriknya dan sebagainya, tidak menarik perhatian. Tetapi, pesan dakwah yang disampaikan melalui televisi, lebih besar pengaruh kognitifnya dibanding afektif dan behavioural-nya. Penjelasan tentang zakat misalnya, membuat orang menjadi tahu (kognitif) tentang perzakatan, tetapi tidak membuat mereka ingin menghitung-hitung harta yang wajib dizakati (afektif), dan juga tidak mendorong mereka untuk membayar zakat melalui lembaga-lembaga zakat yang ada.[1]




[1]Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 158

Post a Comment

 
Top