Sumber Gambar: 

Komunikasi antar pribadi dapat menjadi sangat efektif dan juga bisa menjadi   sangat   tidak   efektif.   Konflik   yang   terjadi   dalam   sebuah hubungan seperti hubungan rumah tangga menjadikan komunikasi interpersonal berjalan tidak efektif. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan   hubungan   interpersonal   perlu   meningkatkan   kualitas komunikasi   dengan   memperbaiki   hubungan   dan   kerjasama   antara berbagai pihak.
Berikut   ini   terdapat   tiga   perspektif   yang   membahas    tentang karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif, di antaranya:
Perspektif humanistic
Perspektif  humanistic  menekankan  pada  keterbukaan,  empati sikap   mendukung,   sikap   positif,   dan   kesetaraan   menciptakan interkasi  yang  bermakna,  jujur,  dan  memuaskan.  Berikut penjabaran uyang lebih luas dalam sudut pandang ini.
a)   Keterbukaan (openness)
Memiliki  pengertian  bahwa  dalam  komunikasi  antarpribadi yang efektif, individu harus terbuka pada pasangan  yang di ajak berinteraksi, kesediaan untuk membuka diri dan memberikan informasi,  lalu  kesediaan  untuk  mengakui  perasaan  dan  pikiran yang dimiliki, dan juga mempertanggung jawabkannya. Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerja sama bisa ditingkatkan, maka kita perlu bersikap terbuka.
b)  Empati (empathy)
Empati  adalah  kemampuan   seseorang   untuk  menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.


c) Sikap mendukung (supportiveness)
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila dalam diri seseorang ada perilaku supportiveness. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang di sampaikan.  Sikap  mendukung  adalah  sikap  yang  mengurangi sikap defensive dalam berkomunikasi yang dapat terjadi karena faktor-faktor personal seperti ketakutan, kecemasan, dan lain sebagainya   yang  menyebabkan   komunikasi   interpersonal   akan gagal, karena orang defensive akan lebih banyak melindungi diri sendiri dari ancaman yang ditanggapi dalam komunikasi dibandingkan memahami orang lain.
d)  Sikap positif (positiveness)
Memiliki perilaku positif yakni berfikir secara positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
e)   Kesetaraan (equality)
Keefektifan komunikasi interpersonal juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan  yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalama, dan sebagainya.
2.   Perspektif pragmatis
Perspektif  pragmatis  memusatkan  pada  manajemen  dan kesegaran interaksi yang digunakan oleh komunikator melalui perilaku yang spesifik untuk mendapatkan  hasil yang diinginkan. Model ini menawarkan lima kualitas efektivitas, yakni:
a)   Kepercayaan diri (confidence)
Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisai,  dimana  hal  tersebut  dapat  dilihat  pada kemampuanya  untuk menghadirkan  suasana nyaman pada saat interkasi terjadi pada orang-orang yang merasa gelisah, pemalu, atau khawatir dan membuat mereka merasa lebih nyaman.


b)  Kebersatuan (immediacy)
Mengacu pada penggabungan antara komunikan dan komunikator,  dimana  terciptanya  rasa  kebersamaan  dan kesatuan yang mengisyaratkan  minat dan perhatian untuk mau mendengarkan.
c)   Manajemen interkasi (interaction management)
Dalam melakukan suatu komunikasi dapat mengendalikan interaksi  untuk  kepuasan  kedua  pihak,  sehingga  tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi pihak tokoh yang paling penting. Beberapa cara yang tepat untuk melakukannya adalah dengan menjaga peran sebagai komunikan dan komunikator melaui gerakan mata, ekspresi vocal, gerakan tubuh      dan   wajah   yang   sesuai,   dan   juga   dengan   saling memberikan kesempatan untuk berbicara. Hal ini merupakan wujud dari sebuah manajemen interkasi.
d)  Daya ekspresi (expressiveness)
Mengacu pada kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang  ingin  disampaikan  dengan  aktif,  bukan  dengan  menarik diri atau melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
e)   Orientasi ke pihak lain (other orientation)
Dalam hal ini dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan diri pada lawan bicara dan mengkomunikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara. Mengkomunikasikan   keinginan   untuk   bekerja   sama   dalam mencari pemecahan masalah.
3.   Perspektif pergaulan sosial
Perspektif   pergaulan   sosial   pada   model   ekonomi   imbalan (reward)  dan  biaya (cost).  Suatu  hubungan  diasumsikan  sebagai suatu kemitraan dimana imbalan dan biaya saling dipertukarkan.
Ketiga perspektif ini tidak dapat dipasahkan satu persatu, melainkan   harus   saling   melengkapi,   karena   setiap   perspektif tersebut membantu kita untuk dapat memahami komunikasi dalam menyelesaikan  konflik  sebuah  hubungan  secara  efektif. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertmuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Kathleen S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip H. Ault and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s Press, 1980.
Byrnees, Francis. C. Communication (Reading Material). The International Rice Research Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.


Post a Comment

 
Top