Sumber Gambar: http://abiummi.com/dalil-dalil-tentang-kewajiban-ibadah-puasa-ramadhan/

Ibnu Jarir Thabari meriwayatkan bahwa di kalangan Bani Israil ada seseorang yang giat beribadah di malam hari, sampai menjelang shubuh. Pada esok harinya, ia memerangi musuhnya sampai sore hari.  Ia mengerjakan amal ibadah itu selama seribu bulan.
Sedangkan umat Nabi Muhammad tidak mungkin melakukan ibadah selama seribu bulan, seperti orang Bani Israil di atas. Sebab, rata-rata umur umat Nabi Muhammad relatif singkat, tidak memungkinkan untuk beribadah selama seribu bulan.
Oleh karenanya, Allah SWT menganugerahkan kepada umat Nabi Muhammad malam lailatul qadar. Malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr [97]: 1-5). Apabila umat Nabi Muhammad beribadah pada malam lailatul qadar itu, ia akan memperoleh pahala lebih baik daripada seribu bulan.
Malam lailatul qadar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Oleh karenanya, bagi orang-orang yang ingin memperoleh kemuliaan malam lailatul qadar. Sebaiknya, ia mencarinya di malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam hadits Nabi diterangkan, “Carilah lailatul qadar pada tanggal ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari). Sedangkan, dalam hadits yang lain dijelaskan, “Barang siapa hendak mencari malam laitul qadar, carilah dia pada tujuh hari terakhir.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berkenaan dengan keistimewaan malam lailatul qadar, tergambar dalam hadits Nabi, “Barang siapa berjaga pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap (keridhaan Allah), dosa-dosanya pada masa lalu akan diampuni.” (HR. Tujuh Ahli Hadtis, kecuali Ibnu Majah).
Berbagai aktivitas spiritual dapat dilakukan untuk memperoleh malam lailatul qadar. Di antaranya: dengan banyak membaca al-qur’an, shalat malam, berdzikir, dan berdoa pada malam bulan Ramadhan, terutama pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Terkait dengan bacaan yang dibaca pada waktu menjumpai malam lailatul qadar. ‘Aisyah RA meriwayatkan, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah, apa pendapatmu sekiranya saya menjumpai lailatul qadar, apa yang harus saya baca pada waktu itu? Rasulullah menjawab, “Bacalah Allaahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (Ya Allah, Engkau sungguh-sungguh pengampun, Engkau suka mengampuni, oleh karena itu ampunilah aku).” (HR. Tirmidzi).
Tanda-tanda seseorang yang memperoleh lailatul qadar. Dapat ditandai dengan perubahan prilaku orang tersebut ke arah yang positif. Kalau sebelumnya ia sering melakukan dosa. Tetapi setelah memperoleh lailatul qadar  muncul kesadaran untuk selalu bertakwa kepada Allah. Dan bersungguh-sungguh menyesali perbuatan buruk yang pernah dilakukannya.


Post a Comment

 
Top