April 14, 2025 12:48:35 AM
 



“Tidak ada sesuatu mushibah pun yang menimpa seseorang ke­cua­li dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, nis­caya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Ma­ha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. at-Taghâbun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan) [64]: 11)
Mungkin di antara kita pernah bertanya dalam ha­ti. Ke­na­pa sering terjadi bencana alam dan ke­ma­nusiaan seperti; gem­pa bumi, tsunami, banjir ban­dang, dan peperangan? Me­nu­rut Ali Syariati, se­bagian orang tidak berhasil menjawab per­ta­nya­an di atas karena mereka menjawab persoalan tersebut meng­­gunakan logika mereka sebagai manusia. Padahal logika ma­­nu­­sia sangat terbatas dan tidak semua fenomena di dunia ini sanggup di jawab oleh logika manusia. Jonh C. Maxwel, me­­na­­makannya God factor. God factor adalah hal-hal yang ber­ada da­lam kekuasaan dan jangkauan Allah.
Sebagaimana peristiwa yang terjadi pada Nabi Musa. Keti­ka Dia sedang menyampaikan khutbah di tengah-tengah ka­um Bani Israel. Dia menasehati dan mengingatkan kaum Ba­ni Is­ra­el dengan ayat-ayat Allah. Ketika dia selesai dari khut­bah­nya, tiba-tiba ada seorang lelaki bertanya: “Siapakah di an­tara penduduk negeri ini yang alim? Nabi Musa menjawab: “Aku adalah orang yang pernah berbicara dengan Allah.’’ Na­mun Allah mewahyukan kepada Musa bahwa ada seorang ham­ba Allah yang lebih alim (lebih dalam ilmunya) dari diri­nya. Mendengar penjelasan itu Musa bermaksud mencari orang tersebut dan hendak berguru kepadanya. Berdasarkan tun­tun­an dan bimbingan Allah akhirnya Musa bertemu dengan ham­ba pilihan tersebut dia adalah Nabi Khidir.
Nabi Musa mengucapkan salam kepada hamba pi­lih­an tersebut untuk memulai perkenalan. Hamba yang shaleh ber­­tanya kepada Nabi Musa: “Siapa engkau? Nabi Musa men­ja­wab: “Aku adalah Nabi Musa” Dia bertanya kembali kepa­da­­nya: “Nabi Musa, seorang nabi bagi kaum Bani Is­ra­el? Na­bi Musa menjawab: “Ya, engkau benar. Siapa yang mem­be­ritahumu tentang diriku?” Hamba yang shaleh men­ja­wab: “Yang memberitahuku adalah Allah yang telah me­ngi­rim dirimu kepadaku. Maka, tahulah Nabi Musa bahwa le­laki ter­se­but adalah orang yang selama ini ia cari dan karena di­ri­nya­lah ia melakukan perjalanan yang sangat jauh.
Nabi Musa meminta kepada hamba yang shaleh tersebut agar dirinya diperkenankan mengikuti dirinya guna menuntut il­mu darinya. Hamba yang shaleh tersebut menerima Nabi Mu­sa untuk ikut bersama dengannya, dengan syarat ia bisa men­jaga kesabaran dirinya, dan tidak menentang atau me­nyang­gah dirinya, meskipun ia melihat di dalam tingkah lakunya (per­buat­an­nya) nanti secara kasat mata tidak sesuai dengan pe­mi­kir­an atau hatinya. Dia boleh menyanggah dan menentang per­buatannya tersebut, apabila ia telah selesai menjelaskan ke­benaran dari permasalahannya. Maka terjadilah kesepakatan antara Na­bi Musa dengan hamba pilihan tersebut.
Namun proses belajar mengajar itu tidak berlangsung la­ma, karena Nabi Musa tidak sabar dan tidak mampu me­ma­ha­­mi pelajaran yang diterimanya dari Nabi Khidir. Materi pe­­la­jaran itu diantaranya; Khidir melubangi perahu yang me­­re­ka tumpangi, Khidir membunuh seorang anak serta Khi­­dir membetulkan dinding rumah di sebuah desa yang pen­­du­­duk­nya memiliki sifat bakhil. Tentu saja ketiga materi pelajar­an yang di­ajarkan Khidir ini mengundang protes Nabi Musa. Sehingga pro­ses belajar mengajar ini tidak dilanjutkan, karena Nabi Mu­sa telah melanggar perjanjian yang mereka sepa­kati, yaitu Nabi Mu­sa harus dapat menahan diri dan tidak me­nen­tang apa yang akan diperbuat oleh Nabi Khidir sebelum adanya pen­je­las­an (keterangan) dari Nabi Khidir.
Nabi Khidir akhirnya menjelaskan kepada Nabi Musa me­nge­­nai hakikat dan kebenaran tindakan yang telah ia perbuat, yang menurut  pandangan Nabi Musa  adalah per­­buat­an yang tidak terpuji. Nabi Khidir  menjelaskan maksud dan  tujuan ia melubangi perahu tersebut hingga ru­sak. Dia berkata: “Adapun perahu, maka ia adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut, maka aku ingin men­ja­dikannya memiliki cela karena di balik sana ada raja me­ngambil setiap perahu secara paksa.” (QS. al-Kahfi [18]: 79). Seandainya perahu tersebut tidak dirusak (dilubangi) oleh Khidir, maka tentulah para prajurit raja yang zalim tersebut akan ber­bu­at semena-mena dan merampas perahu-perahu milik orang-orang miskin.
Kemudian Khidir menjelaskan sebab mengapa dia mem­bu­nuh anak kecil yang mereka jumpai. “Dan adapun si anak, ma­ka kedua orang tuanya adalah dua orang mukmin, dan ka­mi khawatir dia akan membebani kedua orang tuanya ke­dur­hakaan dan kekufuran. Maka kami menghendaki, kiranya Tu­han mereka berdua mengganti bagi mereka berdua yang lebih ba­ik darinya (dalam hal) kesucian dan lebih dekat (dalam) ka­sih sayang (-nya).” (QS. al-Kahfi: 80-81).
Mengenai dinding rumah yang hampir roboh dan dia per­baiki hingga kembali baik seperti sediakala, maka Khidir men­jelaskannya: “Adapun dinding itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya terdapat sim­pan­an bagi mereka berdua, sedang ayah keduanya adalah se­orang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar su­pa­ya keduanya mencapai kedewasaan mereka berdua dan mengeluarkan sim­pan­annya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan aku tidaklah me­lakukannya berdasar kemauanku. Demikian itu makna apa yang engkau tidak dapat sabar menghadapinya.” (QS. al-Kahfi [18]: 82).
Seperti Nabi Musa, sebagian orang memahami suatu fe­no­mena berdasarkan logikanya semata. Padahal tidak semua feno­me­­na bisa dijawab dengan logika manusia. Seperti peristiwa yang saya alami. Dulu saya tidak bisa memahami kenapa Allah mengirimkan orang-orang yang memiliki karakter bu­ruk dalam hidup saya. Namun seiring bergulirnya sang waktu dan bertambahnya kedewasaan serta kejernihan pandangan da­lam menilai suatu masalah, akhirnya saya menyadari bahwa Allah mengirimkan orang-orang yang memiliki karakter buruk (vam­pire emotions) dalam hidup saya itu adalah cara Allah meng­ajarkan apa arti terdalam dari angel emotions (emosi yang selalu berorientasi pada kebaikan).
Peristiwa serupa juga pernah dialami oleh Guruh Soekarno Put­ra. Tak selamanya menjadi anak bangsawan selalu hidup ber­­ge­­limang tawa merekah serta kebahagiaan merona. Buk­ti­nya Put­­ra Proklamator RI itu mengaku tidak bisa hidup bebas le­­lua­sa mes­ki dia menjadi anak mantan orang nomor satu di negeri ini.
Tekanan hidup paling berat dia alami ketika melihat orang­tua­nya “dizalimi” banyak orang, selepas tahun 1965. “Hati saya hancur berkeping-keping, marah, dendam kesumat,” kata­nya. Namun Guruh sadar, bila dia terbawa hanyut dalam nafsu ang­kara murka dan dendam kesumat, hidup semakin terasa sakit seperti dunia menghimpit dan selalu dibayang-bayangi belenggu masa lalu yang kelam.
Dia pun belajar berdamai dengan situasi yang tidak mem­ba­ha­giakan itu. “Saya dengarkan amarah orang-orang yang ku­rang menerima keluarga saya. Di situlah saya mulai belajar ber­ikh­las,’’ tutur pendiri sanggar tari Swara Mahardika ini. Setelah de­wasa barulah anak bungsu Soekarno ini sadar, semua yang ter­jadi di dunia bukanlah kebetulan. Semua adalah campur ta­ngan Allah. Dan katanya, “Inilah cara Allah mendidik saya, me­lalui hati nurani.”
Ya, terkadang kita perlu mengubur dalam-dalam kenangan bu­ruk, serta berusaha sekuat tenaga untuk terlahir kembali men­ja­di hero, karena kita terlahir untuk menang (We are born to Win). Sebelum mengakhiri bab pertama ini, perkenankanlah sa­ya menuliskan kembali sebuah petuah indah yang saya baca dari tulisan Haidar Bagir. Isi petuah ini men­ceritakan tentang perjalanan hidup seorang hamba yang me­mohon kepada Allah untuk terhindar dari segala macam ben­tuk kegagalan, kesusahan, kesombongan, dan penderitaan. Na­mun Allah mempunyai jawaban lain yang tidak terpikirkan oleh kita, tapi rupanya inilah cara terbaik Allah mendidik kita agar menjadi insan yang lebih kuat serta memiliki ketegaran yang kokoh.
11 Jun 2011

Post a Comment

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

 
Top