Seseorang mengabaikan
mimpi-mimpi indahnya, karena ia tidak menyadari kehebatan mutiara dalam dirinya
yang dapat membuat mimpinya menjadi nyata. Semua orang dapat memancarkan
keindahan mutiara yang ada dalam dirinya. Dia hanya perlu merawat dan
menjaganya, kemudian perlahan-lahan keyakinannya semakin bertambah untuk
memperoleh apa yang ia inginkan.
Sebagian orang tidak
tahu kemana akan mengayuh biduk kehidupannya, terkadang di dalam persepsi
mereka seolah-olah mereka telah menyeberangi samudera kehidupan. Namun laksana
orang yang lari di tempat, mereka tidak beranjak ke mana-mana. Hidup mereka
bergulir begitu saja seperti layang-layang putus dari benangnya.
Kelompok ini juga
terkesan memiliki banyak kegiatan dan kesibukan. Namun sebenarnya mereka tidak
melakukan kegiatan yang produktif. Apa yang mereka lakukan tidak lebih sekedar
pekerjaan tanpa visi dan misi yang berujung pada kehampaan makna hidup.
Bila kita bertanya pada
mereka, “Apakah anda ingin sukses?” “Pasti,” jawabnya dengan mantap. Namun kalau
kita bertanya lebih detail lagi. “Bagaimana usaha anda mewujudkan impian itu?”
Tidak sedikit yang menjawab, “Itulah masalahnya, saya bingung harus memulai
dari mana dan bagaimana caranya?” “Anda kan tahu saya ini orang yang tidak
berpendidikan tinggi, miskin, orang kampung, sudah lanjut usia, dan tidak punya
kolega. Jadi saya tetap seperti ini.”
Seribu satu macam
alasan diikrarkan oleh orang-orang yang bermental kerupuk. Sebagai peneguhan
bagi pribadinya bahwa yang dia lakukan berdiam diri saja itu adalah tindakan
benar. Ada semacam guyonan, kalau kita ingin mencari kekayaan terpendam pergi
saja ke pemakaman, karena di sana banyak sekali harta kekayaan berupa pikiran,
kecerdasan, dan segudang potensi lainnya yang belum digunakan secara maksimal.
Hasil penelitian para psikolog menunjukkan bahwa sebagian besar manusia tidak
menggunakan kecerdasannya secara maksimal sampai akhirnya terkubur di
pusaranya.
Sebagian orang di
antara mereka sudah berusaha menyembulkan mutiara yang terkubur dalam
dirinya. Hanya saja mereka seringkali terjebak pada upaya instan seraya
berharap hasil yang maksimal. Florence Littauer pernah menyindir orang-orang
yang memiliki prilaku seperti ini, “Kita bersegera ke kursus kepribadian yang
menjanjikan untuk mengubah kita menjadi orang yang memiliki kecerdasan yang
hebat dalam waktu dua puluh empat jam, pengalaman evaluasi diri yang akan
menjadikan diri kita dewa-dewa kecil dengan tenaga maksimal, tempat kita akan
meraba-raba jalan ke masa depan yang fantastis. Kita berjalan terus
mengharapkan emas turun dari langit dan kembali dengan rasa putus asa.”
Luangkanlah
waktu sejenak untuk meneropong lembaran sejarah, niscaya kita akan mendapati
ada banyak manusia luar biasa yang terlahir dalam kondisi bersahaja, usia
lanjut, dan tidak memiliki pendidikan tinggi. Namun mereka mampu merengkuh
kesuksesan. Di antaranya Nabi Muhammad. Beliau lahir dari kalangan keluarga
bersahaja, dikenal “ummi” (tidak bisa baca tulis), dan memulai misi
kenabiannya pada usia empat puluh tahun (usia relatif tua bagi sebagian orang
untuk mengawali debut perjuangan). Pada masa kanak-kanak beliau menggembalakan
kambing. Setiap fajar menyingsing dia pergi ke pasar memanggul beberapa pakaian
untuk dijual. Namun semua keterbatasan itu tidak mematahkan semangat beliau
untuk menjadikan bumi ini lebih indah dan damai (rahmatan lil alamiin).
Kalau kita masih ragu
dan bimbang akan potensi diri kita, cobalah simak dan perhatikan dengan seksama
kondisi manusia-manusia luar biasa berikut ini, Victor Frankl adalah salah
seorang tahanan kamp konsentrasi Nazi, Napoleon Bonaparte berbadan pendek,
Thomas Alva Edison penjual koran di kereta api, Hellen Keller menderita
kebutaan dan ketulian, Abraham Lincoln mengalami kegagalan hebat sebanyak dua
belas kali berturut-turut, Malcolm X berpendidikan rendah dan terlahir dari
keluarga miskin. Meski begitu mereka tidak berhenti untuk berusaha
terus-menerus menjadi pribadi yang istimewa. Walhasil mereka mampu menjadi
warna tersendiri dalam percaturan kehidupan. Jadi kemelaratan, pendidikan
rendah, keterbatasan fisik dan keterbasan lainnya, bukanlah lorong gelap tanpa
cahaya bagi orang-orang yang ingin mengukir prestasi. “There are many ways to
Rome (banyak jalan menuju Roma)” kata Kaisar Nero. Setiap orang mempunyai
impian dalam batinnya untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Karena dalam
diri setiap orang terdapat bintang keajaiban yang mejadi modal utama untuk
menggapai kesuksesan.
Hampir
setiap orang tidak ada yang bercita-cita terlahir dalam keluarga miskin,
mengenyam pendidikan rendah, dan memiliki keterbatasan lainnya. Namun
kemiskinan, pendidikan rendah, dan keterbatasan lainnya, tidaklah berarti
kemalangan yang tak bisa diubah. Problem kemiskinan, pendidikan rendah, dan
keterbatasan lainnya dapat menjadi jembatan menuju kesuksesan. Tentu dengan
beberapa syarat diantaranya, memiliki keinginan kuat untuk bekerja cerdas tanpa
kenal lelah, membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan, menghentikan kebiasaan
buruk suka berhutang dengan tujuan yang tidak jelas, memaksimalkan potensi diri,
menemukan visi dan misi hidup, membangun kepercayaan diri dengan berpikir
positif, percaya dengan keberhasilan yang tertunda, berani bangkit setiap kali
mengalami kegagalan dan fokus dengan kelebihan-kelebihan yang dikaruniakan
Allah. Niscaya Allah tidak akan membiarkan kita dalam kubangan derita
kesengsaraan.
Percayalah, Cepat atau
lambat kesuksesan itu akan berada dalam genggaman kita. Karena apa yang kita
bisa lihat adalah apa yang kita bisa capai. “Bila kita mengamati dengan cermat,
satu hal yang dapat kita pelajari bahwa orang berhasil meraih keberhasilannya
dengan usaha pantang menyerah dan putus-asa. Mereka mengikuti jalan orang-orang
yang pernah berhasil, serta mereka tidak menunggu hujan turun dari langit.”
Ungkap Andrew Matthews
Menyembulkan
Mutiara yang Terkubur
• Robohkanlah dinding-dinding penghalang,
seperti; alasan kemiskinan, pendidikan rendah, keterbatasan fisik dan
keterbatasan lainnya untuk mencapai prestasi dunia akhirat.
• Laksanakanlah petuah-petuah dari orang-orang
yang berhasil bangkit dari keterpurukan dan bagaimana akhirnya mereka mampu
menyembulkan keindahan sekuntum bunga dalam diri mereka.
• Kembangkanlah kemampuan diri dengan
menemukan potensi diri, visi hidup, kepercayaan diri, berpikir positif, percaya
dengan keberhasilan yang tertunda, berani bangkit setiap kali mengalami
kegagalan.
• Luangkanlah waktu berdiskusi, membaca
buku-buku yang berkenaan dengan pengembangan diri (self improvement) serta
bergaul dan berteman dengan orang-orang yang juga ingin menjadi pemenang.
• Berusahalah terus menerus (sabar) dan
berjuanglah tanpa pernah kenal lelah (istiqamah) untuk mewujudkan mimpi-mimpi
indah kita.
#Urgent# Temukan sekuntum bunga indah dalam dirimu
Post a Comment