Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji; apabila mereka marah, mereka memberi maaf.
(QS, al-Syura [4]: 37)

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah, dan para sahabatnya sedang duduk bersama. Tidak lama kemudian, datang seorang laki-laki yang tanpa sebab memaki Abu Bakar. Abu Bakar hanya diam, hingga pada cacian yang ketiga kalinya, dia baru menampakkan reaksi kemarahannya. Rasulullah lalu berdiri. Kemudian, Abu Bakar bertanya, “Apa pendapatmu tentang aku” Beliau menjawab, “Malaikat turun dari langit dan mendustakan setiap yang dikatakan orang ini kepadamu, tetapi engkau memberikan reaksi, malaikat itu pergi dan kemudian diganti dengan setan.” (HR, Abu Dawud dan al-Bukhari).
Patut kita renungkan kisah ini- karena kemarahan dapat muncul kapan saja dalam diri kita. Ketika kemarahan kita memuncak maka segala sifat buruk yang ada dalam diri kita akan sulit dikendalikan dan rasa malu pun kadang akan hilang berganti dengan segala sifat buruk demi melampiaskan kemarahan pada benda, hewan, dan orang-orang yang ada di sekitar kita.  Sebaiknya bila kita berada pada situasi amarah memuncak segera hilangkan atau salurkan pada hal-hal yang tidak melanggar hukum dan tidak merugikan orang lain.
Dari hari ke hari kita semua pernah mengalami amarah yang memuncak. Beberapa penyebab umum kemarahan termasuk frustrasi, sakit hati, kejengkelan, kekecewaan, pelecehan, dan ancaman. Mengetahui bagaimana cara untuk mengenal dan mengekspresikan kemarahan dengan tepat, dapat menolong kita untuk mencapai tujuan-tujuan, dan mengatasi kemunculan-kemunculannya, memecahkan problem-problem dan bahkan melindungi kesehatan kita. Bagaimanapun, kegagalan untuk mengenal dan memahami kemarahan kita, menghantarkan kita pada banyak persoalan.
Menurut al-Ghazali, emosi amarah itu diciptakan Tuhan dari api, ditanamkan dan diadukkan di dalam diri manusia. Dia bangkit menyala karena sebab-sebab yang tertentu, bergejolak darah di jantung yang kemudian bertebaran ke seluruh urat-urat. Darah naik dari jantung ke bagian atas seperti naiknya air yang mendidih di dalam periuk. Karenanya darah menyembur kemuka lalu jadi merahlah muka, mata, dan kulit, yang karena jernih dapat membayangkan merah darah.
Tenaga marah bertempat di jantung, mempunyai kecendrungan menghindari diri dari bahaya sebelum bahaya itu datang, dan melampiaskan sakit hati atau balas dendam setelah bahaya itu datang mengenai diri kita. Dan hanya kalau pembalasan dapat dilaksanakan, maka gelora amarah dapat menjadi tenang.
Beberapa kondisi seseorang yang berada dalam amarah yang memuncak diantaranya; Berkata keras dan kasar pada orang lain. Marah dengan merusak atau melempar barang-barang di sekitarnya. Ringan tangan pada orang lain di sekitarnya. Melakukan tindak kejahatan. Melarikan diri dengan narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas. Menangis dan larut dalam kekesalan yang mendalam. Dendam dan merencanakan rencana jahat pada orang lain.  
Sifat gampang marah ternyata bisa diubah, demikian pendapat para peneliti kesehatan mental. Pada salah satu penelitian berhasil ditemukan bahwa risiko serangan jantung bisa ditekan dengan mengurangi rasa marah.  kita dapat mengatasi emosi yang memuncak dengan teknik-teknik berikut ini:
1.      Mengambil napas dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan-lahan.
2.      Atasi ketegangan dengan mengambil beberapa napas dalam dan membuat otot-otot rileks.  Bisa juga dengan mendengarkan musik lembut atau memvisualkan diri sendiri tengah berlibur di tempat favorit.
3.      Berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah Yang Mulia.
4.      Menghentikan memikirkan hal yang membuat hati kita menjadi panas. Hal ini dapat menolong kita menghentikan siklus kemarahan kita.
5.      Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.
6.      Rajin berolahraga secara teratur dapat mengurangi stres dan memperbaiki suasana hati sehingga bisa mengatasi naik turunnya emosi.  
7.      Pelajari juga bagaimana cara menjadi relaks atau santai. Tempat yang sunyi dan asri seperti taman, pantai, kebun, ruang santai, dan lain sebagainya mungkin tempat yang cocok bagi anda. Jika emosi agak memuncak mingkin rekreasi untuk penyegaran diri sangat dibutuhkan.
8.      Coba sisipkan humor karena terbukti efektif meredakan kemarahan.
9.      Walaupun mungkin Anda pernah mendengar bahwa mengekspresikan kemarahan itu lebih baik daripada memendamnya, namun ingatlah bahwa amarah yang sering dilampiaskan sering bertentangan dengan hasil yang diharapkan dan bisa membuat kita diasingkan oleh banyak orang.
10.  Ketrampilan ‘mendengarkan dengan baik’ akan meningkatkan komunikasi dan dapat memfasilitasi rasa percaya di antara orang-orang. Kepercayaan ini dapat membantu Anda dalam mengatasi emosi-emosi permusuhan yang potensial; menguranginya bahkan mungkin mengenyahkannya.
11.  Langkah terakhir memerlukan permintaan maaf kepada orang yang Anda telah marah kepadanya. Dengan membiarkan pergi kebencian dan melepaskan tujuan balas jasa atau ganti rugi, Anda akan merasakan bahwa beban berat berupa kemarahan telah terangkat dari pundak Anda.  
Rasulullah dan para sahabatnya adalah orang-orang yang dapat mengendalikan emosi, marah, dan benci. Mereka mampu memaafkan kesalahan orang lain, ramah kepada orang yang angkuh, santun kepada orang fasik, sabar kepada orang yang mencela, dan murah hati kepada orang yang menyakiti. Dengan menahan amarah secara baik dan benar, semua persoalan dapat diselesaikan dengan arif dan bijak.

”Maukah kalian kuberitahu orang yang paling menyerupaiku (pribadinya)?” Mereka (para sahabat) berkata,” Tentu, wahai Rasulullah!” Beliau mengatakan,”Yaitu orang yang paling baik akhlaknya, yang paling ‘sejuk’ naungannya, yang paling berbakti kepada kerabat-kerabatnya, yang paling besar cintanya kepada saudara-saudaranya, yang paling sabar dalam menetapi kebenaran, yang paling pemaaf, dan yang paling kuat kesadaran dirinya di saat ridha maupun di saat marah”
(al-Hadits)

Post a Comment

 
Top