Rasa cemas, gelisah, takut, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Rasa cemas dan gelisah seringkali menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya. Begitu banyak manifestasi gejala akibat cemas. Begitu banyak pula penderita yang terkecoh, menganggap fisiknya yang sakit, sehingga mereka gonta-ganti dokter sampai minta dilakukan operasi dan bahkan ada yang minta bantuan dukun. Dengan begitu, bahwa ‘cemas’ menjadikan seseorang tidak rasional lagi.
Tidaklah mudah untuk membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit. Karena keduanya merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan cemas yang wajar merupakan respons terhadap adanya ancaman atau bahaya luar yang nyata jelas dan tidak bersumber pada adanya konflik.
Sedangkan cemas yang sakit merupakan respons terhadap adanya bahaya yang lebih kompleks, tidak jelas sumber penyebabnya, dan lebih banyak melibatkan konflik jiwa yang ada dalam diri sendiri.
Kecemasan merupakan suatu respon terhadap stres, seperti putusnya suatu hubungan yang penting atau bencana yang mengancam jiwa. Kecemasan juga bisa merupakan suatu reaksi terhadap dorongan seksual atau dorongan agresif yang tertekan, yang bisa mengancam pertahanan psikis yang secara normal mengendalikan dorongan tersebut. Pada keadaan ini, kecemasan menunjukkan adanya pertentangan psikis.
Kecemasan bisa timbul secara mendadak atau secara bertahap selama beberapa menit, jam atau hari. Kecemasan bisa berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa tahun. Beratnya juga bervariasi, mulai dari rasa cemas yang hampir tidak tampak sampai letupan kepanikan. Kecemasan merupakan salah satu bagian dari respon yang penting dalam mempertahankan diri.
Sejumlah kecemasan tertentu merupakan bagian dari unsur peringatan yang tepat dalam suatu keadaan yang berbahaya. Tingkat kecemasan seseorang memberikan pergantian yang tepat dan tak tampak dalam suatu spektrum kesadaran, mulai dari tidur-siaga-kecemasan-ketakutan, demikian berulang-ulang. Kadang sistem kecemasan seseorang tidak berfungsi dengan baik atau terlalu berlebihan sehingga terjadilah suatu penyakit kecemasan.
Jika kecemasan terjadi bukan pada saat yang tepat atau sangat hebat dan berlangsung lama sehingga mengganggu aktivitas kehidupan yang normal, maka hal ini sudah merupakan suatu penyakit. Penyakit kecemasan sangat mengganggu dan begitu mempengaruhi kehidupan penderitanya sehingga bisa terjadi depresi. Beberapa penderita memiliki penyakit kecemasan dan depresi pada saat yang bersamaan. Penderita lainnya lebih dulu mengalami depresi, baru kemudian menderita penyakit kecemasan.
Oleh karena itu, ketenangan dan kedamaian jiwa sangat diperlukan dalam mengatasi rasa cemas dan gelisah yang bersarang dalam diri. Dengan jiwa yg tenang kehidupan ini dapat dijalani secara teratur dan benar sebagaimana yg dikehendaki Allah dan rasul-Nya.

Bebebrapa cara untuk mengatasi rasa cemas dan gelisah  
1.         Berdzikir Mengingat Kebesaran Allah.
Dzikir kepada Allah merupakan cara untuk memperoleh ketenangan jiwa- dalam arti selalu ingat kepada Allah menyebut nama-Nya dalam berbagai waktu dan kesempatan. Sebagaimana firman Allah, “orang-orang yg beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dgn mengingat Allah hati menjadi tentram.”
Untuk mencapai ketenangan jiwa dzikir tidak hanya dilakukan dalam bentuk menyebut nama Allah tetapi juga dzikir dengan hati dan perbuatan. Karena itu seorang mukmin selalu berdzikir kepada Allah dalam berbagai kesempatan baik duduk berdiri maupun berbaring.

2.    Yakin dengan Pertolongan Allah
Dalam romantika kehidupan- seringkali kita dihadapkan pada banyak kendala tantangan dan hambatan, yang membuat kita tidak tenang dan timbul perasaan takut yang berkepanjangan. Tidak jarang kegelisahan seperti ini menimbula ras putus asa, kegelisahan, dan kecemasan.
Oleh sebab itu agar jiwa kita selalu berada dalam ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kita harus yakin bahwa pertolongan Allah pasti datang kepada hamba-hambanya yang menggantungkan hanya Allah semata.

3.         Memupuk Rasa Syukur
Selalu mengeluhkan kemalangan akan berdampak buruk bagi pertumbuhan spiritual diri dan jiwa kita. Bukankah kita sering merasakan semakin sering kita mengeluh, semakin dalam Tuhan membenamkan kita dalam kemalangan. Sebaiknya kita mensyukuri semua nikmat yang kita terima, baik besar maupun kecil, dan mensyukurinya setiap hari. Kebahagiaan akan terus bertambah jika kita selalu mengingat dan mengapresiasi nikmat-nikmat yang kita terima.
Dengan selalu berusaha berdzikir kepada Allah, yakin dengan pertolongan-Nya, dan selalu memupuk rasa syukur, seorang muslim akan mampu menjalani kehidupannya secara baik dan penuh dengan kebahagiaan. Sebagaimana yang dikemukakan Allah, “Hai jiwa yg tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yg puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Post a Comment

 
Top