Kesimpulan
Secara
historis tasawuf telah mengalami perkembangannya melalui beberapa tahap sejak
pertumbuhan hingga keadaannya sekarang. Tahap pertama tasawuf masih berupa
zuhud dalam pengertian yang masih sangat sederhana, yaitu abad ke- I dan ke- 2
H, tatkala sekelompok kaum Muslim memusatkan perhatian dan memprioritaskan
hidupnya hanya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar kepentingan akhirat.
Kehidupan
“model” zuhud kemudian berkembang pada abad ke- 3 H ketika kaum sufi melalui
memperhatikan aspek-aspek teoritis dalam rangka pembentukan tasawuf menjadi
sebuah ilmu akhlak keagamaan. Pembahasan luas dalam bidang akhlak mendorong
lahirnya pendalaman studi gejala-gejala kejiwaan. Pemikiran-pemikiran yang
lahir selanjutnya terlibat dalam masalah-masalah epistemologis, yang
bagaimanapun berkaitan langsung dengan pembahasan mengenai hubungan manusia
dengan Allah Swt., dan sebaliknya sehingga lahir konsep-konsep seperit fana
(peniadaan diri), ilmu huduri, wahdatul wujud (kesatuan wujud), dan lain-lain.
Relevansi tasawuf dengan problem
manusia modern adalah karena tasawuf secara seimbang memberikan kesejukan batin
dan disiplin syariah sekaligus. Dia bisa dipahami sebagai pembentuk tingkah
laku melalui pendekatan tasawuf suluky. Dan bisa memuaskan dahaga intelektual
melalui pendekatan tasawuf falsafi. Dia bisa diamalkan oleh setiap muslim, dari
lapisan sosial manapun dan tempat manapun. Secara fisik mereka menghadap satu
arah, yaitu Ka’bah dan secara ruhaniah mereka berlomba-lomba menempuh jalan
tarekat melewati ahwal dan maqam menuju kepada Tuhan yang satu,
Allah Swt.
Daftar Pustaka
as-Sarraj, Abu Nashr, al-Luma’
; Lajnah Nasyr at-Turats ash-Shufi, Edisi Terjemah, Surabaya: Risalah
Gusti, 2002 Cet ke- I
Baqir,
Haidar, “Antara Tasawuf Eksesif dan
Tasawuf Positif”, Sufisme Kota, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, Cet. I, 2001.
--------,Manusia Modern Mendamba Allah;
Renungan Tasawuf Positif, (Jakarta: IIMaN dan Hikmah,
Cet. I, 2002), hal. xi.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, Cet.
Ke-3
Fakhry, Majid,
a Short Introduction to Islamic
Philosophy, Theology and Mysticism, England: Onewolrd Publication, 1997.
Mubarak, Achmad, “Relevansi Tasawuf dengan Problem Kejiwaan Manusia Modern,” Manusia
Modern Mendamba Allah; Renungan Tasawuf Positif, Jakarta: IIMaN dan Hikmah,
Cet. I, 2002.
Mu’ti, A. Wahib, Tasawuf dalam Islam, (Jakarta: UIA
Asyafi’iyah, 2009.
Nasichah,
“Dakwah Pada Masyarakat Modern; Problem
Kehampaan Spiritual”, Da’wah Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan Budaya,
Vol. X, No. II, (Jakarta: Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatulah Jakarta,
2003), hal. 103.
Nasution,
Harun, Falsafat dan Mistisisme dalam
Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995 Cet ke- 9
Rakhmat,
Jalaluddin, Reformasi Sufistik,
Bandung: Pustaka Hidayah, 1988.
Shihab, Alwi, “Akhlak sebagai Sasaran Tasawuf,” Manusia Modern Mendamba Allah; Renungan
Tasawuf Positif, (Jakarta: IIMaN dan Hikmah, Cet. I, 2002), hal. 180.
--------,“Islam Sufistik; “Islam Pertama” dan Pengaruhnya
hingga Kini di Indonesia, Bandung:
Mizan, 2001, Cet. Ke- I
Syukur, Amin, Menggugat Tasawuf; Sufimse dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1999, Cet. Ke- I
Post a Comment