BAB I
PENDAHULUAN
Dinamika
kehidupan masyarakat terus berkembang, maka aktivitas dakwah haruslah dinamis,
inovatif, dan kreatif. Letak dinamika dan kreativitas dakwah, bukan hanya pada
materi yang harus selalu relevan dengan kebutuhan masyarakat (mad’u), tetapi
juga pada teori, metodologi, dan media yang dipergunakan. Selain itu, dakwah
juga perlu menggunakan pijakan berbagai teori, baik teori komunikasi,
psikologi, maupun teori sosiologi. Meminjam istilah orang bijak, “You can not step
twice into the same river; for the fresh waters are ever flowing upon you.”
Terlebih
lagi, fenomena dakwah Islam merupakan tantangan besar dan berliku. Seperti bagaimana
menjelaskan dan menganalisa prinsip-prinsip Islam yang universal- dinyatakan
dalam konteks sosial yang berbeda-beda. Ekspresi Islam yang beragam itu
menunjukkan bahwa ada proses dialog yang terus-menerus antara Islam yang
normatif dan Islam yang dinamis.[1]
Nabi
Muhammad Saw, telah memberikan kerangka berpikir sebagai prinsip sistem dan
metodologi dakwah secara empiris dengan sabdanya: Khatibu al-nas ‘ala qadri ‘uqulihim. Berdakwah sesuai dengan
tingkatan berpikir mad’u. Cara berpikir terefleksi dan tercermin dalam sistem
kehidupan manusia: caya berkeyakinan, berbudaya, bermasyarakat, dan
berperadaban.[2]
Pemahaman
terhadap realitas mad’u tidak hanya mengenai profil mereka yang sebenarnya
tetapi juga pemahaman terhadap formulasi doktrin Islam yang benar dan metode
penyampaian yang tepat serta faktor lainnya, maka masalah dakwah menjadi
kompleks. Perumusan hasil pemahamannya secara komprehensip dan utuh sampai
menemukan teori, strategi, metodologi dan teknik dakwah yang akurat dan relevan
dengan profil mad’u, maka diperlukan pendekatan dakwah secara keilmuan bukan
sekadar sebagai kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar doktrin-doktrin Islam
tentang dakwah dapat diformulasikan menjadi teori keilmuan dakwah sehingga
masalah dakwah yang kompleks dapat dikenali variabelnya dan disistematisasikan
untuk keperluan analisa fenomena dakwah.[3]
Oleh karena
itu, dakwah yang berhasil adalah dakwah yang dilaksanakan dengan ilmu dan
hikmah. Dengan pemahaman semua masalah yang muncul dari interaksi unsur-unsur
dakwah secara keilmuan, maka diperoleh sistem penjelas atas semua realitas dan
masalah dakwah dan metodologi pemecahannya.
[1]Lihat, Nasichah,
“Dakwah pada Masyarakat Modern; Problem
Kehampaan Spiritual”, Dakwah; Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan budaya,
Vol. X, No. 2, (Jakarta: Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2003), hal. 94.
[2] Amrullah Ahmad, “Dakwah
Islam sebagai Ilmu Sebuah Kajian Epistemologi dan Struktur Keilmuan Dakwah:
Bagian Pertama”, Dakwah; Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan, Vol. I,
No. 1, (Jakarta: Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999), hal.
7.
Post a Comment