Perlu disebutkan di sini bahwa
Al-Qur'an telah menerangkan siksa yang
keras yang telah menimpa para pelaku kekejian ini. Hal ini dimaksudkan agar umat-umat berhati-hati
terhadap bahayanya dan berjaga-jaga.
terhadap kejahatannya. Dan Sodom adalah negeri
yang telah tersebar di dalamnya perbuatan keji ini. Al-Qur'an menerangkan azab yang telah menimpanya,
"Maka Kami
jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras."
(QS. Al-Hijr: 74).
Dan Al-Qur'an memperingatkan kepada
seluruh bangsa dari perbuatan yang
hina ini agar mereka tidak ditimpa seperti apa yang telah menimpa kaum Lut. Maka ketika Al-Qur'an menceritakan kaum Lut dan azab yang telah menimpa mereka, Ia pun menambahkan
dengan firman-Nya, "Dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim". Maksudnya
adalah bahwa siksaan itu tiadalah jauh
dari orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Lut, bahkan siksaan Ilahi akan menimpa orang yang melakukan
perbuatan mereka itu.
Peringatan Ilahi ini terus mendengung
di setiap masa untuk memperingatkan
umat-umat akan akibat kerusakan. Dan sesungguhnya apa yang terakhir menimpa sebagian umat-umat dunia dari bencana dua Perang Dunia, kesan-kesannya
yang mengerikan senantiasa masih
melekat dalam ingatan, demikian pula sesungguhnya apa yang menimpa mereka dari bencana-bencana alam dapat menjadi
perumpamaan bagi orang yang mau mengambil pelajaran darinya.
Homoseks dan hukumannya di dalam
Islam, di antara yang dikemukakan
di dalam bahasan ini adalah bahwa Islam telah menekankan hukuman bagi orang yang melakukan homoseks. Sebagian para ulama telah berpendapat bahwa orang yang berbuat homoseks itu dijatuhi hukuman rajam, baik dia
beristri maupun tidak. Atas hal itu, Imam Syafi'i dan Ahmad bin
Hambal serta kebanyakan para imam telah memberikan nash, dan mereka memberikan dalil dengan apa yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Ahlus Sunah dari Ibnu Abbas
bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa
yang kamu dapati melakukan perbuatan kaum Lut, maka bunuhlah orang yang berbuat dan orang yang diperbuatnya". Sedangkan Imam Abu Hanifah telah
berpendapat bahwa orang yang
melakukan homoseks itu dilemparkan dari gunung yang tinggi, kemudian dihujani batu sebagaimana telah dilakukan
terhadap kaum Lut, karena firman Allah Ta'ala "Dan
siksaan itu tiadalah jauh dari
orang-orang yang zalim".
I. Melindungi Tamu
Dan di dalam kisah Lut terdapat
pelajaran tentang menghormati dan
melindungi tamu dengan cara apa saja yang memungkinkan.
Tamu adalah saudara kita di dalam
kemanusiaan. Ia untuk sementara
berlindung kepada kita untuk mencari ketenangan dan beristirahat dari kepenatan perjalanan, atau
meminta makanan ala kadarnya untuk
menghilangkan laparnya, atau ia mengharapkan perlindungan dari permusuhan. Dan ia adalah saudara kita di
dalam kemanusiaan yang telah menyerahkan dirinya untuk mengikuti kita. Maka apakah itu termasuk kemanusiaan dan kasih sayang, apabila kita mengusirnya dan menutup pintu
di hadapannya?
Maka Nabi Allah Lut telah tampak pada kepribadiannya keutamaan di dalam menghormati dan melindungi tamu
serta berkorban dengan sesuatu yang
paling berharga sebisa mungkin untuk itu. Dan ketika dia melihat tamu-tamunya
mereka itu adalah para malaikat yang
menjelma menjadi anak-anak muda, ia merasakan kesulitan-kesulitan yang
akan dihadapinya karena kedatangan mereka, padahal memungkinkan baginya untuk
menutup pintu di hadapan mereka dan
menghindarkan kesulitan-kesulitan yang mungkin
terjadi yang tidak ia harapkan. Akan tetapi, walaupun demikian kita melihat dia menerima tamu-tamunya
sambil hatinya penuh dengan
keresahan dan menanti bahaya-bahaya yang akan datang. Ia berkata di dalam hatinya, "Ini adalah hari yang amat sulit."
Maka
bergegas-gegaslah kaumnya menuju rumahnya untuk melakukan perbuatan keji terhadap
tamu-tamunya. Dan tampillah Lut melindungi tamu-tamunya dengan mengorbankan
belahan-belahan hatinya, yaitu ia akan mengawinkan
anak-anak perempuannya dengan mereka sebagai ganti daripada perbuatan keji yang akan mereka
lakukan terhadap tamu-tamunya. Kemudian, tatkala ia melihat bahwa mereka tetap pada
pendirian mereka yang buruk itu, mulailah ia berfikir untuk melindungi mereka dengan kekuatan. Lalu ia
memperlihatkan kekuatannya sendiri dibantu oleh tamu-tamunya. Ia menghadapi kekuatan
mereka dengan kekuatannya sendiri, namun ia merasa bahwa dirinya lemah, lalu ia berharap seandainya
ia mempunyai kekuatan yang lebih besar untuk melindungi tamu-tamunya,
Dia (Lut) berkata,
"Sekiranya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)". (QS. Hud: 80)
Di dalam
hal ini terdapat pelajaran bagi kita tentang menghormati
dan
melindungi tamu. Dan di dalam uraian ini penyusun sebutkan bahwa Rasul
Muhammad saw. telah menekankan untuk menghormati tamu. Rasul bersabda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah ia
menghormati tamunya."
Daftar Pustaka
Afif Abdu Al-Fatah
Thabbarah, Ma’a Al-Anbiya fi Al-Qur’ani
Al-Karim, terj. Tamyiez Dery dkk, Semarang: Toha Putra, Cet. I, 1985
Ali Ash-Shabuni, Muhammad, an-Nubuwwah Wal An-Biya, terj. Muslich
Shabir, Semarang: CV. Cahaya Indah, Cet. I, 1994
Az-Zain, Muhammad Basam
Rusydi, Madrasatul Anbiya ‘Ibar wal
Adhwa, terj. Fadhilah Ulfa, Vol, 2, Yogyakarta: Cet. I, 2007
Khalid, Amru, Qira’ah Jadidah wa Ru’yah fi Qishash
al-Anbiya, terj. Tim Embun
Publishing, Surabaya: Embun Publishing, Cet. I, 2007
Mujieb, Abdul, Qishashul
Anbiya dalam al-Qur’an, Surabaya: PT. Bungkul Indah, 1985
Rafi’udin, Lentera
Kisah dua puluh lima Nabi dan Rasul, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. I, 1997
Syamsuri, Baidowi, Riwayat
Ringkas 25 Rasul, Surabaya: Apolo, 2000
Thabah,Abdul,
Fatah, Nabi-Nabi dalam al-Qur’an,
Darul Fikri, 2000
Post a Comment