Istri yang pandai merupakan dambaan bagi tiap suami,
bukan hanya pandai dalam mengatur keuangan rumah tangga, mendidik anak, namun
lebih dari sekedar hal yang nyata. Seorang istri hendaknya pandai bersyukur
dengan apapun yang diberikan oleh Allah SWT melalui tangan suaminya.
Mungkin kita pernah menyaksikan di televisi bagaimana
seorang suami rela mengerjakan apapun demi mencukupi kebutuhan keluarganya,
bahkan karena tuntutan yang berlebihan dari istri, suami mencari rizki dari
jalan yang tidak halal.
Seorang istri sahabat nabi pernah berkata : "wahai
suamiku cukupkanlah bagi kami dengan rizki yang halal, kami lebih rela
kelaparan dari pada memakan makanan yang haram".
Bersyukur tidaklah semudah mengucapkannya, terdapat 70
ayat dalam al-Qur'an yang memerintahkan untuk bersyukur.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim:7)
Bersyukur merupakan kunci pembuka rizki, maka seorang
istri yang pandai bersyukur akan membawa kebahagiaan keluarga, sebaliknya istri
yang selalu berkeluh kesah malah akan membawa kesempitan dan kesulitan bagi
keluarga.
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa suatu hari nabi
Ibrahim mengunjungi anaknya Ismail, saat itu Ismail sedang tidak ada dirumah.
Nabi Ibrahim lantas bertanya kepada Istri Ismail, ke mana kiranya Nabi Ismail
pergi. Istrinya menjawab, “Dia sedang mencari nafkah untuk kami.”
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang keadaan mereka. Istri
Nabi Ismail menjawab, “Kami dalam kondisi yang jelek dan hidup dalam kesempitan
dan kemiskinan.”
Mendengar jawaban tersebut, sebelum pulang Nabi Ibrahim
berpesan kepada wanita itu untuk menyampaikan salam kepada Nabi Ismail dan
berpesan agar Nabi Ismail mengganti pegangan pintunya.
Setelah Nabi Ismail kembali ke rumah, istrinya pun
menceritakan peristiwa tadi dan menyampaikan pesan Nabi Ibrahim kepada
suaminya.
Mendengar hal tersebut, Nabi Ismail pun berkata kepada
istrinya, “Itu tadi adalah bapakku. Ia menyuruhku untuk menceraikanmu, maka
kembalilah engkau kepada orang tuamu.”
Nabi Ismail pun menceraikan istrinya tadi sesuai dengan
pesan Nabi Ibrahim dan kemudian menikah lagi dengan seorang wanita dari Bani
Jurhum juga.
Setelah beberapa waktu berlalu, Nabi Ibrahim kemudian
kembali mengunjungi Nabi Ismail. Namun, Nabi Ismail tidak ada di rumah. Nabi
Ibrahim pun menemui istri Nabi Ismail yang baru. Beliau bertanya dimana Nabi
Ismail sekarang. Istrinya menjawab bahwa Nabi Ismail sedang mencari nafkah.
Nabi Ibrahim juga bertanya tentang keadaan mereka. Wanita
itu menjawab bahwa keadaan mereka baik-baik saja dan berkecukupan, sambil
kemudian memuji Allah azza wa jalla.
Nabi Ibrahim lalu bertanya tentang makanan serta minuman
mereka. Wanita itu menjawab bahwa makanan mereka adalah daging, adapun minuman
mereka adalah air. Maka Nabi Ibrahim mendoakan kedua hal ini, “Ya Allah
berkatilah mereka pada daging dan air.”
Setelah itu, Nabi Ibrahim pun pergi dari rumah Nabi
Ismail. Namun, sebelumnya beliau berpesan kepada wanita itu agar Nabi Ismail
memperkokoh pegangan pintunya.
Ketika Nabi Ismail pulang, beliau bertanya kepada
istrinya, “Adakah tadi orang yang bertamu?”
Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang berpenampilan bagus.” Dia memuji Nabi Ibrahim.
“Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.” Nabi Ismail kemudian bertanya, “Apakah dia memesankan sesuatu kepadamu?”
Istrinya menjawab, “Ada, seorang tua yang berpenampilan bagus.” Dia memuji Nabi Ibrahim.
“Ia bertanya kepadaku tentang dirimu, maka aku jelaskan keadaanmu kepadanya. Dia juga bertanya tentang kehidupan kita, dan aku jawab bahwa kehidupan kita baik-baik saja.” Nabi Ismail kemudian bertanya, “Apakah dia memesankan sesuatu kepadamu?”
Istrinya kembali menjawab, “Ya. Ia menyampaikan salam
kepadamu dan menyuruhku mengokohkan pegangan pintumu.” Nabi Ismail berkata,
“Itu adalah ayahku dan engkau adalah pegangan pintu tersebut. Beliau menyuruhku
untuk tetap menikahimu (tidak menceraikanmu).”
Sebenarnya keadaan Nabi Ismail saat bersama dengan istri
keduannya tidak jauh berbeda dengan keadaan saat bersama istri pertama, namun perbedaanya,
istri pertama tidak mensyukuri atas usaha Nabi Ismail sehingga ia selalu berada
dalam kekurangan dan kesengsaraan dan istri kedua mensyukuri atas apapun yang
diperoleh Nabi Ismail seraya tetap memuji Allah SWT sehingga keluarga berada
dalam kelapangan dan kedamaian.
Benarlah bahwa barang siapa yang bersyukur atas nikmat
Allah SWT maka akan ditambahkan nikmat atasnya, bersyukur bukan hanya dari
suami yang berusaha tetapi juga istri, istri yang baik yang membantu suaminya
bila dalam kesulitan.
Pada
suatu riwayat bahwa Fatimah binti Rasulullah membantu suaminya Ali dengan
mengambil upah dari memintal bulu domba milik seorang Yahudi bernama Sya'mun
dengan imbalan tiga takar gandum. Dan tetap bersyukur dengan keadaan
keluarganya.
Post a Comment