Assalamu’alaikum Wr. Wb
Ustadz, saya seorang
isteri yang sudah berkeluarga selama kurang lebih 15 tahun. Pada awalnya, kami
berdua selalu menjalani kebersamaan dalam hidup berumah tangga dengan bahagia.
Meskipun, terkadang kami mengalami perselisihan dan kekurangan. Tetapi kami
tetap bisa mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga kami.
Saya sangat ingin
sekali mengalami, merasakan, dan menikmati kemesraan dan kebahagiaan seperti
dulu. Tapi saya bingung bagaimana cara melakukan dan memulainya. Karena saya
merasa kami sudah tidak muda lagi.
Wa’alaikum Salam Wr.
Wb.
Ibu yang baik, rumah tangga yang dibangun dengan cinta dan
kasih yang tulus- hanya semata-mata mengharap ridha Allah itulah, sesungguhnya
rumah surga yang ada di dunia. Apakah rumah tangga ibu menjadi surga atau
sebaliknya. Sangat tergantung kepada ibu, sebagai ibu rumah tangga. Oleh karena
itu, Rasulullah bersabda, “Surga dibawah telapak kaki ibu.”
Ibu yang baik, rumah
surga adalah rumah tangga, di mana disitu berhimpun, kemesraan, ketulusan,
keikhlasan, dan perhormatan. Hal itu ditandai dengan- bila dalam rumah tangga
tersebut terkena musibah, kegertiran, digoncang berbagai macam persoalan hidup.
Ibu tetap berada di samping suami dan selalu menguatkan suami.
Oleh karena itu, cinta
tidak hanya bermakna menuntut tetapi juga memberi. Bila ibu sudah mampu menjadi
pribadi yang tidak hanya menuntut kepada suami tetapi juga mampu menjadi
pribadi yang selalu melayani dan menghormati kondisi dan situasi yang dialami
suami, insyaallah- keluarga ibu akan menjdi rumah surga seperti rumah tangga
nabi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kisah berikut ini: Di kisahkan Aisyah
isteri Rasulullah tercinta, “Setiap kali Rasulullah Saw, akan keluar rumah,
beliau menyebut nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga, pada suatu hari,
ketika beliau menyebutnya lagi, timbul rasa cemburuku, dan kukatakan kepadanya.
Bukankah ia hanya
seorang wanita yang sudah tua, sedangkan Allah telah memberi engkau pengganti
yang lebih baik daripada dia? Mendengar itu Rasulullah saw, kelihatan kesal,
sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya.
Lalu beliau berkata:
Tidak, demi Allah, Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada
Khadijah. Dia beriman kepadaku ketika orang lain masih dalam kekafiran. Dia
menaruh kepercayaan padaku ketika orang-orang lain mendustakanku. Dia
membantuku dengan harta ketika tidak seorang pun selain dia bersedia memberiku
sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunanku daripadanya, dan tidak
dari istri-istriku yang lain.”
Begitulah gambaran
kemesraan, kesetiaan, ketulusan, kesucian, dan penghormatan Khadiah kepada
Rasulullah. Hal ini memberiktan gambaran indah betapa besar arti Khadijah dalam
kehidupan Rasulullah sehingga posisinya tidak pernah tergantikan, sekalipun
Rasulullah sudah menikah dengan yang lainnya.
Post a Comment