Berdasarkan catatan sejarah tulisan tangan Arab Melayu yang dibuat oleh seorang priyayi Palembang disebutkan bahwa, “Telah berpindah beberapa keturunan raja-raja dari tanah Jawa ke negeri Palembang di karenakan Sultan Pajang menyerang Demak. Sedangkan Kiyai Geding Suro adalah raja pertama di Palembang. Ketika Kiyai Geding Suro wafat, kepemimpinan di Palembang kemudian digantikan oleh Kiyai Geding Suro Mudo anak Kiyai Geding Ilir. Pada waktu itu, anak-anak raja yang pindah dari tanah Jawa ke Palembang sebanyak 24 orang.
Beberapa keturunan Pangeran Trenggono yang hijrah ke Palembang di bawah pimpinan Kiyai Geding Suro Tuo yang menetap di perkampungan Kuto Gawang di wilayah kampung Palembang Lamo.[1] Pangeran Trenggono adalah putra Raden Fatah. Sedangkan Raden Fatah sendiri merupakan anak Prabu Kertabumi Brawijaya V dari Majapahit, dengan istrinya seorang putri dari Cina, Raden Fatah lahir dan dibesarkan di Palembang.[2]
Sejak awal pemerintahannya Kiyai Geding Sedo Ing Lautan hingga pada masa Pangeran Sedo Ing Rejek, Palembang belum berstatus Kesultanan, tetapi masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram. Kemudian baru pada masa Pangeran Ario Kesumo, Palembang memutuskan hubungan dengan Kerajaan Mataram dan Pangeran Ario Kesumo  yang mendirikan Kesultanan Palembang Darussalam.[3]



[1] R.H.M  Akib,  Sejarah  Palembang,  (Palembang:  Pidato  Dies.  APDN, 1969),  h. 11.
[2] Hamka, Sejarah Ummat Islam, IV, (Jakarta: Nv. Nusantara-Bukittinggi, 1961), h. 99.
[3]P. de Roo de la Faille, Dari Zaman Kesultanan Palembang,  “Seri terjemahan karangan-karangan Belanda Volume 8.” Penerjemah Soegarda Poerbakawatja dan Taufik Abdullah, (Jakarta: Bhratara, 1971), h. 24. 

Post a Comment

 
Top