Definisi Propaganda
Meski praktik propaganda telah telah terjadi sejak pertama kali terbentuknya masyarakat sosial, kata propaganda baru muncul ketika Gereja Romawi mempergunakan propaganda sebagai sarana untuk menyebarkan agama katolik. Pada abad-abad selanjutnya, peran propaganda bergeser ke sisi penerapan di dunia politik serta hubungan masyarakat dan bahkan manipulasi pendapat publik. Itu sebabnya, dalam  setiap peristiwa penting seperti politik, pemilu, revolusi, atau perang, propaganda memberikan dorongan kuat bagi pengembangan dan implementasi praktis di medan komunikasi.
Secara etimologis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, propaganda berarti penerangan, paham, sikap, atau arah tindakan tertentu, biasanya disertai dengan janji muluk-muluk. Dalam Encyclopaedia Britanica, 1997, dan The Oxford Companion to the English Language, Tom Mc Arthur (1992: 333-334) menguraikan kata propaganda berasal dari bahasa Neo Latin propagandus atau propagare yang berarti penyebaran. Kata ini pertama kali dipergunakan Paus Gregorius XV di Italia  pada tahun 1622 untuk menamai sebuah lembaga yang mengurusi kegiatan misionaris Gereja Katolik Roma, Congregatio de Propaganda Fide, komite tetap kardinal yang bertanggung jawab atas aktivitas misionaris Katolik. Sejak saat itu, kata propaganda mulai banyak digunakan untuk merujuk pada rencana sistematis dan gerakan terorganisasi untuk menyebarkan suatu keyakinan, dogma, doktrin atau sistem prinsip tertentu.

Teori-Teori Propaganda
Secara teoritis, pesan propaganda harus diulang-ulang. Teknik pengulangan sangat penting dan merupakan dasar dalam kegiatan propaganda. Ditilik dari sejarahnya, teori propaganda mengalami perubahan secara evolusioner selaras dinamika perkembangan masyarakat. Berikut ini teori-teori tersebut:

Early Propaganda Theory
Teori ini menganut asumsi bahwa setiap orang menyukai kesenangan. Di sini, propagandis menggunakan kata-kata yang menghibur, gambar-gambar yang memukau atau pertunjukan-pertunjukan atraktif di hadapan orang banyak sehingga mereka merasa senang dan selamanya menerima pesan-pesan propaganda yang ditawarkan atau memberikan sumbangan atau bantuan. Propaganda dilakukan secara satu arah (one way) dengan langsung dan segera pada target.

Reaction Againts Early Propaganda Theory
Sebagai reaksi terhadap ealrly propaganda theory, muncul sebuah pemikiran bahwa tidak selamanya propaganda hanya bersifat searah (one way). Ketika seorang propagandis sedang melancarkan propaganda balik, baik disadari maupun tanpa disadari. Di sini, propagandis memerhatikan reaksi-reaksi yang diberikan oleh targetnya dan berupaya mengefektifkan propaganda yang dilancarkannya.

Libertarianism Theory
Teori ini beranjak dari asumsi bahwa propaganda merupakan upaya untuk memperluas pengaruh atau memperoleh kekuasaan, bukan merupakan monopoli kaum borjuis seperti penguasa atau elite masyarakat. Siapa pun berhak dan tidak boleh dilarang untuk menyusun kekuasaan atau memiliki pengaruh melalui propaganda selama dapat dipertanggungjawabkan.

Libertarianism Reborn Theory
Teori mutakhir mengenai propaganda yang didasari oleh asumsi bahwa setiap manusia memiliki kebebasan berkehendak (free will) untuk melakukan apa saja, termasuk untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau kekuasaan politik. Acuan teori ini adalah sejarah peradaban yang menginginkan kemajuan dan perkembangan tiada henti (endless development) dalam kehidupan masyarakat.

Freudianism Theori
Teori ini lahir dari konsep pembagian kepribadian manusia ke dalam tiga elemen yang dapat direkayasa melalui propaganda. Tiga elemen tersebut adalah ego (rasio), internal desire (ID, kesenangan pribadi), dan superego (perasaan terdalam- hati nurani). Mekanisme propaganda yang dilancarkan adalah meyakinkan ego, kemudia memersuasi ID, untuk melemahkan superego. Propaganda semacam ini banyak dipraktikkan di semua lokasi mulai dari tingkat lokal sampai internasional, misalnya dalam multilevel marketing atau arisan bergantian atau pembagian keuntungan.

Behaviorism Theory
Teori merupakan teori propaganda yang berasumsi bahwa masyarakat sosial memiliki respon terhadap stimulus tertentu sehingga propaganda dapat memengaruhi aspek kognitif dalam perilaku kehidupannya.

Propaganda Theori versi Harold D Lasswell
Teori ini mengadaptasi teori freudianisme dan teori behaviorisme, puncak implementasinya untuk mencapai efek dukungan massa. Teori ini tersublimasi dalam rumusan paradigma komunikasi yang terkenal (who says what to whom in which channel with what effect).

Public Opinion Theory
Teori ini menunjukkan proses rangkaian kegiatan propaganda dari bawah, yang berkembang mulai dari kaum proletar (buruh, petani, nelayan, dan mereka dari kelas kurang pendidikan) maupun pada golongan masyarakat paling bawah yang lain, hingga kemudian pengaruhnya merambat naik mencapai golongan tertinggi, seperti kaum berojuis atau kelompok elit maupun golongan masyarakat tertinggi lainnya.

IPA Theory (Institute for Propaganda Analysis)
Menurut teori IPA, propaganda adalah komunikasu yang dilancarkan secara halus atau kasar dengan landasan pemikiran berdasarkan fungsi propaganda yang seharusnya relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Modern Propaganda
Teori ini dipopulerkan oleh sebuah kalimat, ‘Dunia adalah panggung propaganda.’ Teori propaganda modern berasumsi bahwa propaganda harus dilakukan dengan teknik-teknik propaganda yang jitu tanpa diketahui oleh orang banyak atau kelompok tertentu yang dijadikan sasaran.

Karakteristik Propaganda
Propaganda sekurang-kurangnya memiliki  memiliki karakteristik sebagai berikut: Pertama propaganda harus populer, dikemas bukan untuk menyenangkan secara intelektual. Kedua, propaganda bertujuan mentransmisikan pengetahuan kepada khalayak. Ketiga, propaganda harus fleksibel, menyesuaikan diri dengan kondisi dan apa yang ingin dicapainya dengan pengetahuan. Keempat, propaganda menggunakan metode yang layak. Keempat, tercapainya tujuan propaganda tercermin dari perubahan sikap, pendapat, dan tindakan target propaganda sesuai yang dikehendaki propagandis.



 DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Kathleen S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip H. Ault and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s Press, 1980.
Byrnees, Francis. C. Communication (Reading Material). The International Rice Research Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Nurudin, Komunikasi Propaganda, Bandung: Rosdakarya, 2001
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Shoelhi, Mohammad, Propaganda dalam Komunikasi Internasional, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012.
Sobur, Alex, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Post a Comment

 
Top