Sumber Gambar: http://www.bp.com/en/global/corporate/press/social-media.html

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos. Artinya karakter, sifat, atau disposition. Maksudnya kurang lebih, bagaimana seseorang diminta harus berbuat. Pengertian ini dekat dengan ide umum tentang etika sebagai suatu soal internal dari karakter kebajikan yang memotivasi orang untuk bertindak secara benar. Sedangkan moral berasal berasal dari kata latin, yakni kebiasaan dari suatu kelompok. Morality merupakan derivasi dari kata more atau istiadat (custom)- tata laku pada suatu kelompok atau masyarakat. Moralitas sebagai mores dekat dengan pengertian umum tentang etika sebagai perilaku eksternal (external conduct) seseorang sesuai dengan aturan suatu kelompok.
Jenis-Jenis Etika
Etika Deskriptif
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.
Etika Normatif
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.  Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata etika (ethics) adalah kata etiket (etiquette). Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan mudahnya dicampuradukan, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Etika di sini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya berkaitan dengan sopan santun. Perbedaan diantara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut. Secara umum, Etika adalah berarti moral yang menyangkut nilai kehidupan manusia sedangkan Etiket adalah apa yang terlihat di luar. Dalam tata pergaulan etiket adalah sopan santun. Namun, persamaannya terletak pada objek kajiannya yakni manusia.
 Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti telepon, SMS, facebook, e-mail, dan sebagainya. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan.
Beberapa pengertian komunikasi interpersonal antara lain: Pertama, Komunikasi interpersonal ialah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Kedua, komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antarpribadi atau antarindividu. Ketiga, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang terutama diatur oleh norma relasional atau relational norm.[1]
Kemudian untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan etika komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, bahkan kita semua sebagai anggota masyarakat, perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
·         Nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya setempat.
·        Segala aturan, ketentuan, tata-tertib yang sudah disepakati.
·         Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya.
·         Tata krama pergaulan yang baik dan lain sebagainya.
Dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati diri (latar belakang sosial budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dalam merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Adapun etika yang harus diperhatikan dalam komunikasi interpersonal antara lain:
1.            Etika Komunikasi Interpersonal Tatap Muka
Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Norma etika perlu kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit hati. Seorang pepatah mengatakan, “ Berkata peliharalah lidah.” Hati-hatilah berbicara dengan siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan dalam membina hubungan yang baik di kemudian hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap muka: 
Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah cara yang efektif untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Ketika kita berkomunikasi secara tatap muka, maka kita dapat melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan bekal pengalaman, kita dapat mengenali suasana hati orang yang berbicara dengan kita melalui ekspresi wajahnya. Bagian tubuh manusia yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata apa-apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa “mata” adalah ungkapan perasaan yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah seseorang berkata jujur ataukah berbohong, dapat dilihat dari tatapan matanya.
Dalam suatu pembicaraan, pemahaman terhadap ekspresi wajah sangat penting karena melalui ekspresi wajah kita dapat melihat atau membaca makna suatu pesan sehingga kita dapat memperkirakan apakah ada kesesuaian dengan pesan verbal yang disampaikannya. Biasanya apa yang diungkapkan seseorang melalui ekspresi wajahnya adalah suatu ungkapan yang jujur, spontan, dan dapat dipercaya, artinya ekspresi wajah memperlihatkan reaksi terhadap sesuatu atau pesan dengan objektif.
Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah diibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan perasaan seseorang. Misalnya, ketika seseorang mengungkapkan rasa bahagianya tanpa ia sadari perasaan itu ia ekspresikan pula pada wajahnya, senyum mengembang pada wajah yang cerah. Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan apa yang ia ungkapkan pada pesan verbalnya, misalnya seseorang mengatakan bahwa dia tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang. Hal ini terjadi jika seseorang berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dengan cara berpura-pura, tetapi lama kelamaan wajahnya akan mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.
Senyuman merupakan salah satu cara mengekspresikan perasaan. Ada berbagai makna dari senyuman seseorang. Misalnya, sebuah senyuman dapat bermakna keramahan, sapaan, simpati, dan dapat juga bermakna mengejek, bibir mencibir sebagai ungkapan perasaan tidak mempercayai yang dikatakan lawan bicara, dan sebagainya.
Ada beberapa norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu diperhatikan antara lain:
*      Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara.
*      Jangan kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman. Kalau teman kita sudah tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi dan menyesuaikannya.
*      Jangan mempergunjingkan orang lain. Apalagi yang digunjingkan itu tentang kejelekan dan sisi negatif orang lain. Memang menggunjing atau ngerumpi itu mengasyikkan, tetapi hal itu menunjukkan sifat jelek karena hanya membicarakan kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja juga banyak kekurangan dan kesalahan.
*      Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang lain, dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Allah memberikan telinga lebih banyak dari mulut. Kita mempunyai dua telinga, tetapi hanya mempunyai satu mulut. Ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata, agar kita lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara. Hendaklah agar kita berdiam dan memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara.
*      Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya untuk mengatur jarak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi. Bila kita memasuki restoran yang di dalamnya hanya ada seorang konsumen, orang tersebut tidak kita kenal, lagi pula kita tidak ingin berinteraksi dengannya, maka akan terasa nyaman apabila mengambil tempat duduk yang berjauhan dengan dia. Tetapi ketika kita bertemu teman lama di sebuah taman, dan tempat duduk di sebelah teman kita itu masih kosong, maka lebih baik apabila kita duduk berdampingan dengan dia.
*      Ketika kita sedang berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan terlalu keras. Apabila ingin batuk, bersin atau menguap, hendaklah mulut ditutup dengan tangan. Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terima kasih.

2.  Etika Berkomunikasi dengan Media Telepon
Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelepon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata krama maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu, sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dan dilaksanakan.
Menelepon pada hakikatnya sama dengan bertamu ke rumah orang lain, dan menerima telepon sama dengan menerima tamu. Beberapa prinsip di bawah ini perlu diperhatikan:
*      Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat. Jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam hari), atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda.
*      Berbicara dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran (to the point).
*      Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.
*      Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara.
*      Siapkanlah kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya.
*      Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
*      Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
*      Kalau telepon di rumah atau kantor kita berdering, segera kita angkat gagang pesawat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya perhatian.
*      Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan membayangkan seolah-olah lawan bicara bertatap muka dengan kita.

3.            Etika Menggunakan Short Message Service (SMS)
Dewasa ini komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan pendek SMS. Di samping harganya murah juga lebih praktis. Kita dapat menjangkau alamat tujuan dengan segera. Ada beberapa norma etika yang lazim dilakukan agar isi SMS kita terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh patner komunikasi yaitu:
*      Isi SMS yang hendak dikirimkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si penerima.
*      Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan SMS.
*      Jangan menggunakan istilah dan singkatan yang tidak populer, karena dapat menimbulkan salah penafsiran.
*      Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa mengganggu orang lain.
*      Menulis SMS dengan huruf kapital, sering dianggap sebagai ungkapan kemarahan.

4.            Etika Menggunakan E-mail dan Facebook
Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. E-mail dan facebook merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya mempunyai satu alamat email atau facebook, kita dapat mengikuti berbagai model komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model komunikasi itu, diantaranya:
*      Forum.
*      Milis/ Group.
*      Situs jejaring sosial.
*      Blog.
*      Situs sharing file.
*      E-learning menggunakan teleconference.
Penggunaan teknologi komunikasi didalam kehidupan pribadi dapat dengan mudah kita buktikan dengan semakin banyaknya digunakan personal computer (note book) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan para pegawai atau karyawan lalu lalang sambil berkomunikasi dengan telepon seluler (hand phone). Perkembangan teknologi berlangsung cepat, menawarkan produk-produk baru dengan kemampuan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, teknologi hand phone, dewasa ini menawarkan fitur-fitur lebih canggih, yaitu mirip netbook. Dengan handphone, selain harganya lebih murah, teknologi ini memberikan fasilitas untuk leluasa berseluncur di dunia maya, dan membuka file multimedia (gambar, audiovideo).
Salah satu teknologi yang berkembang sangat cepat adalah handphone. Dibandingkan dengan media lain, handphone benar-benar dapat memperoleh simpati masyarakat, terutama para remaja. Permasalahannya adalah bagaimana kita dapat menggunakan teknologi itu. Karena ia seperti pisau bermata dua, dapat membawa kebaikan dan keburukan. Di tangan orang yang memahami norma etika, e-mail dan facebook membawa banyak manfaat positif. Tetapi apabila tidak dikawal dengan norma tata krama, sangat mungkin membawa dampak negatif. Ada beberapa contoh norma etika yang perlu diperhatikan:
*      Pilahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi.
*      Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi.
*      Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang.
*      Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain.
*      Gunakan waktu dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi secara bijaksana.
*      Teknologi hanyalah merupakan alat bantu.

5.            Menyapa
Tindakan sederhana yang perlu dilakukan kepada individu, seperti teman, tetangga, famili adalah menyapa. Dalam menyapa, awali dengan menyebut namanya. Usahakan tidak menyapa dengan nama parapan. Nama parapan itu julukan kepada seseorang bukan dengan nama aslinya, tetapi nama lain yang diberikan oleh orang atau kelompok orang tertentu. Teman anda yang namanya Budi, panggilah Budi, bukan Budeng. Teman anda yang namanya Sri, jangan dipanggil Srinthil. Hindari kebiasaan memberi nama parapan kepada teman, apalagi dengan nama parapan yang bermakna merendahkan, seperti: Kodok, Benjo, Menthok, Bince, Boded, Bolot, dan sebagainya. Mungkin teman anda menerima saja dipanggil dengan nama samara yang jelek itu. Tetapi bagaimana jika didengar orang tua nya? 
            Untuk menunjukkan apresiasi kedekatan terhadap teman, kalau memang nama parapan itu dianggap perlu karena dimaknai sebagai pertanda keakraban pertemanan, sebaiknya dicari nama yang baik, member semangat, dan dapat diterima oleh yang diberi nama. Misalnya nama aslinya Joko, panggil dia dengan Jack. Sudadi dipanggil Deddy.
6.            Tidak Mengolok-olok
Dalil interaksi timbal balik dalam berkomunikasi interpersonal, apabila kita memperlakukan seseorang dengan baik, maka orang tersebut akan berlaku baik pula terhadap kita. Begitu pula sebaliknya, apabila kita memperlakukan teman tidak sopan, maka kita akan mendapatkan perlakuan yang sama. Karena itu jangan memperlakukan teman kita dengan ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Janganlah mengolok-olok teman, apalagi sampai melewati batas, sampai menyinggung hati dan harga dirinya, jangan berprasangka buruk terhadapnya, apalagi memfitnahnya tanpa fakta dan bukti.
7.            Tidak Mempergunjing Teman
Tidak ada manusia yang sempurna. Kalau ada kekurangan pada diri teman kita, tidak sepatutnya kita mempergunjingkannya. Sebagai teman yang baik, usahakan tetap menjaga nama baiknya seperti kita pun tidak senang dijelek-jelekan dan dipergunjingkan orang lain. Kalau kita memang memiliki itikad baik untuk mengingatkan teman kita yang telah melakukan kesalahan, maka dapat kita lakukan dengan cara yang santun. Kita mengajaknya berbicara dari hati ke hati, empat mata, dan bukannya dilakukan di depan orang lain.
8.            Tidak Membeda-bedakan Teman
Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila kita dapat menjalin kerjasama dengan teman, maka terbuka peluang untuk memberi dan menerima, kerjasama, saling tolong-menolong. Untuk dapat menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik, kita dapat mengawali dengan bersikap terbuka untuk bergaul dengan semua teman, tidak membeda-bedakan, apalagi membentuk kelompok yang mengarah kepada klik yang bersifat ekskusif, seperti kelompok “the best” yang terdiri dari orang-orang yang merasa dirinya paling hebat dan paling pintar. Kembangkan sifat saling percaya, suportif atau saling mendukung, komunikasi dua arah (timbal balik), memiliki empati, menyenangkan, nyaman kedua belah pihak.
9.            Etika Menyambut Tamu
Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukkan tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada pepatah mengatakan, “tamu adalah raja”. Hal ini mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan rumah. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu, antara lain:
*      Menjemput tamunya dibandara, atau ditempat kedatangan lainnya.
*      Menyediakan akomodasi dan transportasi.
*      Berjabat tangan atau saling memeluk.
*      Mengalungkan bunga kepada tamu.
*      Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas.
*      Mengkomunikasikan dan mengkompromikan jadwal acara.

10.        Etika Diruang Tunggu Umum
Kenyamanan dan ketertiban diruang tunggu umum, seperti misalnya di bank, rumah sakit, kantor kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan memperhatikan tata tertib dan etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh:
*      Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket. Jangan menyerobot atau berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang terlebih dahulu.
*      Jangan menerima telepon dengan suara keras, karena mengganggu orang lain.
*      Jangan duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau menaikkan sepatu ke atas bangku yang disediakan untuk pengunjung lainnya.
*      Jangan membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan disembarang tempat. Jangan pula meludah disembarang tempat.
*      Setiap orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu pemandangan, pendengaran, penciuman dan lain-lain.
*      Setiap orang diharapkan bersikap untuk menjaga kenyamanan.
*      Diharapkan setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan dari sampah, puntung rokok, sirkulasi udara yang bersih, aman.
*      Jika sedang menderita flu, batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak meludah dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu ditempat sampah terbuka  ditempat umum.
*      Jika ditempat umum Anda bertemu dengan orang penting tapi tidak terlalu kenal, cukup mengucapkan salam tanpa harus berjabat tangan.
*      Jika naik tangga, pria berjalan dalam jarak dekat dibelakang wanita. Jika turun tangga, pria melangkah terlebuh dahulu dan berada diposisi lebih bawah dari wanita.
*      Jika naik lift hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya didahulukan.
*      Kaca mata gelap tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup.

11.        Etika Berkenalan
Ada pepatah yang bagus, memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan memiliki teman seribu orang terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman, adalah dengan berkenalan. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika:
*      Sebut nama jelas.
*      Bersikap penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu).
*      Orang yang lebih muda diperkenalkan pada yang lebih tua.
*      Hindari perkenalan di tempat ramai sep
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, Kathleen S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip H. Ault and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York: Harper and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern, Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s Press, 1980.
Byrnees, Francis. C. Communication (Reading Material). The International Rice Research Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Aw, Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona, Teori Komunikasi
Antarpribadi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,  2011.


Post a Comment

 
Top