Sumber Gambar: http://www.bp.com/en/global/corporate/press/social-media.html |
Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos. Artinya karakter, sifat, atau disposition. Maksudnya kurang lebih, bagaimana seseorang diminta
harus berbuat. Pengertian ini dekat dengan ide umum tentang etika sebagai suatu
soal internal dari karakter kebajikan yang memotivasi orang untuk bertindak
secara benar. Sedangkan moral berasal berasal dari kata latin, yakni kebiasaan
dari suatu kelompok. Morality merupakan derivasi dari kata more atau istiadat (custom)-
tata laku pada suatu kelompok atau masyarakat. Moralitas sebagai mores dekat dengan pengertian umum
tentang etika sebagai perilaku eksternal (external
conduct) seseorang sesuai dengan aturan suatu kelompok.
Jenis-Jenis
Etika
Etika
Deskriptif
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu
mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait
dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai
kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang
sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak secara etis.
Etika
Normatif
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun
tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk
bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek. Kata yang sering dianggap serupa maknanya
dengan kata etika (ethics) adalah kata etiket (etiquette). Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian
keduanya dengan mudahnya dicampuradukan, padahal keduanya memiliki makna yang
berbeda. Etika di sini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya berkaitan
dengan sopan santun. Perbedaan diantara keduanya dapat digambarkan sebagai
berikut. Secara umum, Etika adalah berarti moral yang menyangkut nilai
kehidupan manusia sedangkan Etiket adalah apa yang terlihat di luar. Dalam tata
pergaulan etiket adalah sopan santun. Namun, persamaannya terletak pada objek
kajiannya yakni manusia.
Etika
komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai pengertian
tersendiri, yakni norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam
kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi interpersonal
dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi
secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti telepon,
SMS, facebook, e-mail, dan sebagainya. Baik komunikasi langsung maupun tidak
langsung, norma etika perlu diperhatikan.
Beberapa pengertian komunikasi
interpersonal antara lain: Pertama, Komunikasi interpersonal ialah komunikasi
yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Kedua, komunikasi
interpersonal merupakan komunikasi antarpribadi atau antarindividu. Ketiga, komunikasi
interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang terutama diatur oleh norma
relasional atau relational norm.[1]
Kemudian untuk menjaga agar proses
komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa
menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka diperlukan etika
berkomunikasi. Cara paling mudah menerapkan etika komunikasi interpersonal
ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, bahkan kita semua
sebagai anggota masyarakat, perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
· Nilai-nilai dan
norma-norma sosial budaya setempat.
· Segala aturan,
ketentuan, tata-tertib yang sudah disepakati.
· Adat istiadat,
kebiasaan yang dijaga kelestariannya.
· Tata krama
pergaulan yang baik dan lain sebagainya.
Dalam pergaulan dan kehidupan
bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Dimanapun orang berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan etis,
agar lawan bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya
mudah, apalagi kalau kita tidak mengetahui jati diri (latar belakang sosial
budaya) mereka yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dalam merancang
persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika
kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi kita akan lebih mudah
berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.
Adapun etika yang harus diperhatikan dalam komunikasi interpersonal
antara lain:
1. Etika
Komunikasi Interpersonal Tatap Muka
Komunikasi tatap muka, berarti
mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Norma etika
perlu kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak
disengaja, sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit hati. Seorang pepatah
mengatakan, “ Berkata peliharalah lidah.” Hati-hatilah berbicara dengan
siapapun, terutama dengan orang yang lebih senior, agar tidak mendatangkan
akibat kurang menyenangkan dalam membina hubungan yang baik di kemudian hari.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi secara tatap
muka:
Melakukan komunikasi tatap muka
dengan mengadakan pembicaraan adalah cara yang efektif untuk menyelesaikan
tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan, perlu diperhatikan norma
etika sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah
pihak. Ketika kita berkomunikasi secara tatap muka, maka kita dapat melihat
bagaimana raut wajah orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan bekal
pengalaman, kita dapat mengenali suasana hati orang yang berbicara dengan kita
melalui ekspresi wajahnya. Bagian tubuh manusia yang paling banyak “berbicara”
adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata
apa-apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa “mata” adalah ungkapan perasaan
yang sesungguhnya. Untuk mengetahui apakah seseorang berkata jujur ataukah
berbohong, dapat dilihat dari tatapan matanya.
Dalam suatu pembicaraan, pemahaman
terhadap ekspresi wajah sangat penting karena melalui ekspresi wajah kita dapat
melihat atau membaca makna suatu pesan sehingga kita dapat memperkirakan apakah
ada kesesuaian dengan pesan verbal yang disampaikannya. Biasanya apa yang
diungkapkan seseorang melalui ekspresi wajahnya adalah suatu ungkapan yang
jujur, spontan, dan dapat dipercaya, artinya ekspresi wajah memperlihatkan
reaksi terhadap sesuatu atau pesan dengan objektif.
Wajah setiap orang selalu menyatakan
hati dan perasaannya. Wajah diibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan
perasaan seseorang. Misalnya, ketika seseorang mengungkapkan rasa bahagianya
tanpa ia sadari perasaan itu ia ekspresikan pula pada wajahnya, senyum
mengembang pada wajah yang cerah. Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang
tidak sesuai dengan apa yang ia ungkapkan pada pesan verbalnya, misalnya
seseorang mengatakan bahwa dia tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang. Hal
ini terjadi jika seseorang berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
Pada awalnya mungkin orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan yang
sebenarnya dengan cara berpura-pura, tetapi lama kelamaan wajahnya akan
mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.
Senyuman merupakan salah satu cara
mengekspresikan perasaan. Ada berbagai makna dari senyuman seseorang. Misalnya,
sebuah senyuman dapat bermakna keramahan, sapaan, simpati, dan dapat juga
bermakna mengejek, bibir mencibir sebagai ungkapan perasaan tidak mempercayai
yang dikatakan lawan bicara, dan sebagainya.
Ada beberapa norma etika berkomunikasi interpersonal
secara tatap muka yang perlu diperhatikan antara lain:
Waktu
berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan
dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah tidak
terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara.
Jangan
kita bicarakan sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema
pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman. Kalau teman kita sudah
tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi
dan menyesuaikannya.
Jangan
mempergunjingkan orang lain. Apalagi yang digunjingkan itu tentang kejelekan
dan sisi negatif orang lain. Memang menggunjing atau ngerumpi itu mengasyikkan,
tetapi hal itu menunjukkan sifat jelek karena hanya membicarakan kesalahan
orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja juga banyak
kekurangan dan kesalahan.
Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah
mendengarkan orang lain, dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Allah
memberikan telinga lebih banyak dari mulut. Kita mempunyai dua telinga, tetapi
hanya mempunyai satu mulut. Ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata,
agar kita lebih banyak mendengarkan dari pada berbicara. Hendaklah agar kita
berdiam dan memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara.
Waktu
berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan orang yang kita
ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya
untuk mengatur jarak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.
Bila kita memasuki restoran yang di dalamnya hanya ada seorang konsumen, orang
tersebut tidak kita kenal, lagi pula kita tidak ingin berinteraksi dengannya,
maka akan terasa nyaman apabila mengambil tempat duduk yang berjauhan dengan
dia. Tetapi ketika kita bertemu teman lama di sebuah taman, dan tempat duduk di
sebelah teman kita itu masih kosong, maka lebih baik apabila kita duduk
berdampingan dengan dia.
Ketika
kita sedang berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan
terlalu keras. Apabila ingin batuk, bersin atau menguap, hendaklah mulut
ditutup dengan tangan. Kalau pembicaraan selesai hendaklah mengucapkan terima
kasih.
2. Etika
Berkomunikasi dengan Media Telepon
Dewasa ini telepon, baik telepon
kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan
untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelepon
maupun menerima telepon tidak mengikuti tata krama maka nama baik akan
dipertaruhkan. Oleh karena itu, sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan
telepon sangat perlu dipahami dan dilaksanakan.
Menelepon pada hakikatnya sama
dengan bertamu ke rumah orang lain, dan menerima telepon sama dengan menerima
tamu. Beberapa prinsip di bawah ini perlu diperhatikan:
Apabila
hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat. Jangan menelepon
pada saat orang sedang istirahat (malam hari), atau sedang jam makan, kecuali
pesan yang hendak kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa
ditunda.
Berbicara
dengan tenang, jelas, dan langsung ke sasaran (to the point).
Ketika
sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara.
Janganlah
berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita, berilah isyarat secara
halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara.
Siapkanlah
kertas dan pensil untuk mencatat seperlunya.
Pada
akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
Setelah
mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
Kalau
telepon di rumah atau kantor kita berdering, segera kita angkat gagang pesawat
karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya
perhatian.
Cara
mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan
membayangkan seolah-olah lawan bicara bertatap muka dengan kita.
3. Etika
Menggunakan Short Message Service
(SMS)
Dewasa ini komunikasi
interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan pendek SMS. Di samping
harganya murah juga lebih praktis. Kita dapat menjangkau alamat tujuan dengan
segera. Ada beberapa norma etika yang lazim dilakukan agar isi SMS kita
terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh patner komunikasi
yaitu:
Isi
SMS yang hendak dikirimkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai muncul
kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si penerima.
Penggunaan
kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan SMS.
Jangan
menggunakan istilah dan singkatan yang tidak populer, karena dapat menimbulkan
salah penafsiran.
Gunakan
SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa mengganggu orang lain.
Menulis
SMS dengan huruf kapital, sering dianggap sebagai ungkapan kemarahan.
4. Etika
Menggunakan E-mail dan Facebook
Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. E-mail dan
facebook merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya
mempunyai satu alamat email atau facebook, kita dapat mengikuti berbagai model
komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model
komunikasi itu, diantaranya:
Forum.
Milis/
Group.
Situs
jejaring sosial.
Blog.
Situs
sharing file.
E-learning
menggunakan teleconference.
Penggunaan teknologi komunikasi didalam kehidupan pribadi dapat dengan
mudah kita buktikan dengan semakin banyaknya digunakan personal computer (note
book) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan
para pegawai atau karyawan lalu lalang sambil berkomunikasi dengan telepon
seluler (hand phone). Perkembangan teknologi berlangsung cepat, menawarkan
produk-produk baru dengan kemampuan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, teknologi
hand phone, dewasa ini menawarkan fitur-fitur lebih canggih, yaitu mirip
netbook. Dengan handphone, selain harganya lebih murah, teknologi ini
memberikan fasilitas untuk leluasa berseluncur di dunia maya, dan membuka file
multimedia (gambar, audiovideo).
Salah satu teknologi yang berkembang sangat cepat adalah handphone.
Dibandingkan dengan media lain, handphone benar-benar dapat memperoleh simpati
masyarakat, terutama para remaja. Permasalahannya adalah bagaimana kita dapat
menggunakan teknologi itu. Karena ia seperti pisau bermata dua, dapat membawa
kebaikan dan keburukan. Di tangan orang yang memahami norma etika, e-mail dan
facebook membawa banyak manfaat positif. Tetapi apabila tidak dikawal dengan
norma tata krama, sangat mungkin membawa dampak negatif. Ada beberapa contoh
norma etika yang perlu diperhatikan:
Pilahkan
antara kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi.
Gunakan
teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi.
Gunakan
teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang.
Jangan
membobol password dan mengakses informasi milik orang lain.
Gunakan
waktu dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi secara bijaksana.
Teknologi
hanyalah merupakan alat bantu.
5. Menyapa
Tindakan sederhana yang perlu
dilakukan kepada individu, seperti teman, tetangga, famili adalah menyapa.
Dalam menyapa, awali dengan menyebut namanya. Usahakan tidak menyapa dengan
nama parapan. Nama parapan itu julukan kepada seseorang bukan dengan nama aslinya,
tetapi nama lain yang diberikan oleh orang atau kelompok orang tertentu. Teman
anda yang namanya Budi, panggilah Budi, bukan Budeng. Teman anda yang namanya
Sri, jangan dipanggil Srinthil. Hindari kebiasaan memberi nama parapan kepada
teman, apalagi dengan nama parapan yang bermakna merendahkan, seperti: Kodok,
Benjo, Menthok, Bince, Boded, Bolot, dan sebagainya. Mungkin teman anda
menerima saja dipanggil dengan nama samara yang jelek itu. Tetapi bagaimana
jika didengar orang tua nya?
Untuk
menunjukkan apresiasi kedekatan terhadap teman, kalau memang nama parapan itu
dianggap perlu karena dimaknai sebagai pertanda keakraban pertemanan, sebaiknya
dicari nama yang baik, member semangat, dan dapat diterima oleh yang diberi
nama. Misalnya nama aslinya Joko, panggil dia dengan Jack. Sudadi dipanggil
Deddy.
6. Tidak
Mengolok-olok
Dalil interaksi timbal balik dalam berkomunikasi interpersonal, apabila
kita memperlakukan seseorang dengan baik, maka orang tersebut akan berlaku baik
pula terhadap kita. Begitu pula sebaliknya, apabila kita memperlakukan teman
tidak sopan, maka kita akan mendapatkan perlakuan yang sama. Karena itu jangan
memperlakukan teman kita dengan ucapan dan perbuatan yang tidak baik. Janganlah
mengolok-olok teman, apalagi sampai melewati batas, sampai menyinggung hati dan
harga dirinya, jangan berprasangka buruk terhadapnya, apalagi memfitnahnya
tanpa fakta dan bukti.
7. Tidak
Mempergunjing Teman
Tidak ada manusia yang sempurna. Kalau ada kekurangan pada diri teman
kita, tidak sepatutnya kita mempergunjingkannya. Sebagai teman yang baik,
usahakan tetap menjaga nama baiknya seperti kita pun tidak senang
dijelek-jelekan dan dipergunjingkan orang lain. Kalau kita memang memiliki
itikad baik untuk mengingatkan teman kita yang telah melakukan kesalahan, maka
dapat kita lakukan dengan cara yang santun. Kita mengajaknya berbicara dari
hati ke hati, empat mata, dan bukannya dilakukan di depan orang lain.
8. Tidak
Membeda-bedakan Teman
Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Apabila kita dapat
menjalin kerjasama dengan teman, maka terbuka peluang untuk memberi dan
menerima, kerjasama, saling tolong-menolong. Untuk dapat menjalin komunikasi
dan kerjasama yang baik, kita dapat mengawali dengan bersikap terbuka untuk
bergaul dengan semua teman, tidak membeda-bedakan, apalagi membentuk kelompok
yang mengarah kepada klik yang bersifat ekskusif, seperti kelompok “the best”
yang terdiri dari orang-orang yang merasa dirinya paling hebat dan paling
pintar. Kembangkan sifat saling percaya, suportif atau saling mendukung,
komunikasi dua arah (timbal balik), memiliki empati, menyenangkan, nyaman kedua
belah pihak.
9. Etika
Menyambut Tamu
Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukkan
tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik,
akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada
pepatah mengatakan, “tamu adalah raja”. Hal ini mengisyaratkan bahwa menyambut
tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan rumah. Ada berbagai cara unik yang
dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu, antara lain:
Menjemput
tamunya dibandara, atau ditempat kedatangan lainnya.
Menyediakan
akomodasi dan transportasi.
Berjabat
tangan atau saling memeluk.
Mengalungkan
bunga kepada tamu.
Mengadakan
jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas.
Mengkomunikasikan
dan mengkompromikan jadwal acara.
10. Etika Diruang Tunggu
Umum
Kenyamanan dan ketertiban diruang tunggu umum, seperti misalnya di bank,
rumah sakit, kantor kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan memperhatikan
tata tertib dan etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh:
Harus
antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket. Jangan menyerobot atau
berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang terlebih dahulu.
Jangan
menerima telepon dengan suara keras, karena mengganggu orang lain.
Jangan
duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau menaikkan sepatu ke
atas bangku yang disediakan untuk pengunjung lainnya.
Jangan
membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan disembarang tempat.
Jangan pula meludah disembarang tempat.
Setiap
orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu pemandangan, pendengaran,
penciuman dan lain-lain.
Setiap
orang diharapkan bersikap untuk menjaga kenyamanan.
Diharapkan
setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan dari sampah, puntung rokok,
sirkulasi udara yang bersih, aman.
Jika
sedang menderita flu, batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak meludah
dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu ditempat sampah
terbuka ditempat umum.
Jika
ditempat umum Anda bertemu dengan orang penting tapi tidak terlalu kenal, cukup
mengucapkan salam tanpa harus berjabat tangan.
Jika
naik tangga, pria berjalan dalam jarak dekat dibelakang wanita. Jika turun
tangga, pria melangkah terlebuh dahulu dan berada diposisi lebih bawah dari
wanita.
Jika
naik lift hindari gaya saling serobot. Mereka yang keluar supaya didahulukan.
Kaca
mata gelap tidak dipakai ketika memasuki ruangan tertutup.
11. Etika Berkenalan
Ada pepatah yang bagus, memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu orang terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman
semakin baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman, adalah dengan
berkenalan. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai
norma etika:
Sebut
nama jelas.
Bersikap
penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu).
Orang
yang lebih muda diperkenalkan pada yang lebih tua.
Hindari
perkenalan di tempat ramai sep
DAFTAR
PUSTAKA
Abraham, Kathleen
S. Communication Everyday Use. San Fransisco: Rinehart Press, 1977.
Agee, Warren K, Phillip
H. Ault and Edwin Emery. Introduction to Mass Communication, New York:
Harper and Row Publisher, 1977.
Berlo, David. K. The
Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York:
Holt, Rinehart and Winston, 1960.
Bonar, S. K. Hubungan Masyarakat Modern,
Jakarta: PT Pembangunan, 1966.
Book, Cassandra L. Human
Communication: Principles, Contexs and Skills. New York: St. Martin’s
Press, 1980.
Byrnees, Francis. C.
Communication (Reading Material). The International Rice Research
Institute. Los Banos- Philippines, 1965.
Cangara, Hafied. Ilmu
Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Surabaya: Karya Anda, 1996.
-----------, Pengantar
Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Effendy, Onong Uchjana. Hubungan
Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992.
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relation
dan Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014.
Aw, Suranto, Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, Leila Mona, Teori Komunikasi
Antarpribadi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Post a Comment