Kondisi Negara
Kesatuan Republik Indonesia, khususnya Sumatera Selatan yang majemuk. Secara tidak
langsung membuat kader pemimpin negeri ini- harus mampu menjadi pemersatu.
Dalam hal kepemimpinan, seorang kader pemimpin harus lebih mementingkan
kepentingan bangsa dan harus memiliki wawasan kebangsaan dalam pengertian yang
lahir pada Sumpah Pemuda tahun 1928.
Kedua, ia harus memiliki pengetahuan, untuk dapat secara
efektif membawa yang dipimpin ke arah tujuan yang "diidealkannya". Ia harus mengetahui cara memimpin dan
menguasai bidang atau tugas dari kelompok yang dipimpinnya. Dengan demikian, ia
harus seorang profesional. Ini berarti bahwa seorang kader pemimpin, bukan
hanya mengerti teknik kepemimpinan, tetapi juga menguasai bidang yang menjadi
tanggung jawabnya.
Ketiga, seorang pemimpin harus menjadi teladan, dan sumber
inspirasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin diharapkan manusia-manusia yang
beriman dan bertaqwa, karena hanya di atas iman dan taqwa, pembangunan yang
berakhlak dapat diselenggarakan. Pemimpin juga harus memahami dan menghayati
kebudayaan bangsanya.
Ajaran leluhur dan doktrin kepemimpinan
yang telah diungkapkan di atas mencakup sifat pertama dan ketiga, bahkan juga
sebagian sifat kedua, yaitu menunjukkan bagaimana seorang kader pemimpin harus
memimpin. Dengan demikian, masalahnya menjadi lebih sederhana. Bukan doktrin
atau asasnya yang masih harus dicari tetapi kualitas pemimpin dan kepemimpinan
itu yang perlu dikembangkan, agar mampu menjawab tantangan-tantangan masa
depan. Masa depan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan masa kini dan masa
lampau.
Begitu pula pemimpin masa depan, ia
harus dapat berpikir secara menyeluruh melacak sejarah, menapakkan kakinya pada
kekinian, serta sekaligus “berpetualang”
menjelajahi masa depan. Ia harus memperhatikan berbagai kendala masa lalu dan
masa kini, tetapi ia pun harus memiliki daya cipta untuk membawa yang
dipimpinnya ke dalam kehidupan yang lebih sejahtera lahir batin di masa depan.
Ia harus dapat melihat ke belakang, ke dalam masanya, dan ke masa depan, dan
memahami semua yang dilihatnya dalam rangka aspirasi bangsanya.
Dari sudut pandang ini, maka
pertama-tama pemimpin masa depan tidak mungkin bersandar semata-mata kepada
kharisma, baik dari pembawaan, karena peran sejarah, atau dibuat secara
sintetis. Kelebihan seorang pemimpin akan diukur dari prestasi nyata dan
kualitas pemikirannya oleh masyarakat dan orang-orang yang setara (equal) dengannya.
Namun, pemimpin yang dituntut adalah
yang berjiwa kerakyatan, dan sadar bahwa kepemimpinannya adalah mandat atau
kepercayaan yang diberikan oleh yang dipimpin dan harus dipertanggungjawabkannya.
Tidak mungkin lagi seorang pemimpin pada masa kini dan masa mendatang merasa
kepemimpinannya itu sebagai haknya, entah karena keturunan, kekayaan, atau
kepintarannya.
Para kader pemimpin masa depan akan
memimpin rakyat yang makin luas dan dalam pengetahuannya, yang makin paham akan
hak-haknya dan makin menjaga martabat, dan kepentingannya. Maka pemimpin tidak
lagi bisa mengandalkan kepada kekuatan fisik, seperti di masa awal di banyak
negara berkembang, tetapi harus lebih kepada kekuatan moral dan intelektual.
Kader Pemimpin masyarakat modern
harus siap memimpin secara demokratis, karena kehidupan demokrasi adalah
senafas dengan kemajuan dan kesejahteraan ekonomi. Dengan demikian pemimpin
yang diperlukan, dan yang paling akan berhasil memimpin, adalah pemimpin yang berjiwa demokrat, dan bukan yang
otoriter. Pemimpin yang tegas bukan harus pemimpin yang otoriter, tetapi justru
yang mampu meyakinkan yang dipimpinnya akan kebenaran arah yang akan ditempuh.
Kehidupan masyarakat semakin
canggih, dan tentu akan berimbas pada tuntutan kebutuhan kualitas pemimpin yang
lebih baik yang mengerti perkembangan dunia teknologi. Oleh karena itu seorang
pemimpin tidak boleh merasa asing terhadap kemajuan ilmu dan teknologi. Hal ini
tidak berarti bahwa seorang pemimpin harus seorang ilmuwan (scientist).
Yang lebih penting adalah seorang pemimpin harus memiliki apresiasi terhadap
ilmu pengetahuan dan peran teknologi sebagai unsur yang sangat pokok dalam
membentuk kehidupan masa depan.
Perkembangan ekonomi dunia serta
persaingan yang makin tajam membuat pemimpin bangsa di masa depan harus
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai tata hubungan internasional dan
mengenai bekerjanya mekanisme ekonomi dunia. Para pemimpin bangsa nanti harus
memiliki kemampuan untuk membawa bangsa ini untuk memenangkan persaingan yang
sangat diperlukan untuk kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Tidak ada bangsa yang
dapat mengisolasikan diri dan tidak tergantung kepada hubungan internasional. Kader pemimpin modern dengan demikian
harus mempunyai minat dan pengetahuan yang cukup mengenai hal ikhwal yang
terjadi di luar batas kepentingan bangsanya sendiri yang langsung. Ia harus
memiliki jiwa kemanusiaan dan perhatian (concern) terhadap
masalah-masalah kemanusiaan. Dengan berbekal wawasan kebangsaan para pemimpin
masa depan harus mampu
memelihara kedaulatan
dan kehormatan bangsa di antara masyarakat bangsa-bangsa di dunia.
Selain kekuatan yang dimiliki suatu
negara baik dalam bidang politik, ekonomi, atau militer, kualitas kepemimpinan
dalam suatu bangsa juga mempengaruhi martabat bangsa itu dalam pergaulan
internasional. Secara keseluruhan pemimpin masa depan adalah pemimpin yang
harus membangun bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan mandiri. Kemajuan dan
kemandirian ini harus menjadi landasan serta modal untuk membangun bangsa yang
adil dan makmur, yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Singkatnya,
kepemimpinan modern, di samping memiliki sifat-sifat tradisional, yang
melambangkan moral kepemimpinan bangsa, juga harus merupakan sosok modern.
Pemimpin yang demikian adalah seorang yang memiliki wawasan kebangsaan, jiwa
kerakyatan, kemampuan profesional, memiliki wawasan masa depan, inovatif, dan
rasional. Ia harus mampu di satu pihak memahami masalah-masalah yang kompleks,
dan di pihak lain mampu menemukan pemecahan yang sederhana dan mudah dipahami
serta dilaksanakan bagi pemecahan masalah-masalah yang kompleks itu. Ia bukan
hanya harus berani mengambil risiko, tetapi juga mampu menghitung risiko.
Post a Comment