Sumber Gambar: |
Betapapun seorang da’i harus aktif
bekerja dan berbicara, tetapi keanggungan kepribadiannya harus tetap dijaga.
Keanggunangan da’i dapat dijaga melalui hal-hal berikut. Pertama, tidak terlalu banyak bicara, bicara hanya dalam hal yang
diperlukan saja. Kedua, tidak terlalu
banyak tingkah, jangan terlalu banyak menggerakkan badan dan tangan dalam hal
yang tidak memerlukan gerakan. Ketiga,
menjadi pendengar yang baik dari lawan bicaranya. Keempat, jika ditanya seseorang, jangan menjawab secara spontan,
tetapi diam sejenak sebelum menjawab. Kelima,
tidak terlalu banyak bercanda, apalagi berbau pornografi. Keenam, menjaga jarak dalam pergaulan dengan orang-orang yang sudah
dikenali sebagai orang yang tidak baik. Ketujuh, menjaga diri dari citra
negatif tertentu. Misalnya, duduk di pinggir jalan, makan sambil berjalan, atau
makan di warung secara sembarangan, tertawa terlalu keras, berpakaian dengan
mode yang tidak lazim, dan sebagainya.
Selera tinggi juga dapat menunjang
keanggungan. Seorang da’i yang berselera tinggi artinya ia tidak merasa puas
denga hasil kerja yang tidak sempurna. Konsepnya tentang pengembangan
masyarakat juga memiliki standar optimal. Jika ia berpikir mendirikan sekolah
misalnya, maka dalam pikirannya adalah sekolah bermutu, jika menyusun program
peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka konsepnya tentang kesejahteraan juga
memenuhi standar maksimal, meski pelaksanaannya mungkin bertahap. Meski begitu
selera tinggi menghalangi seorang da’i untuk hidup sederhana, sebaliknya
kesederhanaan justru menambah keanggungan, yakni hidup sederhana tetapi
gagasannya besar.
Post a Comment